1
[Bentrokan antargeng di sisi barat stasiun Tokyo. 3 orang tewas, belasan orang luka-luka]
[7 orang anggota Kunimitsu-gumi dibantai di pemandian air panas]
[Kebakaran di Pabrik Yoneda dicurigai berhubungan dengan perseteruan antarkelompok Kunimitsu-Yoshimune]
[Teror perang Yakuza: Kapankah akan berakhir?]
Lantunan prelude rintik hujan milik Chopin itu menemani soreku yang menjemukkan. Kyosuke memainkannya dengan tempo yang lebih lambat, agar hari tak cepat selesai. Sudah hari ketujuh sejak aku dan keluargaku menjadi tahanan rumah. Kami tidak kekurangan suatu apa pun, kecuali kebebasan.
Setiap pagi dan sore aku selalu menunggu koran yang diantarkan oleh Yagi-san. Pria yang ditugaskan untuk melindungiku itu tidak menjawab jika aku bertanya, bukan karena ia seorang yang terobsesi dengan rahasia, tapi karena ternyata ia tak memiliki lidah. Jadi aku selalu mempelajari apa yang terjadi di luar sana, apa yang bergelut di balik tembok kokoh dingin ini lewat lembar-lembar koran dan berita televisi. Kadang-kadang, asap kebakaran dari sudut kota yang lain akan terlihat dari jendela kamarku. Membuatku jadi lebih mudah membayangkan peperangan antar geng yang diceritakan berlangsung secara sengit itu.
Tiba-tiba saja kediaman Anzai menjelma menjadi markas baru Yoshimune-kai. Ketua mereka mendatangi ayah, meminta izin untuk menaruh beberapa prajurit mereka di sini dengan alasan keselamatan kami. Entah kenapa sejak kematian Daigo, seperti ada yang berubah pada diri ayah. Seakan-akan ia sudah tak peduli lagi apa yang akan terjadi dengan keluarga ini. Tidak.. ia seperti bukan lagi sang kepala keluarga, lepas dari semua tanggung jawab yang selama ini digenggamnya kuat-kuat. Kalau tidak, apa mungkin ia akan mengiayakan begitu saja permintaan seseorang yang bahkan belum tentu bisa memberikan perlindungan seperti yang mereka katakan? Bukankah lebih aman jika kita semua melesat ke tempat lain yang tidak diketahui? Apa ayah sengaja menginginkan kita untuk menyaksikan pertumpahan darah ini? Aku tak paham. Tapi seperti biasa.. Aku tak punya hak untuk mengangkat suara. Bahkan dalam keadaan paling bising pun, yang bisa kulakukan hanyalah berteriak bisu.
Ayah menghabiskan hari-harinya dibalik meja, menelaah dokumen-dokumen yang tidak kuketahui. Hanya pada saat makan pagi dan malam aku melihatnya berada di luar ruangan. Ia hampir tak pernah mengungkit lagi soal Daigo, Yoshimune-kai atau bahkan Kira yang menghilang. Ah ya.. Tapi memang dalam keadaan seperti ini, akan sulit untuk tidak bersikap apatis. Kau hidup, tapi tidak hidup. Lebih baik terisolasi di dalam dunia sendiri daripada menjalani dunia yang seperti kebohongan. Bahkan Ibu yang awalnya masih berusaha menolak perubahan ini, lambat laun mulai menjadi sama dengan suaminya. Ia pura-pura sibuk dengan kegemarannya sendiri, seakan-akan apa yang terjadi di luar sana tidak pernah ada. Seakan-akan waktu menjadi beku sejak kepergian Daigo. Siapa coba yang memikirkan akan mengganti tata letak furnitur rumah dalam keadaan begini? Mungkin karena kehidupan mereka diawasi 24 jam oleh orang-orang yang tak mereka kenal, mereka semua jadi seperti menjalani rumah tangga sandiwara.
Jika tidak ada Kyosuke, mungkin aku akan mati bosan. Ia selalu mengajakku untuk membunuh waktu bersamanya, karena ia tahu jika aku dibiarkan terlalu lama menyendiri, maka aku akan kembali pada kesedihanku. Ya, aku rasa rumah ini tidak bisu karena kami sedang dipenjara.. Tapi karena kami juga masih belum usai berkabung.
Kyosuke meminta Nakata dan para anggota Yoshimune-kai untuk memindahkan grand piano miliknya ke ruang tengah, tepat di sebelah altar Daigo. Lalu setiap pagi dan sore, ia akan memainkan kepingan-kepingan lagu sedih. Ketika aku menuduhnya berlebihan, ia hanya tertawa ringan sambil menjawab: Kau pikir aku memainkan ini untuk mengenang Daigo? Tidak, aku memainkan piano ini untuk semua orang yang ada di sini. Jarang-jarang kita semua menjalani hari menunggu ajal seperti ini, bukan? Kenapa tidak sekalian saja diiringi dengan musik yang membunuh.
KAMU SEDANG MEMBACA
To Kill A Homme Fatale [BL]
Historical Fiction[COMPLETED/NC17] Tokyo, 1977 Selepas ditinggal pergi oleh Ibunya, Kira menjadi bagian dari keluarga Anzai. Hanya satu peraturan mutlak di keluarga tersebut, "tidak ada anak yang tidak berguna". Dan Kira tidak punya kelebihan apa pun yang dapat membu...