Lelaki dengan badan tegap serta memiliki suara berat, kini tengah terbaring lemah di sofa apartementnya. Berbagai botol minuman ber-akohol tergeletak begitu saja di sampingnya dengan keadaan kosong. Penampilan nya yang berantakan menambah kesan brengsek baginya. Dua kancing baju teratasnya sudah terbuka begitu saja. Well, apalagi yang ia lakukan jika bukan bermain perempuan? Ini bukan pertama atau kedua kalinya ia menyewa perempuan untuk menuntaskan hasrat biologisnya.
Park Chanyeol. Lelaki yang sangat tampan dengan lesung pipi di wajah, kini menjadi CEO perusahaan milik sang ayah. Hell, ini memang cita-citanya sejak ia kecil. Ia sangat suka dengan dunia per-bisnisan. Oleh karena itu, ia bersekolah hingga harus ke Rumania hanya untuk mempelajari bisnis dan saham.
Seiring berjalannya waktu, Chanyeol merasa terbebani oleh adanya jabatan ini. Tak ayal dirinya selalu mengabaikan pekerjaannya di kantor dan berakhir menyewa perempuan setiap malamnya. Pekerjaan serta beberapa tugas menumpuk setiap harinya, membuat Chanyeol frustasi akan hal ini. Lelah. Ya dirinya sangat lelah.
Ketika semua orang di luar sana sudah terlelap bahkan sudah memasuki mimpi, tetapi dia masih harus berkutat oleh berkas-berkas yang membuatnya muak. Keanehan Chanyeol belakangan ini tentu saja sudah diketahui oleh kedua orang tuanya, dan tidak jarang mereka harus menemui Chanyeol yang sudah tergeletak dengan minuman akhol di sampingnya, seperti saat ini.
"Chanyeol!" pekik Ibu Park amat terkejut. Ia sebenarnya berniat untuk mengunjungi Chanyeol untuk membicarakan perihal penting. Tetapi, ketika kakinya baru menginjak di ruang utama apartement, ia justru mendapatkan Chanyeol dalam kondisi berantakan seperti ini.
Chanyeol hanya memejamkan matanya menahan pening yang menerpa kepalanya. Samar-samar, ia dapat mendengar suara tangis sang Ibu di sampingnya. Dan sekali lagi, hal ini membuatnya merasa tak berguna.
PLAK
Suara tamparan terdengar memenuhi seisi ruangan. Sementara si pelaku, Tuan Park, tengah menarik nafas dalam-dalam melihat kelakuan anaknya yang semakin hari semakin sulit untuk di atur.
"Ternyata keputusanku untuk menjodohkanmu, benar. Besok kita akan melakukan pertemuan perjodohan. Aku tidak menerima penolakanmu, Chanyeol." ujar Tuan Park tegas dan menohok hati Chanyeol.
"Aku tidak mau," lirih Chanyeol dengan luka di sudut bibirnya.
Tuan Park yang baru saja berjalan beberapa langkah, terpaksa berhenti. "Jabatanmu akan aku lepas. Pikirkan baik-baik." ujarnya tanpa menoleh sedikitpun.
Chanyeol memejamkan matanya kembali, isak tangis Ibunya masih terdengar beserta dentuman pintu tertutup. Kepalanya masih terasa pening, belum lagi hatinya tengah dilema sekarang. Disatu sisi ia ingin meninggalkan jabatannya sebagai CEO, tapi jika ia pikir kembali, ini adalah cita-citanya sejak kecil.
"Chanyeol, sekali saja kau dengarkan appamu dan berubah sikapmu Chanyeol. Eomma menyayangimu."
Tak kuasa menahannya, kini cairan liquid bening milik Chanyeol telah mengalir dengan deras membasahi pipinya. Ia sekali lagi merasa tak berguna, ia hanya bisa menangis dan menangis dalam pelukan sang eomma. Chanyeol ingin berubah, meninggalkan segala kebiasaan buruk itu. Tetapi ini sangat sulit. Menurutnya, ini kebiasaan buruk yang menyenangkan.
"Eomma maafkan aku. Jangan menangis." lirih Chanyeol berusaha menenangkan Ibunya. Hanya Ibunya yang sering membela ia ketika dalam situasi seperti ini.
Ibu Park melepaskan pelukan Chanyeol, mengusap air matanya kasar kemudian tersenyum lirih.
"Kau mandilah, dan turuti kemauan appamu." titahnya mampu membuat Chanyeol melongo. Tidak! Ibunya bukan seperti ini, Ibunya selalu membelanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Marriage not Dating
Fanfic[MPREG/END] Chanyeol adalah seorang pemimpin di perusahaan milik keluarga Park. Tetapi semua kejayaan akan perusahaannya, harus dirinya dapatkan dengan mengorbankan hati dan perusahaannya. Sampai akhirnya, Chanyeol berhadapan dengan kata Perjodoha...