Penghianatan

1K 68 2
                                    

"Aku sedih ketika melihatmu bersamanya tapi hatiku lebih hancur ketika kau lebih memilihnya disaat kau telah memilikiku."

Geo berjalan menyusuri lorong sekolah dan pulang, ia merasa sesak dalam dadanya. Sakit rasanya menahan air mata yang ingin ia keluarkan sedari tadi.

"Gue kenapa sih? Gue.. sakit ngeliat mereka jadian, gue cemburu?"

Geo menghela nafas panjang, ia bingung terhadap perasaannya saat ini. Disisi lain ia harus memikirkan perasaan kakak tirinya, namun ia juga tidak bisa berkata apapun bahwa saat ini ia mulai jatuh hati pada Joo.

"Gue nggak bisa suka sama Joo. Nggak bisa, tapi kenapa juga gue harus mikirin kak Ren? Toh dia bukan kakak kandung gue. Emang apa yang pernah dia lakuin ke gue sampai gue harus ngertiin perasaannya?"

Setelah mandi lelaki itu berbaring dikasurnya, ia masih memikirkan kejadian sore tadi. Kini Ren dan Joo telah resmi menjadi sepasang kekasih.

"Bener kalau banyak yang bilang penyesalan datang akhiran. Selama ini gue tau Joo suka sama gue, tapi gue yang terlalu nggak peduli. Apa gue nyesel sekarang?"

Geo dan Ren adalah saudara satu ayah, perceraian Medina dan Andi memang disebabkan adanya orang ketiga dalam hubungan rumah tangga mereka.

Bertahun-tahun Medina memendam rasa sakit hatinya, namun apa boleh dikata bahwa Andi tidak pernah mencintainya.

Mereka dijodohkan oleh kedua orang tuanya, namun beberapa bulan menikah Medina tersadar bahwa Andi masih mencintai mantan kekasihnya.

Tanpa sepengetahuan Medina diam-diam Andi masih menjalin hubungan dengan mantan kekasihnya dan muncullah Geo buah hati mereka.

Setelah beberapa bulan perceraian Andi dan Medina dikabulkan, Hana dan Andi langsung melaksanakan pernikahan. Hak asuh atas Ren dan Relyn jatuh pada pihak Andi sehingga hanya beberapa kali Medina dapat bertemu dengan anak-anaknya.

Setelah perceraiannya, Medina memutuskan untuk menutup rapat pintu hatinya. Ia lebih memilih menyalurkan sakit hatinya untuk mengejar karir yang tidak bisa ia lakukan setelah menikah.

Cita-citanya sebagai balerina sempat terhenti saat ia harus mengandung Relyn kala itu. Bahkan setelah melahirkan Ren anak keduanyapun ia tidak bisa melanjutkan cita-citanya yang sempat terhenti.

Ia mendapat diagnosis bipolar tahap awal sehingga mempengaruhi pola pikirnya. Betapa hancur hatinya bagaikan ada sesuatu yang menghantam dadanya.

"Apakah aku akan berubah menjadi gila? Kenapa semuanya terjadi?! Tuhan.. Mengapa kau membuatku terlihat menyedihkan seperti ini?"

Ia sering berhalusinasi dan sering mengalami perubahan sifat. Perubahan tersebut yang dipengaruhi oleh faktor tekanan dalam hidupnya. Suami yang sangat dicintainya bahkan tidak pernah memperlakukannya dengan sayang sehingga membuatnya mengalami halusinasi.

Tak hanya itu, bertahun-tahun ia berjuang sendiri mengatasi penyakitnya namun tak ada hasil yang memuaskan. Tak adanya dukungan dari suami membuatnya lebih putus asa dan tingkat stressnya semakin tinggi.

Bahkan ia sempat hampir gila, wanita itu tak bisa menerima semuanya. Betapa sedih hatinya, ia telah berkeluarga tapi serasa hidup sendiri di dunia ini.

Hanya tangis yang dapat meredakan hatinya. Hingga kematiannya tak ada seorangpun dari keluarganya yang tau bahwa ia mengidap bipolar.

Setelah kejadian naas itu menimpa keluarga Ren, mereka seakan tak percaya melihat jenazah Medina yang sudah hancur dan tak bisa dikenali lagi.

Keluarga hanya bisa menangisi jenazah mendiang Medina. Setelah seminggu berlalu, Relyn baru mengetahui bahwa ibunya memiliki riwayat penyakit bipolar. Tersayat hatinya, karena ia baru tau semuanya yang terjadi.

"Kenapa baru sekarang?! Kenapa selama ini aku nggak tau? Mama... Maafin Rey ma, selama ini mama melalui semuanya sendirian.. Mama.. Kenapa mama nggak pernah cerita? Mama selalu senyum padahal mama mendam semuanya sendiri, Mama.. Sekarang mama udah nggak sakit lagi kan? Mama yang tenang ya disana.. Rey sayang sama mama always love you.."

Relyn menangis sejadi-jadinya ia memeluk erat dokumen riwayat hidup Medina. Sejak itu ia lebih menaruh rasa benci pada Andi, bahkan untuk persemayaman terakhir mantan istrinya ia tak datang.

Andi baru datang setelah 14 hari setelah pemakaman. Relyn melemparkan dokumen riwayat hidup Medina kearah Andi.

Lelaki paruh baya itu hanya bisa diam menatap kearah anaknya. Ia membaca apa yang tertulis dalam dokumen tersebut. Ia tercengang membaca dokumen ditangannya.

"Kenapa diem pa? Kaget?! Apa yang papa lakuin selama ini? Papa nggak tau kan mama sakit separah itu? Papa nggak pernah peduli sama mama, yang papa peduliin cuma selingkuhan papa!!"

PLAKK!! Andi melayangkan tangannya ke pipi Relyn. Keluarga yang hadir terkejut melihat kejadian itu. Air mata Relyn yang dibendungnya sedari tadi kini telah jatuh membanjiri kedua pipinya.

"Udah puas pa? Kalau papa tampar Rey bisa bikin mama balik lagi kesini, berapapun tamparan papa bakalan Rey terima! Pemakaman udah dua minggu kemaren baru dateng sekarang? Papa egois! Nggak punya perasaan, semua ini gara-gara papa! Mama meninggal juga gara-gara papa! Aku benci papa! Menurut papa kita semua bakalan terima papa disini? NGGAK!!! PERGI!! PERCUMA PAPA DATENG KESINI, KITA NGGAK BUTUH PAPA!! PERGI!!!"

Relyn berteriak, membuat Andi menyerah dan tidak melakukan apapun. Andi bergegas pergi meninggalkan rumah keluarga Medina.

Ia sempat tersadar dengan apa yang telah ia lakukan kepada mantan istrinya. Ia mengunjungi makam Medina.

"Din.. Emang aku nggak pernah pantes kesini, aku egois nggak pernah perhatiin kamu.. Nggak seharusnya aku ninggalin kamu, tapi aku nggak bisa nolak perasaanku buat balik ke pacarku. Aku minta maaf untuk semuanya yang pernah aku lakuin ke kamu, yang tenang disana ya Tuhan bakalan lebih sayang sama kamu Din daripada aku. Sekali lagi aku minta maaf dan terima kasih kamu udah bertahan meski aku nggak peduli sama kamu."

Tak terasa air mata Andi mengalir dikedua pipinya. Andi mengusap air matanya, ia menghela nafas panjang sebelum akhirnya ia pergi menjauh dari makam.

Hingga sekarang Andi sering menengok kerumah mendiang Medina yang kini menjadi tempat tinggal Ren. Sedangkan Relyn memilih untuk tinggal terpisah dari Ren karena sebelumnya Andi lebih sering menginap.

Geo dan Ren saling mengetahui bahwa mereka bersaudara. Ren menganggap semuanya telah berlalu dan membiarkan semua yang akan terjadi.

"Toh semuanya dah terjadi, kita juga nggak bisa salahin Geo ataupun mamanya, selain kita terima semuanya terus apa yang bakalan kita lakuin? Sejatinya papa emang nggak pernah sayang sama kita, bagi gue semuanya udah biasa aja kita kayak gini sejak kecil kak.. Please jangan sakiti diri lo cuma gara-gara lo benci sama papa. Nggakpapa kalau papa nggak sayang sama kita biarin aja, yang penting kita jangan sampai kayak papa. Udah itu aja."

Relyn memeluk Ren dengan erat. Ia telah melakukan hal bodoh dengan membiarkan Ren berbicara seperti itu. Untuk pertama kalinya Ren keluar dari batasnya, dia telah dewasa.

"Lo nggak usah sok dewasa dek, gue tau lo juga sakit hati sama kelakuan papa.."

Ren hanya mengangguk pelan mengiyakan perkataan Relyn. Ia menghela nafas panjang sambil tersenyum dan berharap kejadian itu tidak terlintas dalam benaknya lagi.

"Jujur disini gue yang paling hancur. Gue lihat segalanya.."

To be continued...

Our - Don't Forget Me (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang