Help

3.1K 351 22
                                    

Hallo there..

Thanks buat yg masih setia, hehe
Lupa banget kalau ini hari selasa, hampir aja kelupaan publish TYM Two hehehe...

Oiya, ada yg perlu di garis bawahi disini ya. Disini karakter anak2 Ali itu di didik dg cara didikan bule. Jadi kedewasaan itu bahkan sudah muncul di umur mereka yg masih belia. Kalau kalian sering bersosialisasi sm mereka, kalian akan jauh lebih faham dg cara didik mereka.

Ok, Happy reading..

...........

"Em.. Budd, kamu cek deh IG kamu? Gara-gara foto yang kamu upload, banyak banget yang nanya dan DM aku.." Ujar Indy mengalihkan pembicaraan. Entah kenapa dia melakukan itu, padahal dia sudah menunggu ungkapan Abudd ini sejak lama.

Dengan terpaksa Abudd pun mengecek handphonenya dan menemukan beberapa notifikasi di layar. "Udah, biarin aja. Nanti aku yang jawab.." balas Abudd.

Indy mengangguk dan suasana menjadi hening, hingga mereka sampai di depan salah satu pintu.

"Ini kamar ku, kamu bisa tidur di sini."

"Kamu?"

"Aku di sebelah sana. Di kamar Abi sama Umi." kata Abudd seraya menunjuk ke kanan, tepat di pintu kamar kedua orang tuanya. "Ya udah, kamu masuk! Kalau perlu apa-apa. Panggil aja aku.."

Indy mengangguk mantap.

Abudd tersenyum, menjalankan tangan kanannya untuk mengacak acak rambut Indy sebelum kemudian dia berbalik, melangkah menuju kamar Ali.

Membanting diri di kasur, Abudd berfikir, apa selama ini dia salah mengartikan sikap Indy padanya? Apakah Indy tidak pernah menyukainya? Terlebih cara dia mengalihkan pembicaraan tadi membuatnya semakin resah.

Melirik ke bawah, Abudd segera meraih handhphonenya dan membuka beberapa notifikasi di IG nya. Banyak sekali yang komen dan mengira mereka sudah jadian. Dan apa yang harus Abudd jelaskan? Tak mau ambil pusing, Abudd pun membuka pengaturan dan menonaktifkan kolom komentar.

Indy yang menyadari hal itu, merutuki dirinya sendiri. Selama ini, bukankah hal itu yang dia tunggu-tunggu? Mendapatkan kejelasan dari Abudd. Sekarang, kalau sudah begini, apa yang harus dia lakukan agar Abudd mengulangi ucapan itu lagi?

Keduanya sama-sama melamun di atas pembaringan dan di tengah ruangan besar yang hening. Keduanya sama-sama saling berfikir dan memikirkan satu sama lain. Hingga kemudian handphone Indy bergetar tanda ada sebuah pemberitahuan pesan masuk. Indy pun cepat-cepat membukanya ketika menyadari itu adalah chat WA dari Abudd.

"Ma'af, Ndy.." hanya itulah pesan yang Abudd tulis. Mengerti kemana arah pembicaraan Abudd, Indy pun segera membalas.

"Nggak, budd. Aku yang minta maaf. Kamu bisa kesini? Kita harus bicara." send.

Indy menunggu dengan sedikit cemas, dia takut Abudd menolak ajakannya untuk bicara. Tapi ketika beberapa pikiran negatif berputar-putar di kepalanya, seseorang mengetuk pintu. Dengan sergap, dia pun beringsut menuruni kasur untuk membuka pintu. Dan benar saja, Abudd lah yang berdiri di depannya.

Tanpa basa basi, Abudd langsung masuk ke dalam ketika Indy mundur beberapa langkah, kemudian dia menutup pintunya sebelum kemudian mengajak Indy duduk di sofa. Mereka duduk berdampingan tapi tidak saling berbicara untuk beberapa saat.

"Aku nggak mau ngerusak apa yang udah kita bangun, Ndy." ujar Abudd memecah keheningan ruangan tersebut. "Aku minta maaf soal omonganku tadi ..."

"Eng...."

"Ssshhttt.." Abudd memperingati dan dengan itu bibir Indy kembali mengatup. Memilih memberi kesempatan Abudd untuk berbicara.

Abudd menghela nafas dalam setelah Indy setuju untuk diam. "Aku fikir, ini akan berjalan baik. Tapi ternyata aku yang merusak. Persahabatan kita ini udah aku kotori, Ndy. Aku bahkan nggak bisa jadi sahabat yang baik buat kamu.."

TYM (Two)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang