Bab 10: Pertanyaan

65 7 8
                                    

Jaa!! Ketemu lagi denganku~
Hei, di Bab ini aku ingin memunculkan sedikit romance. Temanku (perlu aku tag? Nanti kutanyakan dulu. Itu juga jika ada yang menanggapi pertanyaan ini) menyarankan bumbui dengan sedikit romance. Yah, sebenarnya bagian ini sudah ada sebelum dia mengucapkannya.

Omong-omong dia lumayan membantu belakangan ini. Aku salut dengan kesabarannya. Hahahaha, dia penurut.

Oh, ya! Lagi-lagi aku belum memikirkan judul sub-bab ini. Lalu ... asal tahu saja, aku mengetik pesan Author ini tanpa memikirkan judul sub-bab.

Lalu, peringatan ringan. Mulai bab ini hingga beberapa bab ke depan akan semakin panjang (mungkin). Jumlah word kemungkinan tidak akan sedikit dan tidak sama rata. Mengingat aku tidak menargetkan cerita ini akan tamat dalam berapa bab, yang pasti aku tidak mau menempatkan di bab ganjil..

Aku kurang suka sesuatu yang tidak bisa di bagi dua. Tentu kecuali dalam beberapa hal.

Ah, sudahlah!

Selamat membaca~😍

°/\°

Archa panik. Kejadian langka! Tidak biasanya pemuda itu berwajah gusar begitu. Pasti karena adiknya yang tiba-tiba menghilang entah ke mana. Kembali ke sarang pun tidak ditemukan. Bahkan ia sudah mengitari seluruh bagian markas tapi juga tak ada. Sedangkan ini hampir tengah malam. Ke mana adik manisnya itu? Ia terus mondar-mandir sejak mereka berkumpul di kamar Archa.

“Archa, berhentilah. Aku pusing melihatmu bolak-balik begitu,” keluh Kraku.

“Kraku ada benarnya. Duduklah. Tenangkan pikiranmu dulu,” kali ini Lio yang berusaha menenangkan pemuda bermata abu itu.

Archa mengerang frustrasi. “Bagaimana aku bisa tenang?! Adikku menghilang, Lio.”

“Mungkin dia sedang ada urusan mendadak.”

“Urusan apa? Tuan Kai bahkan tidak ada di sana dan juga tak tahu keberadaannya.”

“Aku juga tak tahu. Tapi pasti Urca punya alasan yang bagus untuk itu,” sahut Hesa. Ia tahu gadis itu tak akan sembarangan menghilang atau pergi.

Slaap.

“Ah, benar. Semua kumpul di sini,” seru Urca yang baru masuk. Lengkap dengan rubah kutub kecil di bahu kanannya.

“Kau ke mana sa-“

Ucapan Archa terhenti begitu ia berbalik dan melihat rubah kutub itu. Rubah itu bertengger manis di bahu adiknya sambil menatapnya dengan intens. Matanya berwarna jingga gelap mengerjap sambil menggoyangkan ekornya.

“Kenapa kau membawanya?” tanya Archa dengan dinginnya. Tatapannya tak lepas dari rubah imut itu.

“Kenapa? Dia lucu. Aku memungutnya tadi.”

“Buang.”

“Tidak,” cicit Urca seraya langsung mendekap rubah kecilnya dengan erat.

“Urca!”

“Archa, tenanglah,” bujuk Lio. Dia mendorong Archa pelan agar dapat memberi ruang pada Urca. “Ke mana kau sampai selarut ini?” Giliran Lio yang bertanya pada Urca.

Black SaviorTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang