TUJUHBELAS

21 1 0
                                    

“Semesta itu lucu. Lihat saja cara kerja ia mempermainkan takdir manusia? Yang tulus dikhianati, yang setia di tinggalkan, yang mencintai dikecewakan. Lucu sekali.”




=====

Jam pelajaran terakhir adalah mata pelajaran Ekonomi. Mata pelajaran yang sangat-sangat tidak di harapkan. Apalagi membayangkan harus mendengarkan Bu Erni berbicara sampai bel pulang sekolah, rasanya ingin bawa bantal dari rumah saja. Ngantuk.

Namun ada kabar baik hari ini. Bu Erni tidak masuk. Sedang sakit. Biasanya wanita cerewet itu jarang sakit, mungkin doa Bayu dikabulkan yang sedari pagi berharap Bu Erni tidak masuk. Jadwalnya, hari ini adalah ulangan harian.

Seketika kelas berubah menjadi sangat ramai. Rega sang ketua kelas dengan cepat mengunci pintu kelas, berjaga di depan pintu. Melarang siapapun yang hendak keluar. Rega tidak mau ambil resiko, bisa runyam urusannya kalau ketauan berkeliaran di jam pelajaran oleh guru piket. Ujung-ujungnya yang ikut kena omel adalah ketua kelas, yaitu Rega. Jadi ia tidak akan membiarkan itu terjadi.

Bayu yang niatnya mau melipir ke kantin mengurungkan niatnya. Melihat Rega sudah pasang badan begitu, ia jadi tidak tega. Rega sedang berusaha keras menjadi ketua kelas yang baik, bertanggung jawab, dan berbudi perkerti luhur. Kasihan! Pikirnya. Lalu Bayu letakan kembali tasnya yang sempat disandangnya.

Kemudian Bayu bergerak menutup seluruh gorden jendela, membuat cahaya yang masuk sedikit berkurang. Teman-temannya masih bertanya-tanya apa yang akan Bayu lakukan kali ini.

"Mau ngapain lagi sih tuh anak." desis Firda, melihat tingkah Bayu yang ada-ada saja. Sunny mengangkat bahunya, pertanda kalau ia juga tidak tau.

Bayu mengambil proyektor di laci meja guru dan membawa kemejanya. Kemudian cowok itu mengeluarkan laptopnya dari dalam tas, dan berkata "Ayo nonton. Gue banyak koleksi film nih." serunya.

Dengan semangat cowok itu mengarahkan layar agar pas bisa di tonton seisi kelas. Teman-temannya sudah ambil posisi menghadap layar didepan, siap menonton.

"Nonton apa ya," Bayu bergumam. Tangan cowok itu masih memilih film yang ada di laptonya.

"Fiffty Shades Of Grey!" serunya.

Mendadak sorak sorai terdengar dari anak cowok, seperti di komando.

"Wahh gila Bay."

"Langsung puter aja dah puter."

"Cihuyy."

"Tontonan lo ya bay, baru tau gue."

"Astagfirullahaladzim."

Seisi kelas jadi semakin ramai. Anak cowok menyetujui usul Bayu. Namun anak cewek mati-matian menolak.

Firda yang memang sejak tadi sudah kesal, tanpa pikir panjang melempar buku notes kearah Bayu. Dan sukses mendarat tepat di kening cowok itu.

"Aduh," Bayu mengeluh sambil memegangi keningnya.

"Otak lo itu harus ada yang ngebenerin, biar nggak rusak lagi."

Bayu tidak habis pikir, melihat buku notes milik Firda tergeletak di lantai. Covernya lumayan tebal. Pantesan aja sakit jidat gue.

"Bisa nggak lo nggak ganggu gue?" Bayu menatap sinis Firda. Namun anehnya, muka tengil Bayu tidak pudar. Hal itu malah membuat Firda ingin marah-marah saja.

"Bisa nggak sekali aja lo nggak bikin rusuh?" Suara Firda melengking, menatap tajam kearah Bayu. Sepertinya emosi cewek itu sudah sampai ubun-ubun.

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang