Mencari Jalan keluar

10.4K 663 181
                                    

Hai semua, maaf baru nongol, TYM Two akan terus berlanjut, tapi pasti akan sangat sangat slow update.. Maafkan ya? Heehe..
Dan terimakasih untuk yang selalu setia menunggu cerita ini..

Happy reading..

.....

"Ayo ma, waktunya makan.."

"Mama tidak lapar li.." ujar tante resi kembali menolak makanan yang disediakan.

Ini sudah hari ketiga sejak kejadian pengakuan suaminya. Dan selama itu, dia menjadi sosok pendiam, sering melamun dan bahkan enggan mengisi perutnya jika tidak benar-benar dipaksa.

Ali menghela nafas kemudian meletakkan senampan makanan di tangannya ke atas meja, sebelum dia duduk di pinggiran kasur tepat di samping kaki sang mama.

"mama mikirin apa? Mama mikirin papa?" tanya Ali halus yang secara otomatis membuat sang mama menatapnya.

"Ma, papa udah mengakui dan menyesali perbuatannya mah," lanjut Ali membuat tante resi terpancing emosionalnya dan menangis.

"Sejujurnya mama sangat kecewa pada papa mu li.."

"Tidak ada orang yang ingin dan mau dihianati mah, tapi jalan seperti yang kalian tempuh ini juga tidak benar." ujar Ali, tante resi melempar pandangannya ke arah balkon seraya menghapus air matanya sendiri.

"Ali sangat tidak ingin ini berkelanjutan mah, tidak ada manusia di dunia ini yang tidak pernah melakukan kesalahan. Mungkin kesalahan papa sangat fatal, tapi papa juga orang yang sangat bertanggung jawab, buktinya dia terang-terangan membawa Vidi sebagai anaknya." lanjut Ali, tante resi masih diam.

"Mama tau? Ali pengen keluarga kita kayak dulu. Ali juga yakin, Papa bener-bener menyesali perbuatannya. Bukan niat Ali membela papa, tapi ma.."

"Di mana papa kamu sekarang?" tanya tante resi tak bisa lagi membendung air matanya.

"Ali nggak tau ma." dustanya

Mendengar jawaban sang putra, tante resi semakin terisak. Dalam beberapa saat, Ali membiarkan sang mama larut dalam tangisnya.

"Ali tau, mama sangat menyayangi papa. Mama hanya butuh waktu untuk berfikir, tapi apapun itu, Ali minta jangan mengambil keputusan yang semakin membuat keadaan lebih buruk lagi. Marah bukan  kondisi yang baik untuk membuat keputusan. Tenangin diri mama dulu, dan fikirkan jalan terbaik untuk semua ini. Ali yakin, mama tidak akan membuat keputusan salah."

Dari jarak beberapa jengkal, Prilly berdiri  dan tanpa sengaja dia mendengarkan semua ucapan juga nasehat Ali pada sang mama. Dia lega suaminya sudah bisa berfikir terbuka akan kesalahan papanya dan tidak menghakimi perbuatan papanya dulu. Prilly tidak ingin mengganggu, tapi karna suatu hal, membuat dia harus melakukannya, menghentikan perbincangan antara anak dan ibu.

"Li?" panggil Prilly akhirnya, membuat sang suami menoleh kebelakang, tante resi juga.

"Ada apa sayang?"

"Cem telpon, katanya penting.."

Ali mengangguk, kemudian menatap sang mama sekali lagi sebelum dia beranjak mendekati Prilly dan mengambil handphonenya dari tangan sang istri.

"Bujuk mama buat makan ya?" pinta Ali yang langsung di sambut anggukan.

Ali segera melangkah keluar, dia menuju balkon kamar itu, sementara Prilly mendekati sang mertua dan duduk di tempat Ali sebelumnya.

"Mama makan ya mah? Prilly suapin." tawarnya yang kemudian mengambil sepiring makanan yang telah disiapkan.

"Prill, mama mau nanya sama kamu."

TYM (Two)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang