Have To Go

3.8K 309 59
                                    

Voment please!!

.....

Abudd's pov

"Abudd?"

Aku mendongak mendengar suara familiar itu, dan tak lama kemudian terlihat Abi, Uncle Kevin dan Umi yang sudah menangis di pintu sel yang kini mengurungku. Ya, aku disini, di balik jeruji besi.

Seorang polisi membukakan pintu sel dan mempersilahkan ku menemui kedua orang tua ku. Umi langsung berhambur memelukku sangat erat ketika aku sudah berada di luar. Isakan tangisnya membuatku hancur, aku tau aku salah melakukan hal ini, tapi aku juga tidak bisa membiarkan Anton tertangkap oleh mereka.

Ya. Aku yang menggantikan posisinya. Sepertinya nama Anton belum tercatat di laporan DPO karna buktinya polisi tetap membawaku dan percara kalau akulah yang membawa barang terlarang itu.

Ayah Anton sedang terbaring di rumah sakit. Dia hanya tinggal bersama ayahnya dan karna butuh biaya, terpaksa dia menjadi kurir barang terlarang itu. Jika aku membiarkan dirinya di tangkap dan dibawa oleh polisi, bagaimana dengan ayahnya nanti. Untuk itu aku menggantikannya. Membiarkannya bersembunyi dan aku menyerahkan diri.

"Maafin Abudd umi," kataku.

"Bagaimana bisa? Umi sangat yakin kamu tidak pernah menggunakan barang-barang itu. Itu punya siapa nak?" katanya setelah menangkup wajahku dengan kedua tangannya.

Aku menatap Abi juga Uncle Kevin sesaat sebelum kemudian menatap Umi lagi. "Punya Abudd umi," balasku membuatnya menggeleng tidak percaya.

"Jangan bohong, itu tidak mungki. Umi tau kamu, Umi ini yang melahirkan kamu, Umi sangat kenal kamu dan Umi tau kamu sedang berbohong saat ini.."

Aku menggeleng mencoba meyakinkannya. "Abudd nggak bohong umi, itu punya Abudd.."

"Polisi bilang tes urine kamu negatif, budd. Tolong katakan barang itu milik siapa, agar semua menjadi mudah." Uncle Kevin menimpali.

Aku diam.

"Opa sudah tau hal ini, kalau kamu tidak jujur dan mengatakan barang itu punya siapa, setelah penebusan kamu, dia akan membawa kamu ke Turkey. Dan kalau itu terjadi, itu artinya kamu akan tinggal disana, Budd. Entah sampai kapan." Abi ikut bersuara.

Aku bahkan sudah tau hal ini akan terjadi. Tapi apa yang bisa ku lakukan? Kalau Opa tau yang sebenarnya, Opa pasti tidak akan diam, pasti dia sendiri yang akan menyerahkan Anton pada polisi. Aku sudah sangat hafal dengan keputusannya. Dan jika itu terjadi, bagaimana dengan ayahnya yang sedang sakit?

Mungkin aku hanya akan berpisah beberapa waktu dengan Umi dan Abi. Masih dengan kebebasan dan selalu hidup berkecukupan. Tapi jika Anton yang tertangkap, bahkan aku sama sekali tidak akan bisa menolongnya sekalipun aku memohon pada Opa atau Abi untuk membebaskannya.

Tidak ada pilihan lain.

"Umi nggak bisa jauh dari kamu nak, tolong kamu jujur, barang siapa itu?"

Aku menunduk bingung, tak sanggup melihat Umi yang harus menangis karna ku. "Maafin Abudd Umi," hanya itu yang mampu aku ucapkan, berkali-kali.

Abi menghela nafas berat. "Vin, tolong.. Jangan sampai berita ini masuk berita manapun.."

Uncle Kevin mengangguk saja seraya menatapku prihatin.

....... ............... ............. ........

Indy's Pov

Handphone ku berdering ketika aku baru keluar dari kamar mandi. Aku tersenyum, berjalan mendekatinya. Itu pasti Abudd. Siapa lagi yang menghubungiku pagi-pagi begini hanya untuk mengucapkan selamat pagi.

TYM (Two)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang