Dasar

14K 837 175
                                    

Happy reading...

...

Ali mengusap kepala sang istri yang masih berada di pangkuannya. Tangis prilly sudah berhenti namun keduanya sama-sama diam, seperti tengah merenungi sesuatu.

Prilly mengingat beberapa kejadian akhir-akhir ini yang sering sekali membuat dirinya dan Ali bersitegang. Dia juga sangat sadar beberapa hal itu terjadi adalah karna dirinya sendiri. Dirinya lah yang selalu memancing emosi Ali dan membuat mereka bertengkar.

Prilly meremat jemari Ali yang berada di genggamannya. Membuat Ali menengadah untuk mengintipnya.

"Udah sayang yuk. Kita ganti dulu..." ajak Ali. Prilly mengangguk dan kemudian bangkit dari pangkuan sang suami.

Ali menatapnya kasian, bahkan mata prilly kini terlihat sembap. Mungkin karna ia terlalu lama menangis.

Menarik tengkuk sang istri, ali memberikan ciuman di kening. "Dengerin aku.." lirihnya. "Aku moho....nn banget sama kamu, jangan bandel lagi ya? Jangan buat aku marah ya sayang, tolong..." pinta Ali halus.

Prilly mengangguk. "Insyaalloh..."

Mencium punggung tangan prilly, Ali menariknya kedalam pelukannya. "Aku sayang sama kamu mi... sayaaang banget!!" Ujarnya yang sesekali mengecup pucuk kepala sang istri.

"Jangan buat aku marah lagi ya sayang...." lirih Ali membuat Prilly kembali teringat akan kesalahannya dan kembali meneteskan air matanya.

"Jangan nangis lagi. Mata kamu bengkak tu..." katanya seraya menghapus linangan air di pipi prilly. "Udah... sini!!" Ali membuka lengan dan dengan itu, Prilly langsung berhambur kedalam pelukannya.

Untuk menghibur sang istri, Ali mencoba menjahilinya dengan menoel hidung prilly atau bahkan memasukkan jarinya ke lubang hidung sang istri. Tentu saja hal itu membuat Prilly merengek manja dan terkikik kecil.

Disela canda keduanya. Tanpa mereka sadar, Abudd telah bangun dari tidurnya. Dia bangkit untuk duduk dan terbengong melihat kedua orang tuanya yang duduk memunggunginya.

"Abii???" Panggilnya. Membuat Ali dan Prilly menoleh bersamaan.

"Hei jagoan? Udah bangun?" Sapa Ali.

"Abii?" Panggilnya setengah merengek seperti ingin menangis.

"Sini sayang..." undangnya. Namun bukan turun, Abudd malah menangis keras. Ia kembali membanting tubuhnya ke kasur namun tetap berseru memanggil sang Abi.

"Abiiii,, huuu.. huuuuu..." tangisnya. (Nb. Bayangin sendiri anak kecil nangis manggilin abinya, kangen plus seneng abinya udah pulang tapi bingung merealisasikan)

"Kok malah nangis?!" Kekeh ali.

"Kangen dia bi, ambil sana..." ujar Prilly yang bangkit dari dekapan Ali. Ali pun beranjak mendekati sang putra.

"Hei... jangan nangis! Abudd kenapa?"

Tak merespon, tangisan abudd malah semakin kencang. "Abiiii.... huaaaa..."

"Sini sayang, heheheee..." Ali mengambil kemudian membawa Abudd kedalam gendongannya. "Udah dong, jangan nangis..." katanya di tengah kekehannya yang tak kunjung berhenti.

"Udah dek, abi kan udah dateng..." sahut Prilly seraya melepas dan melipat mukenanya kemudian membereskan tempat ibadah mereka. "Kangen dia itu... orang gak pernah di tinggal lama..."

"Abudd kangen ya? Kangen sama Abi ya? Uuhhh... abi juga kangen sama abudd..." ujar Ali berbicara sendiri. "Eh, nih.. abi bawain pesenan kamu nih. Katanya abudd minta boneka kodok kan?" Ali berjalan ke kanan dan kiri mencari sesuatu. "Koperku tadi mana sayang? Masih dibawah ya?"

TYM (Two)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang