Sepertinya siksaan bagi Abi belum berhenti sampai disini. Dia masih harus berhadapan dengan Deva selama 2 jam.
Tapi tentu saja, Deva hanya menundukan kepalanya entah mengerti atau tidak, sedangkan Abi sudah terlalu lelah untuk mempedulikan Deva yang tidak menanggapinya sama sekali.
Sampai sebuah suara menginterupsinya.
"Lo mau sampai kapan jadi babu nyokap gue hah?? Lo dibayar berapa sama nyokap gue??" Tanya Deva setengah berteriak membuat Abi terkejut setengah mati. Abi hanya memutar bola matanya, tak percaya akan apa yang baru saja dia dengar. Dia tau Deva itu badboy. Tapi dia tidak menyangka bahwa Deva akan mengeluarkan kata yang sangat kasar seperti itu.
"Ba..bu??" Tanya Abi lirih.
"Iya babu. Elo itu babu-nya nyokap gue! Lo dibayar terus diperintah seenaknya sama nyokap gue kan??!?" Selidik Deva tanpa rasa bersalah.
Kekesalan Abi sudah memuncak. Dengan sepenuh tenaga dia menggebrak meja dan langsung berdiri.
"Denger baik-baik ya tuan sok tau. Gue. ENGGAK. Terima uang apapun dari nyokap lo." Jawab Abi dengan tegas namun tanpa ekspresi apa-apa. Hanya wajah datar yang ditampilkan Abi.
"Ternyata lo lebih buruk dari yang gue kira. Gue. Benci. Lo!" Lanjut Abi dengan penuh penekanan dan berjalan meninggalkan Deva yang masih diam ditempatnya.
3 kata terakhir yang dilontarkan Abi, sukses menusuk jantung Deva. Deva langsung merasa bersalah karena mengatakan hal bodoh seperti tadi.
'Deva begoo. Ngapain pake ngomong kayak gitu!?!??! Abi jadi benci, eh maksud gue TAMBAH BENCI sama gue!! Tapi gue jadi tau yang sebenarnya. Ternyata guee...' Batin Deva.
"Arrghhh!!" Teriak Deva frustasi sambil mengacak-acak rambutnya.
Abi berjalan dengan penuh emosi menyusuri lorong sekolah yang sudah sunyi. Dia berjalan buru-buru. Karena jujur saja, hatinya sudah terluka dengan kata-kata Deva tadi.
'Baru pernah selama gue hidup didunia ini. Gue dikatain babu?? Babu??!!' Batin Abi.
Matanya sudah memanas. Mungkin kalau dia tidak menahan diri, dia tadi sudah menangis sesenggukan didepan Deva. Tetapi mati-mati Abi tahan air matanya. Dia tidak mau terlihat lemah dihadapan cowok tadi.'Jangan nangis Abi! Jangan nangis! Bentar lagi! Jangan nangis sekarang please!!' Batin Abi, namun sayang air matanya terlajur menetes. Awalnya hanya satu, lama kelamaan tangisnya makin menjadi. Abi menumpahkan segala kekesalannya hari ini. Mulai dari ancaman pak Melky, perkelahian Deva dan Ryu, ditambah lagi perkataan kasar Deva padanya.
Akhirnya Abi berhenti sebentar, lalu menyandarkan tubuhnya di salah satu tiang penyangga sekolah. Sambil menutup mata, Abi menarik napas dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan. Setelah merasa cukup tenang, Abi berlari hingga mencapai pagar sekolahnya dengan napas memburu.
"Sore dek." Sapa seorang satpam yang sedang berjaga.
"Pak Kasim!?!?" Pekik Abi karena terkejut.
"Maaf ngagetin dek."
"Gpp kok pak." Kata Abi sambil mengatur napasnya.
"Adek abis nangis ya?" Tanya pak Kasim hati-hati.
"Aahh?!!? Ga kok pak. Saya duluan ya pak." Kata Abi lalu buru-buru masuk kedalam taksi yang berhenti tepat didepannya. 'Rezeki anak soleh.' Batin Abi.
"Tumben dek Abi naik taksi. Biasanya juga naik angkot kalo ga pulang sama dek Rasti. Mungkin dia tadi beneran nangis. Ah sudahlah. Urusan orang. Ga perlu ikut campur."
Baru saja, pak Kasim ingin masuk kedalam pos satpamnya. Dia melihat Deva berlari seperti dikejar hantu. Pak Kasim pun mengurungkan niatnya untuk masuk ke pos satpam dan langsung menghampiri Deva.
KAMU SEDANG MEMBACA
Badboy Vs Goodgirl
Teen FictionBagaimana jadinya bila Raditya Deva Pratama seorang badboy yang harus berurusan dengan Abigail Zefanya Hartono seorang goodgirl? Bertengkar?? Adu mulut?? Itu sudah pasti Tapi apa jadinya kalau mereka saling penasaran?? Saling menaruh perhatian?? Hin...