ENAMBELAS

13 2 0
                                    

"Cinta bertepuk sebelah tangan adalah bagian paling jahat dalam mencintai. Cinta sendirian, terluka sendirian."

=====

Sunny Andini: Ar, jemput ya. Shift gue baru aja selesai.

Sunny mengerutkan kening, membaca pesan yang baru saja yang ia kirimi pada Arka. Sunny membacanya berulang-ulang, pesan itu tidak kunjung mendapat balasan. Tadi, Sunny juga sudah menelpon Arka berkali-kali namun tidak di jawab. Arka kemana sih?

Masalahnya, hari ini Sunny tidak membawa sepeda, karena tadi ia diantar oleh Darel. Namun cowok itu ada latihan futsal, Darel tidak bisa mengantar Sunny pulang.

Ini pertama kali Arka tidak menjawab telponnya. Biasanya, Arka selalu sigap setiap saat. Situasi seperti ini sangat meresahkan. Tiba-tiba perasaanya jadi tidak enak, ada rasa khawatir yang begitu saja muncul.

Arka baik-baik aja kan? Tau jangan-jangan ia kenapa kenapa? Enggak! Nggak boleh mikir gitu, Arka pasti baik-baik saja. Pikiran Sunny berkecamuk dan membuat cara kerja otaknya menjadi tidak beres. Sunny jadi berpikiran yang macam-macam.

Akhir-akhir ini rasanya waktunya dan Arka semakin sedikit. Ia hanya bisa melihat cowok itu saat di sekolah. Biasanya Sunny selalu berangkat sekolah bersama Arka, namun rutinitas itu tidak ada lagi. Semenjak setiap pagi Darel sudah bertengger di depan rumahnya, tanpa diminta. Sunny mana bisa menolak.

Awalnya, Sunny merasa agak aneh dengan perubahan kecil yang sebenarnya mengubah hampir seluruh kesehariannya. Sunny sudah mencoba untuk ngobrol dengan Arka, agar tidak ada yang perlu berubah. Namun, mendadak Arka berubah menjadi orang super sibuk. Saat Sunny menemuinya di sekolah, Arka latihan futsal. Saat Sunny datang kerumahnya, yang cewek itu dapati hanya Rara yang mengatakan bahwa Arka tidak dirumah.

Arka ngeselin!

"Sun, kamu belum pulang?" Mbak Saras menepuk pundaknya, sepertinya ia habis membuang sampah.

Sunny menggeleng, "Ini baru mau pesan ojek online, mbak." Sunny memamerkan senyum ramahnya.

***

Pukul sepuluh malam, Arka mamarkirkan motornya di depan rumahnya. Keningnya berkerut, melihat mobil Ivan terparkir tepat di samping motornya. Dan benar saja, saat Arka masuk, disana diruang tamu sudah ada Ivan dan Tito sedang cekikikan bersama..Rara?

"Enak Ra. Bang Ivan nih kalau disekolah, nggak pernah mikir. Tapi nilai mah jangan di tanya, diatas kkm terus nggak pernah remidial. Ajaib kan?" jelas Ivan sambil mengunyah snack kripik kentang kemasan.

"Kok bisa sih bang?" tanya Rara kemudian, setengah tidak percaya.

"Makanya, cepet jadinya anak SMA, entar dikasih tau deh tipsnya." Timpal Ivan. Rara yang mendengarkan, semakin antusias.

"Mitos, Ra. Jangan percaya. Dia tiap hari nyontek Arka." celetuk Tito.

Ivan mendelik, "Sirik aja lo. Karena setiap ulangan pasti remidial."

Tidak peduli dengan Tito, Ivan makin semangat saja meneruskan ceritanya. "Di sekolah, cewek pada nempel semua pada minta dipacarin. Cuma karena bang Ivan setia. Semua abang tolak."

"Serius bang?" mata Rara membulat.

"Bohong aja. Tukang selingkuh dia, Ra." sahut Tito lagi.

Ivan menoyor kepala Tito begitu saja, hampir saja makanan dimulut Tito muncrat dibuatnya, "Diem lo elah Tit." sungut Ivan.

"Adek gue jangan diajarin yang nggak bener," komentar Arka. Menghampri ketiganya yang sedang asik dengan obrolan tidak jelas.

"Ni anaknya akhirnya pulang juga." Mata Rara mengarah pada Arka.

Back To YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang