Puncak

4.8K 465 72
                                    

Maaf sekali baru di lanjut..
Typo bertebaran..
Tidak di koreksi ulang..
Semoga masih bs di nikmati yakk..

Enjoy...

Happy reading..

......

"Cem, Cemal.."

"Iya, pah?"

"Nak, kepala papa pusing, sekali.." mendengar hal itu, Cemal buru-buru mengecek suhu tubuh sang papa yang memang demam tinggi.

"Ya Allah, panas banget. Kita ke rumah sakit aja ya, pah?" ujar Cem yang kemudian berlari keluar menemui sang istri.

"Papa demam tinggi, aku mau bawa papa ke rumah sakit, kamu coba hubungi Ali ya?" perintah Cem.

Marsya mengangguk kemudian bangkit dari tidurnya, mengikuti suaminya menuju kamar sang mertua. Dia menyiapkan pakaian untuk om syarief sebelum Cem benar-benar membawanya pergi.

Sementara itu di rumah Ali, Prilly tengah menyiapkan selembar roti untuk tante resi bersama Abudd, ini memang masih jam enam pagi, tapi Abudd sudah bangun sedari subuh, dia juga sudah mandi. Sementara Ali masih mengaji di kamarnya.

"Abudd mau roti? Umi buatin ya?" tawar Prilly.

Abudd menggeleng, "Enggak umi.."

"Ya udah kita ke kamar oma yuk,"

Prilly menuntun sang putra memasuki kamar mertuanya, Tante resi tersenyum melihat cucunya yang sudah terlihat segar serta tampan.

"Udah mandi budd?" tanyanya.

"Udah oma,"

"Coba sini oma cium, udah wangi apa belum?"

Abudd pun menaiki kasur di bantu Prilly, kemudian mendekat ke omanya untuk di cium.

"Hmm.. Wangi, mau kemana sih kok udh ganteng?"

"Mau jenguk Opa, Oma. Oma mau ikut?" ujarnya membuat Tante resi menatap Prilly.

"Jenguk Opa?" ulang tante resi.

"Opa sakit oma, panas,"

"Kalian tau papa kalian ada dimana?" tanya Tante Resi. Prilly menunduk, takut salah memberi jawaban. Bahkan dia sangat bingung harus mengatakan yang sebenarnya atau tidak.

"Kenapa kalian tidak memberi tahu mama?" protes tante resi yang sudah hampir menangis.

"Ma'af mah, Prilly..."

"Ali yang larang Prilly kasih tau mama." sahut Ali yang baru saja masuk ke kamar sang mama. Dia masih menggunakan baju koko lengkap dengan sarung karna memang dia baru saja menyelesaikan dzikirnya.

"Untuk apa di sembunyikan?"

"Kita hanya ingin menjaga perasaan mama yang masih kecewa pada papa. Kita takut, kalau mama tau papa masih di sini, mama semakin kepikiran." balas Ali.

"Mereka diam-diam udah hianatin mama dengan menampung papa, mah." sahut Alya ikut bergabung

"Beb," peringat Aron.

"Apa? Kenapa? Memang benar kan?"

"Benar apanya? Itu papa, papa kamu sendiri,"

"Biarin aja Kak, aku dan Prilly nggak masalah di cap penghianat sama dia, yang jelas niat ku sama Prilly baik, tapi kalau niat baik ku, tidak bisa diterima akal dia yang sebenarnya juga anak papa, aku nggak masalah." sahut Ali yang kemudian mengulurkan tangannya ke arah Prilly.

"Ayo sayang, kita harus pergi. Marsya barusan ngabarin kalau papa masuk rumah sakit, sekarang masih di UGD.." lanjut Ali membuat Prilly membelalak kaget.

TYM (Two)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang