"Akan kuberitahu satu hal tentang rahasiaku, bahwa kebahagiaanku adalah dirimu."
Hubungan Ren dan Joo masih baik-baik saja selama dua bulan ini. Bahkan Ren telah melewati masa ujiannya dengan bahagia. Ujian kelas XII telah berakhir, kini kebebasanlah yang dirasakan Ren.
Sifat kenakalannya sedikit demi sedikit telah berkurang dan sudah tidak pernah lagi berkelahi. Lelaki itu telah berjanji untuk tidak membuat dirinya sendiri tersakiti.
"Gue janji nggak akan berantem lagi demi lo dan hidup lebih bahagia lagi demi diri gue sendiri bareng lo."
Joo tersenyum kearah Ren, ia memeluk kekasihnya dengan erat. Lelaki itu mencium pipi Joo dan memeluknya lagi. Saat ini Ren benar-benar bahagia!
Tidak ada yang mengetahui bahwa mereka telah berpacaran. Bahkan Geo pun tidak ingin membahas tentang mereka. Ia hanya akan menyembunyikan perasaannya terhadap Joo dan berpura-pura tidak tau.
"Akhir-akhir ini lo bahagia banget ya?"
"Kelihatan banget ya?"
"Jelas banget. Lo mau bikin gue cemburu lebih.. Lagi?"
"Ya begitulah.. Ada berita bahagia apa nih, gue nggak dikasih tau?"
"Emm... Gue nggak bisa.. Takut nyakitin lo.. Ehh.. Nggak lah lupain aja."
Joo tersenyum dan pergi menjauh dari hadapan Geo. Gadis itu perlahan menjauh dan tidak sedekat seperti dulu. Meski Geo dan Joo sering menghabiskan waktu bersama namun pikiran Joo hanya tertuju pada Ren. Dan itu membuat Geo kesal.
"Gue udah tau segalanya, dan sampai kapan gue harus pura-pura nggak tau begini? Gue capek!"
Kini Geo telah terbiasa pulang sendiri tanpa kehadiran Joo. Lelaki itu berjalan dengan penuh kebosanan menuju perpustakaan kota yang tak jauh dari sekolah.
Sudah lama ia tidak mengunjungi perpustakaan yang selalu ia kunjungi sebelum hadirnya Joo dalam kesehariaanya. Ia duduk ditempat favoritnya, ia memandang keluar jendela berharap ada seseorang yang dapat membuatnya keluar dari kebosanan ini.
Ia terkejut melihat seseorang berjalan melewati pandangannya. Geo bangkit dan bergegas mengejar gadis itu. Sesosok Joo terlintas dalam benaknya. Ia berlari menuju gadis yang dicarinya, Geo menarik gadis itu kedalam pelukannya.
"Jangan jauh dari pandangan gue lagi. Please."
Gadis itu terheran dan berusaha melepaskan pelukan lelaki itu. Akhirnya Geo melepaskan gadis itu dan terkejut melihatnya. Geo mengusap kedua matanya dan berkedip berulang kali.
"Lo nggak bisa jadi Joo!! Nggak bisa!!"
Gadis itu terkejut mendengar bentakan Geo. Tersadar akan kesalah pahamannya Geo berlari menjauh. Ia hanya bisa melihat lelaki itu berlari menjauh darinya.
"Apaan sih?!! Situasi macam apa ini? Tiba-tiba dateng terus meluk, tiba-tiba bentak terus pergi. Dihh emang gue cewek apaan?! Rese!!"
Gadis itu menggerutu dan mengucapkan sumpah serapah. Rasa kesal melanda hatinya, ia tidak mengerti apa yang telah terjadi. Ia melangkah pergi menuju mobilnya dan pulang.
Langkah Geo terhenti, ia menutup rapat mulutnya dengan kedua tangannya. Ia mulai tertawa, tawanya semakin kencang. Tak terasa air matanya jatuh. Ia menghirup udara dan ingus yang ada dihidungnya.
Tawanya tak berhenti sampai disitu. Ia masih mengingat kejadian didepan perpustakaan tadi. Tak henti-hentinya ia menyalahkan dirinya atas kejadian konyol tadi.
"Kenapa gue jadi gini sih? Begonya gue langsung meluk gitu aja."
Ia berjalan menuju rumahnya, gedung putih tinggi megah berpagar besi. Rumahnya hampir sama dengan rumah yang ditinggali Ren. Karena Andi, ayah mereka lah yang merancang rumah tersebut.
Kehidupannya 180° berbeda dengan Ren, yang hidup lebih beruntung dan bahagia. Kedua orang tuanya sangat memperhatikannya, jarang dibentak, dimarahi maupun dipukul.
Andi tidak pernah kasar sekalipun bahkan ketika Geo berbuat salah. Berbeda dengan Ren, ketika Andi dan Ren dipertemukan maka seisi rumah akan berantakan ataupun berisik karena sifat ego mereka yang begitu besar.
Tiada hari tanpa beradu mulut dengan Andi. Rumah Ren akan tenang setenang mungkin ketika Andi tak datang kerumah. Ren tak pernah melarang ayahnya datang, karena itu hak ayahnya bahkan ia selalu mengira semua aset rumahpun hak milik Andi dan keluarganya.
Ren selalu berpikir bahwa ia hanyalah seseorang yang sekedar numpang tinggal di rumah itu. Padahal semua aset yang ia tinggali adalah miliknya, bukan dari ayahnya namun aset milik Medina ibunya.
Geo memeluk Hana, ibunya yang sedang memasak. Wanita paruh baya itu hanya terkekeh melihat tingkah manja anak sulungnya. Ia segera menyiapkan makan malam. Seluruh anggota keluarga telah duduk dan siap menyantap makan malam, Hana, Geo, Faya adik Geo, bahkan Andi pun ada disana.
"Gimana sekolah kamu Gege?"
"Baik pah, dua bulan terakhir papa tau kalau kak Ren bolak-balik rumah sakit?"
Andi menatap kearah Geo, namun ia mengalihkan pandangannya. Ia menghela nafas panjang, sekian lama ia tak peduli dengan apapun yang Ren lakukan. Ia sudah muak dengan sikap kasar dan pemberontak Ren.
"Papa nggak tau."
"Bisa nggak sih papa sadar? Kak Ren butuh perhatian papa."
"Sudah Gege diam! Papa nggak mau bahas anak itu lagi."
Geo hanya terdiam. Alasan Geo lebih memilih tinggal bersama neneknya di rumah yang jelek dan sederhana adalah karena ia ingin lebih merasakan penderitaan yang dirasakan Ren. Tapi keadaannya sangat berbeda, Ren sangat kesepian.
Bahkan ia tidak bisa menceritakan kisahnya kepada siapapun. Ayahnya meninggalkannya demi cintanya dan tak peduli lagi pada bocah kesepian itu. Kakaknya berada jauh darinya, ia tak ingin mengganggunya. Mamanya.. Sudah berada di alam yang berbeda.
Tak ada seorangpun yang bisa ia bagikan kisah hidupnya. Namun semuanya berubah, kini ia telah memiliki seorang kekasih yang siap menjadi tameng kesedihannya.
"Ternyata gue lahir sebagai anak dari seorang penjahat mulut! Dia nggak bisa adil sama anak-anaknya sendiri. Mungkin dia sayang ke gue, tapi ke kak Ren dan kak Relyn? Ternyata gue punya papa yang jahat."
Andi terdiam di teras rumahnya. Ia merenungi ucapan Geo tadi. Anak keduanya, kini semakin menderita. Seberapa parah Ren menderita? Sangat-sangat menderita. Anak yang tidak pernah dipedulikannya. Ren sakit.
"Aku nggak akan menyia-nyiakan waktuku lagi. Cukup kau saja yang kubuat menderita. Ren nggak salah, aku yang salah. Medina, maaf.. Aku nggak jaga anak kamu dengan baik, aku ninggalin Ren, bahkan Ren sakit pun aku nggak tau.. Maaf.."
To be continued...
KAMU SEDANG MEMBACA
Our - Don't Forget Me (Completed)
Teen FictionRenald Rahardian. Si biang onar di SMA Bina Bhakti yang tidak pernah berniat untuk berhenti membuat masalah. Kemudian ia bertemu dengan siswi baru seorang gadis cantik bernama Junea Anantha. Joo panggilan akrabnya. Ren selalu membully anak baru di s...