Oh, hai. Apa kabar kalian?Semoga keterlambatanku yang sungguh terlalu dapat di bayar dengar Chapter penutup ini.
Tidak, kalian tidak salah baca.
Selamat membaca~
°/\°
Boom!
Lio dan yang lainnya seketika terdiam. Ledakan itu berasal dari markas. Sepertinya sumber suara itu cukup dekat dari lokasi mereka. Reflek mereka langsung merapat ke arah Lio. Dari tempat mereka berpijak mereka dapat merasakan getaran. Seperti segerombolan kuda yang berlari mendekat. Lio bergegas masuk ke markas utama.
Namun yang mereka dapati malah pemandangan yang sangat mengerikan. Kantor itu porak poranda. Segala sesuatunya terlihat berhamburan. Tak hanya benda mati, tapi juga darah bahkan beberapa potongan tubuh manusia. Beberapa darinya mereka kenal sebagai staf.
“Ada apa ini?!”
Hesa langsung lemas hingga harus dipapah Pilo dan Gercu. Mereka memang sering melihat mayat tapi tak pernah sesegar ini. Darahnya masih sangat segar. Beberapa organ yang berceceran bahkan masih berkedut. Lio mendekati jejak yang tertinggal di banyak tempat. Cakaran, tebasan, dan jejak kakinya ia kenali.
Rheha.
Bagaimana bisa?
“Ketua,” panggilan Gercu membuatnya menoleh, “mereka dari arah belakang markas.”
Lio langsung menyusuri jejak yang Gercu tunjukan dan yang lainnya mengikuti di belakang. Tak banyak yang mereka ketahui tentang tempat itu selain sebuah lahan luas yang sangat kosong. Benar-benar kosong.
Sesampainya mereka mendapati lubang besar yang menganga. Terdapat lorong yang begitu besar, memanjang hingga tak terlihat ujungnya. Mungkin karena cahaya matahari yang mulai condong ke barat, membuat lubang itu agak gelap. Lorong yang cukup landai untuk ditelusuri.
Entah bisikan dari mana, Lio merasa harus menelusuri lorong ini. Ia tak tahu kenapa tapi rasanya segala pertanyaannya akan terjawab jika ia menelusurinya. Mungkin tidak semua, tapi pasti banyak yang akan ia ketahui jawabannya.
Srakk sraakkk
Beberapa ekor Rheha keluar dari gelapnya lorong. Awalnya mereka berjalan lambat. Namun begitu melihat mereka, para Rheha itu seketika berubah beringas. Mereka mempercepat langkah untuk menyerang tim Lio. Mau tak mau Hesa berusaha bangkit, melupakan ceceran tubuh yang ia lihat. Ia tak mau jadi beban bagi timnya.
“Waktunya melihat hasil.”
°/\°Urca tak mengeluarkan sepatah kata pun sejak masuk ke lorong asing itu. Matanya tetap setia mengekor Fleury di depannya. Sesekali ia memperhatikan dinding lorong yang disinari cahaya temaram kebiruan. Belum ada yang mau membuka suara. Hanya terdengar suara langkah mereka dalam lorong sepi itu. Sebenarnya ada banyak pertanyaan di kepalanya namun ia sedang tak ingin bertanya. Entah kenapa, firasatnya bilang pertanyaannya nanti akan mudah terjawab ketika mereka tiba di tempat yang Fleury arahkan.
Entahlah, tapi ia yakin.
“Kemana kita?” tanya Reisn.
“Tempat yang cukup aman.”
“Bagaimana dengan yang lainnya?”
Fleury bungkam, tak menjawab sama sekali pertanyaan pemuda itu. Menoleh pun tidak. Ia terus melangkah dalam diam. Reisn menyipit, seolah tahu jawaban akan pertanyaannya sendiri. Semakin lama tercium bau yang menurutnya tak asing. Seketika ia menarik tangan Urca untuk berhenti, membuat gadis itu kebingungan. Cengkeraman tangan Reisn di lengannya cukup kuat.
“Ada apa?” tanya gadis itu. Ia menatap Reisn yang terlihat resah.
“Aku tahu tempat yang ingin kau tuju, Fleury.”
Fleury berhenti dan berbalik menatap pemuda itu. Sorot matanya tajam namun sarat akan makna. Ia tak mengerti apa tujuan bocah itu. Kenapa ia menuntun mereka ke tempat itu? Tempat yang mengingatkannya pada kenangan yang buruk. Mungkin bisa berdampak buruk juga bagi Urca. Seketika amarah membuncah di dadanya. Ia menarik Urca ke belakang tubuhnya. Tatapannya tepat mengarah pada Fleury.
“Apa tujuanmu?” tanya Reisn. Nadanya begitu dingin.
“Membawa kalian ke tempat aman.”
“Jangan main-main denganku! Aku tahu kemana kau akan membawa kami.” Tatapannya kini beralih pada Kai, “Kau juga tahu, kan?”
Kai diam. Ya, ia memang tahu tempat yang akan mereka tuju. Tapi ia sungguh tak tahu maksud Fleury mengarahkan mereka ke tempat itu. Sulit menebak apa yang bocah ini pikirkan. Yang ia tahu saat ini ia harus mengikutinya. Hanya itu. Ia sendiri melirik Fleury dengan ragu. Untuk pertama kalinya semenjak ia menginjakkan kaki di markas ini, ia merasa cukup ragu dan sangat waspada. Aura Fleury terasa agak berbahaya namun juga sedikit menenangkan. Reisn pun tahu Fleury bukan orang berbahaya dalam artian ia tak akan bisa menyakiti Urca secara fisik. Tapi, bagaimana dengan hatinya?
“Jika kau berniat buruk pa—“
“Ada hal yang tidak diketahui siapapun,” potong Fleury.
“Apa?”
“Sudah saatnya. Mungkin kalian bisa menghentikan petaka ini. Petaka yang dibuat oleh para pendahulu.”
Apa maksudnya? Pendahulu? Maksudnya para profesor terdahulu? Apa yang ia maksud itu Edrise? Atau siapa?
“Cepat. Atau kalian akan membiarkan makhluk-makhluk it—“
“Apa maksudmu!l?!”
“Reisn,” panggil Kai dengan suara rendah, “ada banyak hal yang dirahasiakan pihak pemerintah dari semua orang. Bahkan dari para elite sekalipun.”
Reisn terdiam. Bulu kuduknya meremas hebat kala mengingat kata ‘rahasia’. Apa rahasia ya g ia pendam selama ini bekum cukup? Berapa banyak lagi rahasia yang belum terungkap?
“Apa...,” suara Urca memecah keheningan yang sesaat timbul, “ini menyangkut asal-sulku juga?”
Kai menatapnya dalam. Terlihat jelas gadis itu punya rasa ingin tahu yang luar biasa besar soal asal usulnya. Apalagi soal orang tuanya. Jelas gadis itu menuntut penjelasan lebih banyak. Sudah saatnya ia tahu.°/\°
Seorang wanita berdiri tegap di puncak salah satu menara markas. Di balik topengnya, ia menatap kericuhan yang terjadi di sana dengan angkuh. Awal dari rencananya sukses besar. Banyak dari mereka mati. Tak hanya manusia, mayat Rheha juga bergelimpangan. Amisnya darah begitu pekat menusuk hidung.
“Pimpinan,” panggil si kaki tangan gemuk. Topeng anjuran ng biru miliknya sedikit tergores akibat perlawanan singkat yang ia dapat. “Hari semakin gelap. Apa tindakan selanjutnya?”
“Tepat ketika matahari terbenam, kita hentikan penyerangan. Mereka buth istirahat untuk esok hari. Perintahkan mereka berkumpul di lahan belakang markas setelah hari gelap.”
“Baik.”
Si anjing biru segera menghilang, turun dalam kerusuhan yang terjadi. Mata tajan si anjng merah memperhatikan dengan seksama. Tak lama kemudian langit senja berubah gelap. Segera si anjing biru memerintahkan untuk mundur dan berkumpuk di tempat yang pimpinan maksud.
Terlihat beberapa manusia dapat lolos dengan mudahnya berlari kencang. Beberapa lainnya dipapah bisa menjauh ke tempat aman dengan tubuh penuh luka. Lainnya banyak yang kehilangan anggota tubuh, bahkan nyawa. Si anjing merah tersenyum sinis menatapnya. Ia juga manusia tapi hatinya telah mati untuk rasa iba.
Dendam membutakannya.
Puas melihat para petinggi dan staf markas kabur, ia melompat turun dari atas menara. Langkahnya yang santai dan anggun mengarah ke lahan luas temoat mereka akan berkumpul. Sesaatbia menatap lubang yang berhasil ia buat. Lubang besar dengan terowongaan dan jalan landai tempat mereka menyerbu markas dengan brutal. Lagi ia tersenyum sinis. Dengan angkuh ia yakin rencananya akan berjalan sesuai alur.
Permainan sesungguhnya telah dimulai.
Black savior I : The End°/\°
Terima kasih sudah mau membaca cerita ini hingga bab akhir. Banyak cerita yang terjadi di baliknya. Untuk kalian bisa yang selalu mengikuti cerita ini sekalipun silent reader, aku ucapkan terima kasih. Apalagi untuk mereka yang mau berkomentar di ceritaku.
Ada sedikit cerita. Um, awalnya ingin kujadikan 1 buku. Tapi, berhubung ini akan semakin rumit, maka di pertengahan cerita kupikir lebih baik di bagi 2 buku.
Akan ada bagian kedua buku ini. Tentu setelah revisi besar-besaran nanti. Aku tidak bisa memastikan kapan, yang jelas tahun ini (mungkin).
Selain itu aku makin sadar bahwa genre ini cukup sulit. Apalagi untuk pemula sepertiku. Aku bahkan sempat berpikir aku salah pilih genre sebagai pemula -_-. Eh, aku sudah pernah cerita, ya?
Akhir kata, sekali lagi terima kasih untuk semua waktu yang kalian luangkan untuk membaca cerita ini. Juga untuk kalian yang mendukung. Maaf untuk semua kesalahanku yang mana pun itu.
Salam hangat.
23/06/2017
KAMU SEDANG MEMBACA
Black Savior
Science-Fiction-Cerita ini ada sejak sekitar bulan Juni 2016- Setelah para 'makhluk' itu lenyap, mereka pikir 'dia' juga ikut lenyap. Anggapan lain mengatakan 'dia'-lah yang membawa mereka. Para 'makhluk' mengerikan yang meneror sejak beberapa tahun lalu menghancu...