Happy reading..
Enjoy...
.....
"Sayang.. Sayang.." seru Ali yang tengah duduk manis di atas sajadahnya, berusaha membangunkan sang istri.
Prilly mengerjapkan mata dan beberapa saat setelah itu dia setengah bangkit untuk menatap Ali. "Ya?"
"Tolong! Angkat dulu telfonnya," perintahnya. Memang sedari tadi handphone Ali bergetar di atas nakas, tepat di samping tempat tidur.
Prilly melirik jam dinding di atas pintu dan menemukan jarum jam yang masih menunjukkan pukul 01.45, dia sempat menggumam kesal namun tetap beringsut kesamping untuk meraih handphone suaminya. Sementara Ali sendiri kembali melanjutkan dzikirnya.
"Kak Aron?" batinnya ketika menemukan nama kakak iparnya terpampang di layar handphone.
"Hallo?" sapa Prilly dengan suara paraunya.
"Prill, Alhamdulillah, Alya udah lahiran, anak kita cewek.."
"Alhamdulillah, selamat ya kak.. Terus kak Alya nya dimana sekarang?" tanya Prilly antusias.
"Alya masih ada di ruang operasi, mungkin setelah ini di bawa ke ruang rawat biasa, dia harus caesar karna tali pusar si baby ngelilit leher. Gue udah panik banget tadi, makanya nggak sempet hubungi kalian, handphone lowbat, nggak ada charger, tapi semua lancar. Alhamdulillah.." ujar Aron yang sangat bahagia di seberang sana.
"Alhamdulillah, iya kak, yang penting semua lancar.. Kak Aron udah kabari mama?"
"Udah kok, besok mama langsung mau ke sini."
"Oh, ya udah nanti biar Prilly kabarin Alinya ya kak.. Semoga Ali bisa ambil cuti secepatnya."
"Iya, oke deh. Gitu dulu ya? Itu Alya udah di bawa ke ruang rawat."
"Iya kak, salam buat kak Alya juga ya?" Dan sambungan pun terputus.
Prilly berbalik ingin memberitahu kabar gembira tersebut pada Ali, namun dia masih menemukan Ali yang khusuk dalam dzikirnya. Jadi, dia bangkit untuk ke kamar mandi, kemudian pergi ke kamar Abudd untuk mengecek anaknya sebentar, sekalian menunggu Ali selesai.
"Kak? Jam segini kok bangun? Ada apa?" tanya seseorang yang tak lain adalah Vidi.
Memang sudah satu minggu lamanya Vidi berada di Indonesia. Sudah lebih dari satu setengah bulan setelah keputusan Om Syarief yang akhirnya mengubah fikirannya untuk tidak membiarkan Vidi menetap di Jakarta, membuat gadis itu sedikit kecewa. Bahkan mereka sering berdebat soal hal tersebut, dan sekitar satu minggu lalu, dia juga sempat cek cok dengan Om Syarief. Hal itu jugalah yang membuat Vidi akhirnya kabur ke rumah Ali.
"Oh, ini.. Mau ke kamar Abudd. Kamu sendiri kenapa?"
"Aku dari semalem belum tidur kak, gak bisa tidur. Jadi nonton TV deh.."
Prilly mengangguk ragu. "Oh, oiya, kamu udah di kabari Kak Aron, kalau Kak Alya udah lahiran?"
"Be..lum."
Prilly menggaruk belakang telinga kanannya yang sebenarnya tidak gatal. "Em, mungkin karna Kak Aron udah kasih tau aku, Alhamdulillah anak Kak Alya udah lahir, cewek."
Vidi tersenyum. "Berarti nanti kita ke sana?"
Prilly mengangguk. "Iya, tapi nunggu Ali dulu kapan bisa cuti, kan nggak bisa mendadak juga. Ya udah aku mau ke kamar Abudd dulu.."
Vidi mengangguk saja ketika Prilly berlalu.
Meskipun Prilly sendirilah yang mengijinkan Vidi menginap di rumahnya, sebenarnya dia sendiri merasa sedikit terganggu. Terlebih ketika dia ingat sikap Vidi pada Ali yang bahkan sampai sekarang tidak seperti adik pada kakaknya, melainkan perempuan pada laki-laki dewasa.
KAMU SEDANG MEMBACA
TYM (Two)
RomanceSorry - Very slow update!!! Kebahagiaan, Keromantisan dan Kerukunan selalu menyelimuti dan tidak pernah terlepas dalam rumah tangga Ali dan Prilly. Namun tidak ada kehidupan tanpa ujian. ujian apa? dan bagaimana mereka melewati nya? NB. TYM come ba...