[Tokyo, Musim Gugur 1995]
Tidak sulit untuk menghancurkan hariku. Bau nikotin yang samar-samar tersisa di bagian belakang dapur itu kini melekat di hidungku. Kupanggil ajudanku yang masih sibuk dengan barang bawaanku di dalam mobil. Si gendut tergopoh-gopoh seraya menghapus keringatnya. Kusuruh ia pecat pelaku yang mengotori udara rumah ini. Ia mengangguk patuh, lalu lari kembali ke pekerjaannya yang belum selesai.
Meski tidak ada rokok itu pun, sesungguhnya bau rumah ini sudah busuk.
Aku melepas jas panjangku ke sofa tengah, lalu membaringkan tubuhku yang lelah luar biasa. Mataku menerawang ke lampu-lampu yang berdebu di atas sana, lalu beralih ke perabotan yang sudah terbungkus rapi oleh plastik. Tamat sudah ikatanku dengan kediaman ini. Kediaman yang hanya punya kemewahan, tapi tidak wangi-wangi yang membuat rindu.
Sudah lewat tiga bulan sejak pemakaman ayah, tapi wartawan-wartawan tak tahu adat itu masih menggerayangi tempat-tempat yang kudatangi. Kukira mereka akan sibuk dengan *)serangan gas itu, tapi ternyata kasus keluarga Anzai masih masuk ke dalam agenda jangka panjang mereka. Terlalu berharga untuk dianggurkan. Siapa sebenarnya pembunuh Daigo? Apa ada hubungannya dengan kematian direktur Anzai terdahulu? Lalu benarkah Anzai Estate selama ini beroperasi dengan sokongan Ashikaga-gumi? Jika benar, apakah ada kaitannya dengan tewasnya Kunimitsu Shigeki? Mengapa perseteruan antarkelompok meletus di kediaman Anzai?
Pemberitaan mereka yang tiada hentinya pasca kejadian itu tidak lagi bisa dibendung hanya dengan uang. Rekan-rekan perusahaan kami pun terganggu ketika mendengar hubungan kami dengan para Yakuza. Lebih baik mereka memutus kontrak sebelum terlibat lebih jauh dengan kelompok-kelompok barbar itu. Saham-saham kami merosot ke titik terendah, pihak-pihak berwajib dari segala macam bidang menyerbu kantor pusat. Seakan-akan semua orang mendoakan kami untuk gulung tikar selamanya.
Tapi rasanya tidak terlalu buruk, sih. Toh, ketika semua kekacauan ini terjadi, semua perusahaan juga sedang dalam kesulitan yang sama akibat meletusnya *)gelembung ekonomi.
Bagi ayah, menyelamatkan perusahaan ini dari kata pailit adalah kewajiban terakhirnya. Setelah gagal menjadi ayah yang melindungi keluarganya, setidaknya sebagai ayah dari anak-anak perusahaan ia masih punya kesempatan. Ribuan pegawai diberhentikan, aset-aset dijual murah, tapi Anzai Estate tetap berdiri dengan gedungnya yang megah. Tentu saja, tanpa bantuan Mori Kaji yang kini bisa menguasai Kanto dengan lebih leluasa, ini semua tidak akan terjadi. Meski aku tidak suka mengakuinya, tapi Shiori yang canggung dan terlalu banyak bengong itu sekali ini ada gunanya.
Ashikaga-gumi tidak membubarkan diri, tapi banyak kelompok-kelompok di bawahnya yang lepas. Begitu kencang sirkulasi mobilitas para anggotanya hingga papan-papan sertifikat pengeluaran anggota yang ada di markas-markas setiap kelompok tak cukup untuk menampung semuanya. Kebanyakan dari mereka berafilisasi dengan Mori-kai. Kumicho Ashikaga-gumi kehilangan kepercayaan banyak bawahannya. Mereka menganggapnya terlalu lembek dalam menghadapi pembangkangan Kunimitsu. Aku rasa ini bukan masalah lembek atau tidak lembek, tapi siapa yang tidak lumer jika disiram emas panas? Jaman sekarang, uang selalu jadi yang utama, harga diri dan kesetiaan bisa kapan-kapan.
Lalu rumah ini pun akan berpindah ke tangan-tangan lain. Yang mana saja terserah, aku ingin cepat-cepat lepas dari tempat terkutuk ini. Sudah pernah hangus terbakar, tapi menolak untuk runtuh. Padahal bukan dinasti, tapi mengapa memaksa sekali untuk tetap dikenang. Tidak ada lagi yang mau mengingat-ingat kejayaan Anzai. Bahkan bukan aku, maupun Ibu dan saudara-saudaraku.
Aku menelaah berkas-berkas yang sudah ditaruh si Gendut di meja sebelah sofa. Banyak sekali usulan untuk nama perusahaan yang baru. Kebanyakan darinya mengusulkan nama dengan bahasa-bahasa Eropa, agar semakin terasa keinternasionalannya. Mengganti citra perusahaan adalah yang paling penting bagi kami sekarang. Jika nama Anzai itu tidak lagi digunakan, maka prasangka yang membuntutinya pun juga akan lenyap.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Kill A Homme Fatale [BL]
Historical Fiction[COMPLETED/NC17] Tokyo, 1977 Selepas ditinggal pergi oleh Ibunya, Kira menjadi bagian dari keluarga Anzai. Hanya satu peraturan mutlak di keluarga tersebut, "tidak ada anak yang tidak berguna". Dan Kira tidak punya kelebihan apa pun yang dapat membu...