Tentang Anzai Juri

1.8K 183 11
                                    

       

Aku tak dapat mempercayai mataku. Apakah pria muda yang digandeng oleh Daigo itu masih putraku? Tak pernah dalam hidupku aku melihat wajah Kyosuke sekacau itu. Seringai percaya dirinya pupus, kini ia hanya seperti pengangguran berantakan yang dipakaikan pakaian mahal. Rambutnya yang dicat coklat itu kini lebih mirip seperti hasil terlalu banyak berdiri di bawah sinar matahari. Matanya yang besar dan menyala sekarang terlihat seperti akan menggelinding keluar kapan saja sejak noda hitam tebal itu melingkarinya. Bibirnya kering total, kulitnya kasar bersisik, dan pipinya yang mengurus menjelaskan segalanya—alih-alih mendapatkan perawatan, ia mungkin akan binasa lebih dulu daripada Ibunya.

Kutelan ludahku dalam-dalam, berusaha menyiapkan mentalku sebelum menyambangi kedua putraku yang keluar dari gerbang kedatangan. Hanya Daigo yang bisa kuandalkan untuk menjemput Kyosuke di London. Aku bahkan tak bisa mengandalkan diriku sendiri. Aku tahu aku pasti akan hancur lebur melihat anakku yang satu itu dilumatkan oleh takdir bodoh bernama cedera seumur hidup. Bahkan hingga detik ini aku masih belum bisa menerima kalau mimpi yang setengah mati dijalinnya selama ini berakhir sudah.

"Hai, Ibu." Itu kata-kata pertamanya ketika bertemu denganku setelah sekian lama! Kyosuke yang dulu pasti akan langsung memelukku. Tapi ia menjaga jarak denganku. Ia tak lagi membutuhkan penyangga atau kursi roda, ia sudah dapat berjalan dengan biasa.. Lantas mengapa ia enggan untuk memberikanku setidaknya penawar kekhawatiran.

"Kyosuke.. Nak." Akhirnya aku yang merangkulnya erat. Aroma mint anak ini tidak juga berubah, setidaknya membuatku lebih tenang. Kyosuke ini masih Kyosuke anakku. Anakku yang menawan, bersinar di bawah panggung sebagai yang terbaik. Peduli setan apa yang orang-orang katakan tentang parasnya yang tak sempurna, tidak ada yang bisa menjadi aktor sebaik Kyosuke. "Maafkan Ibu tidak bisa menjemputmu langsung. Ibu punya banyak sekali kesibukan di sini. Kau tahu, adik perempuanmu akan segera menikah, belum lagi Ibu diangkat menjadi wakil presiden organisasi Ibu-"

Kyosuke hanya tersenyum kecil. "Ya, aku tahu. Tenang saja, ada dan tidak ada Ibu tidak akan merubah fakta bahwa aku tidak bisa menari lagi seumur hidup."

Oh tidak. Jangan lagi.

Aku tidak bisa menghadapi Kyosuke yang seperti ini. Kyosuke yang merajuk, bersikap sinis pada semua insan karena ia terpaksa beralih menjadi penari daripada tetap menjadi pianis. Ia membenciku selama bertahun-tahun hingga akhirnya ia memaafkanku ketika bakatnya mulai diapresiasi publik. Aku tahu pasti apa yang kukatakan barusan hanyalah alasan dungu yang seharusnya kusimpan sendiri, tapi aku tak mau anak itu menganggapku tak melakukan apa-apa di sini! Aku tak mau ia beranggapan bahwa selama ia kesakitan di sana aku cuma berpangku tangan sendiri di rumah. 

Berkali-kali aku bertanya pada Daigo, mengapa semua ini bisa terjadi? Apa salahku? Ia hanya menggelengkan kepalanya dan mengatakan kalau tidak ada gunanya mempermasalahkan, tidak ada yang dapat mengembalikan Kyosuke seperti dulu. Ketika aku mencoba mencecar dokter yang mengobatinya di London sana, mereka malah memberikanku jawaban murahan tentang reka ulang kecelakaan tersebut. Kalau itu saja tabloid gosip murahan bisa melakukan yang lebih baik!

Aku yakin Kyosuke tidak jatuh karena kecerobohannya sendiri. Tidak mungkin ia bisa seteledor itu pada aset tubuhnya. Simpang siur di media bahwa ada seseorang di tempat kejadian hari itu. Bahwa banyak sekali penari lain yang iri padanya dan mungkin saja mendorongnya saat hendak menuruni tangga. Tapi ketika aku mengkonfrontasi Kyosuke dengan segala pertanyaan itu, anak itu malah mengataiku nyonya ikut campur! Memangnya kenapa kalau aku ingin tahu yang sebenarnya? Aku ingin meredakan konflik tanpa pemecahan di hati ini. Aku ingin tahu siapa yang pantas disalahkan.

"Ibu, kau tidak akan dapat apa-apa dengan berbuat seperti itu. Kyosuke juga pada awalnya merasa curiga kalau ia dijebak, tapi lama kelamaan ia sampai pada kesimpulan bahwa fakta dirinya pulang larut malam dalam keadaan kelelahan ke apartemennya yang tak punya elevator adalah kesalahan fatalnya sendiri. Kejadian itu sudah lewat sebulan lebih, Ibu.. Bahkan Kyosuke saja sudah bisa menerima kalau ia tidak bisa melanjutkan apa yang sudah dititinya, kenapa kau tidak bisa?" Daigo berusaha menyematkan logikanya padaku. Mentang-mentang ia yang bertemu dengan Kyosuke pertama kali pasca kecelakaan itu.. Ia merasa lebih benar dariku. Kyosuke adalah darah dagingku, dan aku yakin ia tidak mungkin puas dengan kekalahan seperti ini.

To Kill A Homme Fatale [BL]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang