Aargh ya ampun ada Typo terselubung di bab sebelumnya. Maafkan aku. Sungguh, aku tidak sadar karena terlalu senang ada yang mau membaca ini. Hei, aku manusia biasa. Wajar bila salah, kan? Hahaha, tidak lucu -_-.
°/\°
Urca tak bisa tenang. Ia mencoba duduk di tepi ranjang, berusaha menenangkan dirinya namun gagal. Itu sama sekali tidak membantu. Ini bukan karena ia tidur di tempat baru. Dirinya sudah terbiasa berpindah-pindah hingga ia bahkan bisa tidur di dahan pohon tanpa terjatuh.
Tapi ini karena kakek itu memaksa untuk mencuci jubahnya. Jubah hitam miliknya yang sudah seperti bagian tubuhnya. Lebih baik dirinya sendiri yang mencucinya. Toh, hasilnya akan sama saja, atau malah lebih bersih hasil cuciannya.
Tok! Tok! Tok!
"Siapa?" tanya Urca dengan suara agak keras.
"Ini aku." Urca mengenalinya. Ia mengijinkannya masuk dan pria itu pun duduk di sampingnya. "Kenapa kau belum tidur?" tanya Archa dengan suara yang lembut seraya mengusap kepala sang adik.
"Jubahku dicuci," rengek Urca.
"Hanya itu?"
"Ya. Memang untuk apa lagi?"
"Kau masih saja tidak suka pakaianmu disentuh orang lain."
"Itu milikku dan hanya aku yang boleh melakukan sesuatu padanya."
Adik manisnya masih sama seperti terakhir kali ia menggendongnya. Urca juga masih suka kue madu yang ia buat. Walaupun baru kemarin mereka bernostalgia, rasanya ia masih saja merindukan adiknya ini. Wajar bukan? Enam tahun bukan waktu yang sebentar. Apalagi jika dilalui bersama rasa sakit. Satu menit saja rasanya seperti seharian. Ia merasa sangat bersalah ketika ia tahu adiknya tidak dapat ditemukan di manapun. Rasanya ia begitu hancur. Hatinya juga seperti lenyap entah kemana. Tapi sekarang ia sangat bersyukur bisa bertemu.
"Tidurlah," ucap Archa. "Besok mungkin akan jadi hari yang melelahkan untukmu."
"Kakak juga tidurlah. Aku bahkan lebih kuat darimu."
"Hmph, dasar rubah kecil." Archa yang gemas mengacak rambut Urca lalu mencium puncaknya. "Selamat tidur."
"Kak," Urca menahan tangan kakaknya hingga membuat Archa menoleh. "Tunggu sampai aku terlelap."
"Tentu."
Urca merebahkan tubuhnya. Awalnya ia tak bisa tidur bahkan memejamkan matanya saja sulit. Tapi ketika Archa mengusap kepalanya rasa kantuk langsung menyerang. Kelopak matanya terasa sangat berat bahkan untuk sekadar mengintip. Ia merasa sangat aman dan nyaman. Lama sekali ia tak merasakan seperti ini. Sangat lama sampai ia tak ingat kapan terakhir kali ia merasa seaman dan senyaman ini hingga tak sadar bahwa alam mimpi sudah menjemputnya.
°/\°
Ruang khusus rapat para petinggi markas itu sudah diisi oleh orang-orang yang diundang. Para pimpinan (yang kemarin duduk di meja panjang), Edrise sebagai Ketua utama, tim Z (selanjutnya akan disebut tim Lio), Fleury dan Urca yang masih saja menguap. Ia juga hanya memakai kaos dan celana selutut yang diberikan Meera tadi pagi. Fleury yang berada tepat di sampingnya cukup kesal karena gadis itu masih juga menguap dan berakhir dengan mencubit pipi gadis itu hingga ia menjerit cukup keras. Matanya sedikit berkaca-kaca.
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Savior
Science Fiction-Cerita ini ada sejak sekitar bulan Juni 2016- Setelah para 'makhluk' itu lenyap, mereka pikir 'dia' juga ikut lenyap. Anggapan lain mengatakan 'dia'-lah yang membawa mereka. Para 'makhluk' mengerikan yang meneror sejak beberapa tahun lalu menghancu...