"Tak peduli apapun itu, masa lalu tidak bisa diubah. Mereka hanya bagian dari masa laluku yang menjadi sebuah kenangan pahit."
Hembusan nafasnya mulai terdengar begitu berat. Gadis cantik itu bangun dengan rambut yang masih berantakan. Ia mulai melakukan peregangan dan menguap beberapa kali. Ia menyipitkan matanya begitu melihat ke arah jendela, matahari mengintip malu di celah-celah tirai putih itu.
Ia beralih menengok kearah jam dinding yang tertempel cantik pas di arah matanya. Jam itu menunjukkan pukul 6.10, sedangkan ia harus masuk sekolah barunya pukul 7.00 hanya tinggal tersisa beberapa menit lagi sebelum gerbangnya ditutup. Ia langsung bergegas berlari menuju kamar mandi dan membersihkan diri secepat mungkin.
"Makan dulu sayang." Anera, mamanya sudah memperingatkannya untuk makan, namun gadis ini menolaknya dan memilih untuk segera menuju ke sekolahnya.
"Nggak bisa ma, udah telat. Kurang 15 menit lagi."
"Emangnya mau naik apa kesana? Bis? Emang kamu tahan naik bis? Udahlah makan dulu, kalau kamu telat ntar biar mama yang ngomong sama kepala sekolahnya. Kenapa juga sih kamu harus sekolah seperti itu. Kan kamu bisa sekolah di sekolah internasional sebelahnya."
"No, thanks. Aku makan dijalan aja. Aku akan coba naik bis, mungkin bakalan asik. Aku berangkat dulu, bye ma. Love you." Setelah mencium kedua pipi Anera gadis ini langsung bergegas menuju halte bis yang tidak jauh dari rumahnya.
Ia benar-benar menaiki bis itu dan duduk di bangku yang kosong dekat jendela. Ia mulai mendengarkan musik dari hp yang digenggamnya. Ia bergegas menuju ruang sekolah yang memiliki bangunan yang tidak begitu bagus namun lingkungannya sangat bersih.
Ia menghirup udara dan mulai menghembuskannya, ia merasakan hal yang berbeda di sekolah ini. Merasakan bahwa kehidupan yang baru akan datang.
"Sekolahnya bagus, gue suka. Udaranya seger banget deh. Hal terpenting saat ini orang itu sekolah disini." Ia larut dalam bayangan pikirannya. Sampai-sampai ia tidak ingat bahwa jam sudah menunjukkan pukul 6.55, lima menit sebelum akhirnya gerbang ditutup.
"Kita kedatangan murid baru. Silahkan perkenalkan dirimu." Pinta Deni selaku wali kelasnya.
"Selamat pagi teman-teman. Saya Junea Anantha. Panggil aja Joo. Senang bertemu dengan kalian."
"Silahkan duduk di bangku yang kosong." membungkuk sopan kepada gurunya dan segera ke tempat duduk yang ditunjukkan oleh Deni.
"Hai Joo, gue Geo ketua kelas sebelas ruang satu. Liat deh, semuanya pada fokusnya cuma ke lo." Joo tersenyum kearah Geo yang menyambutnya dengan ramah.
"Hai Geo." Sapanya singkat. Joo hanya tersenyum mendengar pernyataan dari Geo. Saat istirahat tiba Joo lebih memilih pergi bersama patner barunya itu, dia rasa hanya Geo lah yang sangat aktif mengajaknya ngobrol.
"Apa ada yang salah sama muka gue? Kok mereka liatin gue terus sih." Ia membalas senyuman dari gerombolan lelaki yang berjarak tidak begitu jauh dari meja kantin yang menjadi tempat makan Joo dan Geo.
"Entahlah, mungkin mereka baru pertama kali liat orang cantik?" Jawab Geo santai dan melanjutkan makan siangnya. Joo memang terlahir cantik seperti bidadari, ia gadis yang sangat beruntung karena lahir di keluarga kaya yang siap memenuhi segala kebutuhannya.
"Gue bingung, kenapa cewek secantik lo mau sekolah di sekolahan kumuh kayak gini. Dan gue rasa lo juga bukan dari keluarga yang nggak berada."
"Gue rasa sekolah ini nggak kumuh-kumuh amat dan gue suka disini. Apa disini nerima siswa berdasarkan kaya atau nggak keluarganya? Kenapa harus dibeda-bedakan? Toh ini bukan sekolah elit. Nggak peduli gue kaya ataupun miskin gue kesini buat belajar."
KAMU SEDANG MEMBACA
Our - Don't Forget Me (Completed)
Teen FictionRenald Rahardian. Si biang onar di SMA Bina Bhakti yang tidak pernah berniat untuk berhenti membuat masalah. Kemudian ia bertemu dengan siswi baru seorang gadis cantik bernama Junea Anantha. Joo panggilan akrabnya. Ren selalu membully anak baru di s...