No Edit, No correct.
Sorry for typo's..
Happy reading..Enjoy...
......
Prilly bergerak maju, menatap pecahan kaca yang berserakan di lantai bercampur dengan darah segar yang mengucur dari tangan kanan Ali.
"Astaghfirullah.." ujar Prilly seraya meraih tangan Ali yang berlumuran darah. Namun kemudian tangannya tertarik dan tubuhnya terbungkus, Ali memeluknya sangat erat.
"Udah sayang, istighfar.." ujar Prilly berusaha menenangkan sang suami.
"Umi?" Panggil Abudd yang sudah berada di ambang pintu closet. "Kenapa Umi?" lanjut Abudd.
"Enggak ada apa-apa kak, tunggu di luar sambil nonton TV dulu ya? Habis ini Umi kesana." balas Prilly yang masih berada dalam dekapan Ali. Tidak perduli Abudd melihat, Ali benar-benar enggan melepaskan pelukannya.
"Abi kenapa?"
"Nggak kenapa kak. Abudd tunggu di sana dulu ya? Habis ini kita jalan-jalan sayang, ya?"
Abudd pun mengangguk dan pergi walaupun dia sangat ragu, bahkan dia sempat menatap kedua orang tuanya sebelum menghilang di balik tembok.
"Maafin aku sayang," ujar Ali di tengah tangisnya.
"Iya, aku tau kamu nggak salah. Nggak apa-apa.."
"Aku nggak suka dia ada di sini."
Prilly diam. Entah apa yang sudah terjadi sampai membuat Ali seperti ini, yang dia tau, Ali sama sekali tidak pernah marah sampai memukul atau merusak barang sebelumnya.
Rengkuhan Ali semakin kuat, Prilly masih berusaha menenangkannya hingga beberapa saat kemudian badan Ali yang semula sangat kaku berselimut amarah, perlahan melunak.
"Kita duduk yuk!" ajak Prilly seraya menggiring sang suami untuk duduk di sofa yang memang berada di sana. Tak langsung duduk, Prilly mengambil kotak P3K untuk membersihkan luka Ali.
Sepanjang Prilly membersihkan lukannya, Ali diam seribu bahasa. Dia hanya menatap Prilly yang sibuk membalut lukanya. Tangisnya sudah mereda, hanya rasa marah di dalam hatinya yang belum juga hilang.
Prilly mengecup tangan sang suami yang sudah rapih terbalut perban, membuat Ali menatapnya sendu.
"Aku ambilin minum dulu," ujar Prilly yang kemudian langsung saja melenggang keluar untuk beberapa saat sebelum kemudian dia kembali dengan segelas air putih di tangannya.
"Minun dulu!"
Ali menerima dan langsung meneguknya habis, kemudian kembali diam, menopang badannya dengan kedua lengan yang dia letakkan di kedua kakinya, kepalanya tertunduk seolah frustasi, hal yang benar-benar membuat Prilly ingin bertanya, apa yang sebenarnya sudah terjadi.
"Vidi tadi tiba-tiba masuk ke sini. Dia meluk aku dari belakang dengan kondisiku yang seperti ini, aku belum pakai apa-apa. Cuma pakai handuk ini doang, dan dia berani."
Prilly sempat tersentak mendengar pernyataan sang suami. Namun kemudian dia sadar, itu bukan salah Ali. Jadi dia tetap diam dan mengontrol perasaannya sendiri agar tetap berfikir dingin.
Ali menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal.
"Kenapa kamu ngijinin dia keluar masuk kamar kita?" tanya Ali langsung pada pointnya.
Prilly menggeleng, "Aku nggak pernah ijinin dia masuk ke kamar kita, sayang."
"Dia bilang,"
"Li, kamu tau aku. Semenjak kita menikah, aku sama sekali nggak pernah bawa orang masuk ke kamar kita. Kalau aku perlu sama Vidi, aku selalu cari dia keluar. Aku nggak pernah nyuruh dia masuk." jelas Prilly yang bisa langsung Ali simpulkan kalau Vidi sudah berbohong padanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
TYM (Two)
RomanceSorry - Very slow update!!! Kebahagiaan, Keromantisan dan Kerukunan selalu menyelimuti dan tidak pernah terlepas dalam rumah tangga Ali dan Prilly. Namun tidak ada kehidupan tanpa ujian. ujian apa? dan bagaimana mereka melewati nya? NB. TYM come ba...