Kenyataan 2

8.4K 755 188
                                    

Hi teman-teman.
Maaf bgt ya karna terlalu telat update. Lagi repot bgt 2 blan ini nyiapin resepsi.. Wkwkwkw..
Insyaallh nextnya gk lama lgi ya..
Doain.. Hehehehe
Happy reading ya ..

Maaf byak typo, gak di koreksi..
Hihi..

👇

.... ...... .........

"Li.. papa kesini bukan buat ambil Abudd kan?" Tanya Prilly.

"Enggak sayang. Kamu tenang aja. Aku nggak akan biarin papa ngelakuin itu."

Prilly mengangguk. Namun tidak bisa di pungkiri hatinya benar-benar dirundung kegelisahan. Ia sangat takut jika kedatangan papa mertuanya itu hanya untuk membawa Abudd bersamanya.

Bahkan saat ini, ia bingung harus menyambut kedatangan om syarief seperti apa. Nyatanya tubuhnya hanya berdiri mematung di samping Ali.

Dari arah depan. Terlihat om syarief berjalan santai mendekati mereka.

"Beginikah cara kalian menyambut kedatangan orang tua?"

Ali menatap Prilly sebentar setelah menghela nafas beratnya. Ia seperti memberi isyarat dengan gerakan kecil kepalanya, bermaksud mengajak Prilly untuk menyambut papanya dengan baik seolah tidak ada masalah apa-apa.

"Apa kabar pa?" Sapa Ali ketika dia dan Prilly baru saja selesai berjabat tangan.

"Alhamdulillah papa baik." Balas om Syarief yang kemudian melirik Prilly. "Bagaimana dengan calon cucu papa?"

"Semua normal pa.." balas Prilly sedikit kikuk.

Om syarief mengangguk kemudian melirik tangan kanan Ali yang menggenggam erat tangan Prilly. Mengalihkan pandangannya, ia menatap sang putra yang tidak sama sekali menatapnya.

"Li, kedatangan papa kesini. Untuk berbicara penting dengan kamu, kakakmu dan juga cemal. Panggil Alya dan temui papa di ruang kerja kamu!"

Ali mengangguk saja. Ia bahkan merasa aneh dengan semua ini. Entah mengapa Ali merasa dirinya seperti orang asing di hadapan papanya.

"Sayang aku ke atas dulu ya? Kamu sendiri dulu disini. Nanti aku panggil mama biar nemenin kamu disini. Ya?"

Prilly mengangguk sekali. Dan setelah mengecup kening sang istri. Ali segera bergerak menuju ruang kerjanya. Alya juga ternyata sudah menunggunya di samping tangga.

"Ada apa papa manggil kita ke sini?" Tanya Alya dengan nada marahnya, begitu ia bersama Ali juga Cemal masuk.

Om syarief yang semula menatap keluar jendela, segera menoleh ke belakang. Mendapati ketiga anaknya sudah berdiri seolah akan menyerang. Tak bergerak dari tempatnya Om syarief kembali menatap keluar membelakangi mereka.

"Mana mama kalian? Panggil dia!"

"Mama Ali minta buat nemenin Prilly di belakang.."

"Cem.. panggil mama mu!"

Cemal menatap kedua kakaknya. Kemudian setelah melihat Ali menganggukkan kepalanya, ia seperti mendapatkan lampu hijau untuk pergi memanggil sang mama.

"Tidak perlu! Mama sudah disini!" Suara tante resi menghentikan langkah Cemal.

Om syarief masih tidak bergerak. Ia tetap berdiri membelakangi keluarganya, mengunci tangannya kebelakang dengan mata yang masih menatap keluar.

"Papa dengar, salah satu di antara kalian ada yang merasa terbuang. Atau merasa bukan anggota keluarga kita.." ujar om syarief memulai.

Alya, Cem serta tante resi menatap Ali secara bersamaan.

TYM (Two)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang