No Title

2.9K 219 70
                                    

||Namanya juga hidup, kadang confused, kadang crazy, kadang happy, kadang lazy, kadang juga stupid. Nikmatin aja.||






        ☆ UNEXPECTED LOVE ☆








[Kevan POV]

"Nyet. Pulang nanti kayaknya gue telat lagi deh." Ujar gue ke kak Arthur seraya mengoleskan selai kacang ke lembar roti. Nggak denger respon apa-apa, gue ngelirik kak Arthur yang lagi senyum-senyum geli natap ke layar ponselnya.

"Nyet."

"Hihihaha..."

"Nyet. Lo dengerin gue nggak?!"

"Pffttt.."

"Nyet!!"

"Hah!? Apa? Iya bikinin sekalian."

"Apaansih." Jengkel gue. Udah beberapa hari belakangan ini gue ngeliat kak Arthur selalu nggak fokus. Sibuk sendiri kalo udah nyatu sama ponselnya. Kadang bunyi notifikasi dari bbmnya yang rame itu juga annoying banget. Ganggu. Nggak, nggak, gue nggak iri, tapi emang definisi ganggu, kan bisa ya di silent aja.

"Apa? Apa? Sorry nggak denger." Kak Arthur meletakan ponselnya dimeja. Mengambil selembar roti lalu mencelupkannya ke segelas susu dihadapannya.

"Hari ini kayaknya gue pulang telat." Gue melipat roti lalu melahapnya. Ah gue lebih suka selai coklat daripada selai kacang.

"Lagi?" Gue ngangguk. "Kenapa lo akhir-akhir ini pulang telat mulu?" Kak Arthur natap gue penuh selidik. "Lo nggak ngelakuin hal yang nggak senonoh kan?"

"Hal senonoh apaan? Nonton bokep durasi lima jam dalam sehari aja kadang gue ngerasa berdosa." Kak Arthur berdecih pelan. Tapi emang pegel kalo nonton bokep yang durasinya lama.

"Bokep aja terus yang lo pikirin." Komentar kak Arthur yang nggak gue gubris. Wajar kali kalo otak gue suka ngebokep. Secara garis besar berarti gue itu normal. Bukan cowok namanya kalo nggak bokep. Tapi lama-lama kayaknya otak gue perlahan mulai rusak gara-gara keseringan nonton bokep, mangkanya gue sekarang agak ngurangin dikit nontonnya, nggak sesering dulu.

"Terus kenapa lo pulang telat mulu? Nggak mungkin banget kalo cuma sekedar ngerjain tugas. Alibi klasik tempo dulu lo. Anak macem lo itu cuma mulut doang." Kok gue jadi di gibah? Emang iya sih. Bukan ngerjain tugas sekolah. Tapi tugas dari projectnya kak Leon.

Yakali gue jujur. Bilang kalo gue bakal jadi cast short movie LGBTーdapet peran bottom. Nggak elit banget tolong. Biarkan ini menjadi rahasia antara gue, Tuhan, beserta komplotan kak Leon lainnya yang tau. Kak Arthur nggak usah diajak.

"Kapan gue pernah bohong?" Bohong demi kebaikan dan keamanan nusa dan bangsa sih sering. "Pokoknya nanti gue pulang telat."

"Whatever you want." Kak Arthur kini mengalihkan perhatiannya ke ponselnya kembali dan mulai ketawa sendiri. Lama-lama kelakuannya ini mulai mengusik gue. Bukannya gue sirik atau gimana, najis amat gue irian sama kak Arthur. Cuma nyaman nggak sih? ada orang yang bisa lo ajak ngobrol, tapi doi malah asik sendiri sama benda mati? Buat gue sih nggak.

"Akhir-akhir ini lo sering banget main hape. Apalagi kalo ada notif dari bbm muncul. Beuh.. udah kayak ibu-ibu dapet diskonan daleman sembilanpuluhsembilan persen. Gercep banget." Sindir gue.

"Ha? Apa? Daleman ibu-ibu kenapa? Lo mau?" Ck! Nggak fokus kan. Males gue kalo udah kayak gini tuh. Percuma udah percuma.

"Au ah! Ayo berangkat." Gue beranjak dari meja makan. Menyelempangkan tas gue dan natap kak Arthur yang malah ngeliatin gue.

Unexpected LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang