BB vs GG - 17

1.4K 92 5
                                    

Dua minggu berlalu sejak Abi berhenti mengajari Deva, hubungan keduanya menjadi sangat rengang. Tidak ada kata yang mampu terucap setiap kali mereka berpapasan maupun bersinggungan. Mereka seperti orang yang tak pernah kenal sebelumnya. Ini jelas membuat Abi ragu akan perasaannya sendiri dan juga kata-kata manis Deva pada dirinya. Untuk pertama kali dalam hidupnya, Abi merasakan kegalauan yang teramat sangat, ingin rasanya dia menangis dan mengunggahnya di youtube, tapi untung saja dia masih cukup waras untuk melakukan hal gila seperti itu. Akhirnya dia memilih untuk menelpon Rasti dan menerornya.

"RASTI!! GUE SEBENARNYA KENAPA?? APA YANG SALAH SAMA GUE?? BUKANNYA BAGUS YA KALO GUE GA BERHUBUNGAN LAGI SAMA DIA??" Cerocos Abi saat Rasti menangkat teleponnya.

"Lo mau tau jawaban gue?"

"LO KOK BIASA AJA SIH RAS??" Kata Abi frustasi.

"Semua kerisauan hati lo, kegundahan hati lo, itu karena lo suka, eh bukan bukan, lo sayang sama Deva. Lo khawatir dia kenapa-kenapa, makanya lo uring-uringan sekarang." Jwab Rasti bijak.

"Gue ga tau Ras." Cicit Abi.

"Kalo gue boleh kasih saran ya, lo mending tanyain Deva, dia ada masalah apa, lo ada salah apa sama dia, mending lo ngomong langsung sama dia. Lo ga mau kan nilai UAS lo ngedrop karna lebih fokus mikirin Deva?"

"Ras,kalo gue ditolak?"

"Setidaknya lo pernah nyoba dan ga ada salahnya lo minta maaf duluan. Sekarang udah emansipasi men, bukan hanya kerjaan tapi juga masalah hati." Rasti kembali berkata bijak.

"Ras makasih ya, besok gue coba ngomong sama dia, lo doain gue ya biar lancar."

"Hm"

"Ras? Btw lo gapp kan ya? Kok lo bijak banget sih? Kok lo dewasa banget sih?"

"Karena gue adalah Rasti."

"Apaan sihh?" Balas Abi disusul tawa lepas keduanya.

Abi akhirnya membulatkan tekatnya untuk membuka percakapan dengan Deva terlebih dulu. Dia terus memikirkan cara agar dapat berbicara dengan Deva, momen keterlambatan Deva harus Abi pergunakan dengan baik. Setelah Deva memutuskan tidak ingin dibimbing oleh Abi lagi, Deva menjadi jarang terlambat. Kalaupun dia terlambat pasti bukan dihari piket Abi. Tapi hari ini, Abi berdoa agar Deva terlambat pada jam piketnya karena dia benar-benar ingin memperbaiki hubungannya dengan Deva dan Thanks God, Deva benar-benar terlambat.

"Lo telat!" Kata Abi pada Deva yang terlihat acuh dan berjalan mendahuluinya.

"Dev sebenarnya lo kenapa sih? Kenapa jadi dingin gini sama gue? Gue punya salah ya sama lo?" Tanya panjang lebar membuat Deva menghentikan langkahnya.

"Apa gue Cuma 1 dari sekian cewek yang lo mainin Dev?"

"Apa kalimat 'gue suka sama lo' sebegitu ga ada harganya buat lo?" Kata Abi sambil berusaha menahan air matanya.

"Bukannya gue yang harusnya nanya itu ke lo?" Kata Deva dingin.

Sebenarnya dia benci melihat Abi yang sudah setangah mati menahan tangisnya, kalau sudah begini rasanya Deva tidak peduli dengan kebimbangannya saat ini, dia hanya ingin Abi tau perasaannya dan mungkin membuat Abi menunggu sebentar sampai dia dapat memastikan sesuatu yang mengganjal hatinya.

"Kalimat 'gue suka sama lo' yang gue ucapin Cuma lo anggap mainan kan? Sedangkan Ryu?" Kata Deva sarkas.

"Kenapa jadi kak Ryu sih? Gue lagi ngomongin tentang kita Dev!"

"Bukannya dalam hati lo udah ga ada kita? Yang ada Cuma lo sama Ryu kan?"

Demi Tuhan Abi sudah tidak mengerti dengan cowok yang sedang memunggungi saat ini, dia terus membahas tentang Ryu yang jelas-jelas tidak ada kaitannya, tidak taukan Deva bahwa hati Abi hanya miliknya?

Badboy Vs GoodgirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang