Surprise

245 14 6
                                    

Dila

Asli, mike.

Nyebelin banget serius.

Kenapa motornya pake mogok segala coba? Pas di lampu merah?

Unbelievable.

Dan guepun harus nungguin sampe motornya bisa jalan lagi, dan jadilah gua kaya gini.

Berlari sekencang kencangnya dari lantai satu ke lantai tiga, di kelas paling ujung lorong.

Lelah woi.

Berasa diet gratis gua.

"berdiri!", ucap Alex tiba tiba dan langsung berdiri tegap.

Gue sontak menegakkan badan sambil ikut berdiri, begitu juga semua orang di kelas.

"bersiap!".

"sebelum belajar, marilah kita berdoa menurut agama dan kepercayaan kita masing masing. doa dimulai.", guepun berdoa.

"berdoa selesai."

"hormat kepada guru kita!", serunya tegas.

"selamat pagi, buu.", jawab satu kelas serentak.

"selamat pagi.", jawab guru kami.

Kamipun kembali duduk.

"ada pr?", tanyanya sambil melihat sekeliling kelas.

"gaada, bu!", jawab Alex agak kencang.

"oke, kalau begitu buka buku cetaknya halaman lima puluh empat. kerjakan latihan bagian pilihan berganda saja.", ucapnya lalu kembali ke bangkunya yang berada di depan kelas.

Guepun mengeluarkan buku cetak biologi gue, dan membuka halaman sesuai perintah guru tadi.

"hiiii!", seru gue pelan sambil membuka mulut gue lebar lebar.

"kenapa, dil?", ucap Alex tertawa manis.

"banyaknyaa..", jawab gue menghela nafas panjang.

Lima puluh soal, men.

"hahaha, kerja sama aja, mau?", tanya Alex menatap gue sambil tersenyum kecil.

Saat akan menjawab, entah kenapa mata gue terhenti dengan sendirinya.

Dan tatapan gue tepat jatuh ke kedua mata Alex.

Begitupun sebaliknya.

Terasa jelas keheningan yang canggung diantara kami selama beberapa detik yang terasa lima jam itu.

Dan jujur, gue sama sekali ga terganggu dengan keheningan itu.

Bahkan entah kenapa, terasa nyaman.

Karena merasa agak gelisah, guepun kembali menolehkan kepala gue ke depan.

Aduh, ga beres nih.

Ga ga ga ga ga.

Gue ga boleh kaya gini.

Inget mekel, inget mekel.

"uh, ja-jadi, lo mau ngerjain yang nomor berapa?", tanyanya berusaha menutupi kecanggungannya.

Dan dia gagal.

"gue ngerjain nomor satu sampe dua lima aja deh.", ucap gue tersenyum, mencoba mencairkan suasana.

Dan gue berhasil.

STAY Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang