"Tak ada seorangpun yang bisa menjadi diriku, mereka hanya ikut merasakan kebahagiaanku tanpa mempedulikan kesedihan hatiku"
"Hari ini jadwal lari pagi, tanam mawar, dan check up. Hemm.... Oke laksanakan!"
Ren menatap jam dindingnya yang telah menunjukkan pukul 05.30. Lelaki itu telah bersiap memakai celana training dan kaos putih tak lupa ia juga membawa jaket, topi, dan tentu saja handphone nya.
Ren bersenandung ria, ia telah memutuskan untuk hidup lebih sehat untuk memperpanjang umurnya. Ia segera menuju taman kota untuk berolahraga. Taman tersebut terletak jauh dari rumah Ren sehingga ia harus menggunakan kendaraannya menuju kesana. Ia memarkirkan mobilnya di tempat parkir yang telah tersedia.
"Hemm.. Pagi yang cerah, dan sangat ramai. Hahhh.. Udah rame aja jam segini."
Ren mulai meregangkan seluruh otot-ototnya, ia berlari kecil memutari taman kota. Ia memutari sebanyak yang ia bisa, keringat mulai membanjiri wajah dan badan Ren. Ia berjalan menuju salah satu kursi putih yang ada di sekitar taman kota. Ia masih berusaha mengatur nafasnya dan meluruskan kakinya.
"Ren ya?" Ren mendongak, ia menatap sekilas gadis itu dan mengangguk.
"Boleh aku juga duduk disini?"
"Ya, duduk aja."
"Udah lama ya kita nggak kesini bareng."
"Hah, kita? Serius lo? Gue kesini buat jogging, bukan mau ketemu sama makhluk kaya lo. Shit!"
"Emm.. Bukan sesuatu yang penting. Toh ini tempat umum, lo bisa kesini kapan aja tanpa harus bareng gue."
"Iya iya.. Lo masih marah sama gue, dan pasti lo nggak bisa maafin gue. Usaha gue ngeyakinin lo buat percaya lagi sama gue emang sia-sia aja."
"Nahh.. Itu lo tau."
"Tapi gue nggak akan nyerah sebelum lo maafin gue. Jujur gue nyesel banget, kesalahan kecil yang gue perbuat ternyata berdampak besar di kehidupan gue."
"Seandainya hari ini gue maafin lo, bisa lo nggak ganggu gue lagi? Gue cukup sakit hati dengan kelakuan lo, dan gue muak."
Ren bangkit dari tempat duduknya, ia menatap Donna nanar. Sakit hatinya masih belum bisa ia lupakan, ia benar-benar tidak ingin memberikan kesempatan apapun kepada Donna.
"Gue maafin lo, gue duluan."
Ren meninggalkan Donna yang mulai meneteskan air matanya. Ren tersenyum, dan pada akhirnya ia harus mencoba untuk mengikhlaskan apa yang telah terjadi dan memaafkan siapapun yang telah berbuat salah kepadanya termasuk ayahnya. Ia masuk kedalam mobilnya, lelaki itu menghela nafas panjang.
"Mungkin ini juga saat nya gue bisa maafin papa dan terima dia lagi. Tapi gue malu, gue yang keras kepala gini masa tiba-tiba langsung maafin papa? Kan nggak mungkin. Tunggu saatnya aja deh gue yakin nggak akan lama lagi."
Ren menyalakan mobilnya dan melaju menuju rumahnya. Ia masih memikirkan kejadian tadi, rasa lega dalam otak dan hatinya masih terasa jelas. Kali ini ia merasakan bahwa otak dan hatinya telah berjalan sejalan. Ia kembali dengan keadaan baju yang telah basah dan bau, segera ia membersihkan diri dan menuju ke taman kecilnya. Ia menanam beberapa benih bunga mawar di setiap pot yang telah layu.
"Oke. Semuanya selesai, sebelum check up gue ke makam Mama dulu deh."
Ren segera mengemudikan mobilnya menuju ke persinggahan terakhir Medina. Ia membawa bucket bunga mawar segar yang ia tanam sendiri serta beberapa bunga tabur yang ia beli tadi di dekat pemakaman. Ren tersenyum menyapa nisan Mamanya yang semakin hari semakin mulai pudar warnanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Our - Don't Forget Me (Completed)
JugendliteraturRenald Rahardian. Si biang onar di SMA Bina Bhakti yang tidak pernah berniat untuk berhenti membuat masalah. Kemudian ia bertemu dengan siswi baru seorang gadis cantik bernama Junea Anantha. Joo panggilan akrabnya. Ren selalu membully anak baru di s...