DUA

57 7 0
                                    

Arka tidur telentang dikasurnya menatap langit-langit kamarnya yang berwarna putih.

Diluar sana hujan, tidak terlalu deras.

Arka jadi teringat Sunny yang sangat benci hujan. Cewek itu tidak suka hujan, apa lagi hujan deras disertai petir. Cewek itu takut.

Saat ini jam 4 sore, Sunny pasti sedang ada ditempat kerjanya. Sunny berkerja paruh waktu disebuah kafe. Perekonomian Sunny memang tidak semudah Arka, mengingat Ayah Sunny sudah meninggal. Jadi Sunny berkerja sepulang sekolah, untuk menambah biaya sekolah, karena biaya sekolah SMA Persada tidak lah murah.

Ibu Sunny membuka usaha katering dan toko kue kecil didepan rumah mereka. Sebenarnya ibu Sunny sudah melarang anaknya untuk berkerja, tapi Sunny memaksa. Sunny tidak mau hanya diam tanpa membantu ibunya. Selain cengeng, pecicilan, dan agak gila, cewek itu juga keras kepala.

Arka ingat waktu Sunny pertama kali bilang ingin membantu ibunya, gak lama setelah UN SMP. Waktu itu mereka lagi main ayunan di bawah pohon besar di belakang rumah Arka.

"Gue pengen deh satu sekolah sama lo." Sunny nengok kearah Arka yang juga lagi main ayunan disampingnya. Ayunannya memang ada dua, sengaja dibuatkan papa Arka untuk mereka berdua.

Arka mendongak "Gue juga pengen."

Sunny mendengus, mendengar jawaban Arka yang biasa-biasa aja.

"Gue serius Ar," katanya.

"Gue juga serius." Arka menimpali.

Sunny berdecak, lalu mengayunkan ayunan dengan kakinya.

Arka diam memperhatikan.

"Tapi gimana caranya? Pasti lo bakal sekolah di SMA unggulan yang biayanya gak sedikit--" Sunny menarik nafas sejenak "SD sama SMP kita beda sekolah, gue pengen SMA satu sekolah sama lo, gue pengen ngelewatin masa putih abu-abu gue ditempat yang sama, bareng sahabat gue" tuturnya.

Arka tercenung. Arka dan Sunny memang tidak pernah satu sekolah. Ibu Sunny tidak memasukan Sunny disekolah yang beda karena kendala biaya.

Sunny diam seolah sedang berpikir. Arka hanya diam menunggu.

"Apa gue kerja aja kali ya" Kata Sunny asal.

Arka terbelalak. Apa katanya? Sunny mau kerja? Gimana bisa? Cewek ini manja banget sama ibunya, dan kesemua orang, termasuk Arka. Mau kerja apa dia.

"Nggak usah aneh-aneh." Arka mengingatkan. Lalu mengayunkan ayunannya.

Sunny cemberut, dia berdiri dan berkacak pinggang.

"Gue serius Arka" rengeknya, kesal karena Arka tidak menanggapi.

Arka berdiri juga tepat di depan Sunny.

"Emang lo mau kerja apa? Emang lo bisa?" Arka mulai kesal.

"Tadi gue nemu brosur, ada lowonngan kerja di kafe. Cuma paruh waktu, jadi gue masih bisa sekolah. Gajinya lumayan lho" Mata Sunny berbinar. Nggak mikirin raut wajah Arka yang udah beda.

"Jangan coba-coba," kata Arka tajam.

"Kenapa sih? Gue cuma mau satu sekolah sama lo. Kalo gue cuma diem, gue nggak bakal bisa. Dan gue juga nggak bisa ngandelin ibu, sementara gue cuma diem aja" Nada suara Sunny naik dua oktaf.

"Gak dengan cara kerja, Sun. Tugas lo itu fokus sekolah. Gue yakin tante Ratna juga nggak bakal setuju" Arka berucap lembut, berharap Sunny ngebatalin niat gilanya itu.

"Lo nggak akan ngerti Ar. Dan nggak akan pernah bisa ngerti." Sunny berkata ketus sebelum akhirnya berlalu dari hadapan Arka.

'Gue ngerti Sun, gue ngerti. Gue juga mau satu sekolah sama lo. Apa lagi setelah gue menyadari satu hal, gue nggak bisa jauh dari lo, karena gue sayang sama lo. Sayang yang lebih dari seorang sahabat' Batin Arka berkata dalam diam.

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang