Marah - marah

25K 1.3K 48
                                    

Happy reading all...

....

Saat ini Prilly tengah menemani mamanya menyiapkan makan malam. Sedari sore tadi, Ali tidak mengajaknya berbicara. Selepas mengajak sang putra mandi, Ali langsung mengajak abudd tidur. Jadi, Prilly memilih menyibukkan dirinya sendiri dengan menonton film. Tapi tak sampai habis, karna dia merasa tidak tenang, mungkin karna sikap sang suami padanya. Untuk itulah saat tadi dia melihat mama nya sibuk di dapur, dia memilih untuk menemani dan membantu sedikit- sedikit.

"Kamu kenapa sih? Murung gitu?!"

"Hm? Enggak kok ma. Prilly cuma...... kepikiran aja nanti Ali di bali gimana!" Balasnya ngasal. Dia tidak mungkin cerita kalau Ali sedang kesal padanya. Itu bukan sifat mereka. Tidak Ali dan tidak juga Prilly.

"Kan udah sama Raja. Masak masih kefikiran. Apa kamu mau ikut?"

Prilly menggeleng. "Gak dikasih sama Ali..."

"Ya pasti. Karna kamu lagi hamil muda gini..."

"Tapi dulu pas hamil pertama, malah prilly dari Aussie ke indonesia gak papa. Mama inget kan?!"

Tante Uly tersenyum simpul. "Saran mama. Jangan perpanjang masalah ini. Kalau Suami kamu bilang gak, Turutin.. okey? Biar gak jadi masalah..."

Prilly mengangguk. "Iya ma..."

"Yaudah, udah maghrib tuh. Sholat dulu yuk..."

"Prilly panggil Ali nya dulu.."

"Yaudah sana!!"

Dengan itu, Prilly pun menuju ke kamarnya, berniat untuk membangunkan sang suami. Tapi ternyata Ali sudah tidak berada di atas kasur. Sepertinya dia sudah bangun dan sedang berada di kamar mandi, jadi ia putuskan menunggu sampai Ali keluar. Sambil menunggu Ali selesai, ia memilih untuk memindahkan Abudd yang tertidur pulas ke ranjang Abudd sendiri yang berada di sebelah tempat tidur mereka.

Abudd memang sudah punya kamar sendiri yang letaknya di samping kamar Prilly. Tapi berhubung abudd masih sering terbangun di tengah malam untuk meminta susu, Ali memutuskan untuk sementara waktu sampai umur abudd empat atau lima tahun. Barulah dia harus belajar tidur sendiri. Dan untuk sementara, saat ini abudd tidur satu kamar dengan Ali dan Prilly tapi diantara ranjang Abudd dan Prilly terdapat sebuah tirai pembatas yang membatasi kasur mereka. Ali memang sengaja memasangnya agar abudd terbiasa sebelum dia nanti pindah ke kamarnya sendiri.

"Kayaknya percuma aku ngomong, omonganku gak di dengerin!!"

Prilly yang tengah mencium sang putra, menoleh ke arah sumber suara. Menemukan Ali yang tengah bersiap diri dengan pakaian panjang untuk sholat. Prilly segera menyelimuti sang putra kemudiam beranjak, menyibakkan korden pembatas tempat tidur abudd agar tertutup. Ia melangkah mendekati Ali.

"Gak di dengerin?" Ulang Prilly.

Ali menoleh sesaat dengan wajah yang sangat tidak enak.

"Omongan mana yang gak di dengerin?!" Lanjut Prilly.

Ali diam kemudian menoleh ke arah Prilly. Menatapnya datar dengan ekspresi kesal. "Tadi pas kamu masuk bawa abudd aku ngomong apa?!"

Prilly menunduk.

"Aku udah bilang jangan gendong - gendong Abudd. Kamu lagi hamil. Apa omonganku kurang jelas?!"

"Kan cuma deket..."

"Tetep aja, mau deket kek mau jauh. Kalo aku udah bilang jangan, ya jangan! Jaga kandungan kamu, kamu itu lagi hamil muda. Di jaga.. jangan ngawur..."

Prilly diam.

"Setelah ini, terserah kamu mau gimana. Aku gak akan ngomong lagi. Kamu mau gendong - gendong abudd lagi, mau nenteng air setimba atau bawa beras sekarung, aku gak mau ngomong lagi. Itu semua terserah kamu..." dan setelah berbicara seperti itu, Ali langsung keluar dari kamar.

TYM (Two)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang