Tentang Kakeru

3.9K 344 9
                                    

*Please read*

Bab ini diunggah bersamaan dengan bab sebelumnya: Tentang Anzai Kyosuke. So don't miss it.

Thank you, happy reading.

===

Sudah kelima kalinya hari ini frekuensi radio kesukaanku berganti. Aku memberikan hantaman tegas pada benda usang itu, tapi keadaan juga tidak menjadi lebih baik. Mungkin aku harus mulai menabung untuk membeli radio portable daripada benda yang terpasang di dalam mobil seperti ini. Dalam keputusasaan akhirnya aku memutuskan untuk keluar dan merokok, berperang pada kebosanan. Asap yang menyelinap keluar dari bibirku berbaur dengan dinginnya musim gugur. Berteman dengan semilir angin malam, aku memandang takjub teluk Tokyo yang ada di seberang sana. Sedikit banyak ingatanku bergulir kembali ke kampung halamanku di Hayama. Pasir pantai yang berkilauan, muda-mudi dan permainan mereka, serta momen senja yang tiada duanya. Menjadi putra dari pemilik rumah pantai tidak membuatku bosan akan semua itu.

Teluk yang kotor dan sarat akan makam mayat-mayat tak dikenal itu, seburuk apa pun di mataku, dan meski ia tak sedikit pun memiliki kemiripan dengan pantai yang kurindukan itu, aku selalu merasa bahwa sukmaku tertarik kembali ke jebakan nostalgia. Sebuah masa lalu yang lebih baik hanya menjadi selembar foto di dalam album. Kini aku yang berdiri di sini adalah pribadi yang berbeda dari sepuluh tahun lalu, ketika telapak kaki masih menyentuh pasir dengan berani. Tapi setiap kali bersanding dengan pemandangan ini, aku tak lagi bisa meyakinkan diri sendiri bahwa masa lalu dan masa sekarang adalah hal yang berbeda.

"Tidak seperti biasanya ia selama ini.." Aku menginjak mati rokok yang sudah hangus itu. Kemudian, ketika tubuh ini berbalik untuk masuk kembali ke dalam mobil, bayang Munakata Aoi yang terefleksi di kaca jendela membuat jantungku terbang sejenak. "Munakata-sama!"

Pria berpakaian mantel hitam dengan bulu musang di kerahnya itu mendekati mobil abu-abuku dengan percaya diri. Laki-laki jangkung bersepatu boots itu masih tampak gemilang meski malam tinggal sepertiga bagian. "Kau bisa jemput anak itu sekarang. Aku akan kembali ke Himeros," ujarnya sambil menyodorkanku kartu kunci kamarnya tanpa sedikit pun ekspresi curiga.

Kilau bibir merahnya sempat membuatku gentar. Ia adalah seseorang dengan kecantikan yang berapa kali pun kau memandangnya rasanya tidak akan pernah cukup. Sungguh seorang mentor yang tepat untuk berlian semacam Kira-sama.

Setiap Kamis malam, Kira-sama memiliki jadwal khusus dengan sang mentor di apartemen pribadinya. Sebelumnya sang tuan muda hanya diwajibkan untuk mengunjungi Himeros dua kali seminggu, dan sudah tiga minggu terakhir pelajaran baru ini ditambahkan. Apartemen Munakata-sama terletak di salah satu distrik apartemen elit di Shiodome. Mungkin aku tak berlu berspekulasi lagi dari mana ia bisa mendapatkan properti mewah seperti itu. Tidak ada tanah dan bangunan yang tidak bisa didapatkan oleh Anzai Estate.

Munakata-sama selalu mengosongkan waktunya selama dua jam dari pukul 10. Sama seperti ketika di Himeros, aku hanya perlu menurunkan tuan muda di depan apartemen kemudian menunggu di parkiran luar sampai asistennya atau ia sendiri mengantar Kira-sama kembali ke mobil. Ini pertama kalinya aku harus menjemput langsung ke apartemen di lantai 25 itu. Tentu saja Munakata-sama tidak tinggal di sini, ini hanya salah satu dari aset miliknya. Tapi jika aku menjadi dirinya, aku tak akan memercayai orang yang kelihatan gadungan sepertiku ini untuk memegang kunci kamarnya. Lagipula, siapa yang bisa jamin aku akan mengembalikannya nanti? Tak bisa untuk tidak mengusik perasaan janggal ini. Sepertinya malam ini akan berbeda dari malam-malam di mana tuan muda hanya duduk menghadap keluar jendela selama perjalanan pulang.

Apartemen berlantai marmer yang dibalut kekosongan itu mengambil perhatianku beberapa detik sebelum akhirnya aku memanggil nama sang tuan muda. Kamar paling ujung dengan pintunya yang setengah terbuka seakan memanggilku untuk masuk ke sana. Jejak telapak kaki basah menodai sepatuku, aromaterapi melati yang menyengat membuatku mual, dan.. demi Tuhan, apa mereka tidak bisa memasang bohlam yang lebih terang?!

To Kill A Homme Fatale [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang