Tentang Kunimitsu Shigeki II

1.6K 136 5
                                    

A/N Bab ini saya unggah bersamaan dengan RINGKASAN PERKENALAN TOKOH II sebelumnya, mungkin kalau ada yang ingin cek demi kemudahan membaca.

==

Mataku berkedut ketika mendapati lampu ruangan pribadiku di Laurene terlihat menyala dari luar. Sudah lewat beberapa minggu sejak dua anak buah bodohku berbuat konyol di sana. Mereka mencoba untuk menyentuh apa yang jadi milikku, tapi bukannya mereguk kenikmatan malah darah yang bersimbah dimana-mana. Mereka bersujud dan memotong jari kelingking mereka demi kata maaf dariku atau setidaknya kata pemecatan tanpa embel-embel pengkhianat organisasi. Bukan hobiku mengusir seseorang hanya karena kriminalitas kecil yang mereka lakukan. Lagipula siapa seorang Anzai Kira? Meski selangkangannya seakan diciptakan untukku, aku tidak ada niat sedikit pun menjadikan kedudukannya tinggi di mataku dan juga di mata anak-anak buahku. Aku menghukum kedua jongos bodoh itu semata-mata hanya karena kekacauan yang mereka sebabkan, bukan karena perbuatan mereka pada Kira.

"Kunimitsu-san, lama tidak jumpa." Setan kecil itu tersenyum pasrah, menyambutku yang sudah berfirasat buruk sedari tadi. Ia duduk di meja pribadiku, masih dengan kemeja putih dan celana hitamnya yang lecek. Satu kakinya ditekuk di atas meja, dijadikan bahan sandaran dari kepalanya yang mungil. Seakan-akan kala tidak pernah maju dari pertemuan terakhir kami.

"Kau masuk dari mana?"

"Lewat pintu belakang. Aku mengetahuinya waktu kabur waktu itu."

"Ooh.." Seraya menggantung jas abu-abu yang baru kubeli di Ginza kemarin aku mencoba untuk mengingat laporan yang diberikan oleh Maeda kepadaku. "Sepertinya anak itu kabur dengan bantuan seseorang. Yah, dia tidak mungkin bisa melakukannya dengan kepungan sebegitu banyak anggota kita, kan? Ada satu kandidat yang paling pas untuk dicurigai, tapi dengan segala hiruk pikuk yang terjadi akhir-akhir ini. Kita tidak bisa menanyainya secara langsung."

Aku tidak bodoh. Tidak ada nama lain selain Yoshimune Touji. Anak muda malang itu. Setelah kapok kuhajar di rumahku waktu itu, ia selalu datang menemuiku di Laurene. Dan siapa lagi yang bisa sebegitu berkuasanya sampai bahkan Maeda, tangan kananku, tidak bisa menginterogasinya secara langsung? Sampai beberapa hari lalu Yoshimune Touji bukan siapa-siapa. Selama ia bukan penerus langsung dari Yoshimune, ia cuma kroco dari permainan sindikat bodoh ini. Sekarang ia menjadi putra satu-satunya seorang saiko-komon, tinggal tunggu waktu saja sampai oyabun ingin bertemu langsung dengannya.

"Sekarang aku sudah datang, kenapa kau tidak segera angkat kaki dari sini?"

"Jangan memperlakukanku seperti itu, Kunimitsu-san. Aku ke sini untuk bertemu denganmu."

"Untuk apa? Aku sudah tidak ada butuh denganmu. Kalau kau mau bicara soal pengabdian-mu pada ayahanda brengsek itu, Ibumu sudah melakukannya padaku. Sekarang kembali saja pada duniamu yang tentram dan membosankan itu." Lenganku menyentuh sisi meja di sebelah kiri Kira, seakan-akan menguncinya dalam ruang sempit. Mataku yang tak sesehat dulu kini baru bisa menangkap ekspresi penuh percaya dirinya.. yang baru pertama kali kulihat. Bukan sebuah wajah penuh arogansi katak dalam tempurung, tapi sebuah wajah yang tak peduli apa pun yang menghantam, ia yakin tak akan pernah ada cacat yang cukup buruk untuk menundukkannya.

"Bicara seperti itu padahal kau tidak pernah bisa menahan diri berada di dalamku," ujarnya seraya menjatuhkan tubuhnya ke meja, memberikan perhatian pada abdomennya yang kentara oleh tulang yang menonjol.

"Keluar juga aslinya, huh?" Lehernya yang kecil dan tampak mudah patah itu menggoda telapak tanganku untuk mencengkramnya. Ia mengaduh kecil, tapi tatapan menantangnya tak jua binasa.

Jika dipikir-pikir lagi, anak ini selalu ada di dalam negosiasiku dengan para Anzai. Meski pada kenyataannya ia adalah yang paling tak berguna, paling tidak dikenal, tapi ia selalu diikutsertakan dalam setiap keputusan penting itu. Daripada bisa seksualnya, aku rasa senjata anak ini ada pada impresi rentan yang ditunjukkannya. Sebuah kesan bahwa ia tidak berdaya, bahwa ia pandir dalam hal-hal rumit. Sehingga memberikan celah bagi orang lain untuk lengah- Tunggu.. Mengapa bisa tubuhnya baik-baik saja?

To Kill A Homme Fatale [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang