"Aku tidak bisa mengharapkan apapun yang lebih darimu. Aku menyukaimu, namun aku tahu kau tidak akan pernah membalas perasaanku padamu"
Tepat sepulang sekolah Joo dan Geo pergi ke sebuah cafe yang memiliki bangunan tinggi dengan gaya klasik. Cafe Ekspose, Bangunannya terhimpit diantara dua bangunan lainnya dan bersebelahan dengan toko buku.
Makanan dalam cafe itu tidak terlalu mahal dan bisa dibilang sangat murah dibandingkan harga makanan cafe di perkotaan. Bahkan rasa makanannya pun tak kalah enaknya dengan makanan di restoran bintang lima.
"Kenapa sih di sekolah yang begitu aja tetep ada biang onarnya. Gue cuma bisa ngeliat mereka di film-film. Suasana baru sih, gue nggak pernah dibully sama temen-temen gue. Tapi sekarang gue malah nggak ngerasa dibully tapi lebih mengarah disiksa."
Joo mulai menyeruput jusnya, ia masih begitu hati-hati saat membuka mulutnya.
"Kenapa lo tadi nggak ikuti saran gue? Kan lo bisa lebih baik sekarang. "
"Kalau gue di UKS ntar tuh orang merasa menang udah bikin gue tersiksa begini. Gue nggak mau kalah dari dia, gue mau tunjukin kalau gue dibully begini gue nggak akan lemah ataupun nyerah. Ntar dia semakin sok berkuasa dan malah nyakitin anak baru lainnya. Dan lo, kenapa sih lo malah suka cowok? Padahalkan stok cewek di dunia ini sangat melimpah"
Joo menunjukkan telunjuknya ke wajah Geo. Hal itu membuat Geo langsung mundur agar tidak tertusuk telunjuk Joo.
"Ini bukan masalah besar. Kalau punya pacar cewek cantik bisa seenaknya aja selingkuh, kalau cowok bakalan susah."
"Hello Geo, dengerin gue ya. Kita ini masih muda jadi sering selingkuh dan mata jelalatan sampe mana-mana itu hal biasa. Tapi nggak begitu juga kali, lo itu nggak kalah ganteng dan keren dari cowok sinting itu, nggak mungkin kalau nggak ada satupun cewek yang naksir sama lo. "
Geo hanya tersenyum kearah Joo. Ia perlahan menegak jusnya dan menelan makanan yang masih dikunyahnya. Joo masih menatap mata Geo dan mencoba membaca gerak-geriknya. Geo hanya terkekeh mendengar pertanyaan gadis di hadapannya ini.
"Udah sembuh lo? Nggak capek apa nerocos terus sampe panjang lebar gitu? Makanan lo sampe banjir tuh, ludah muncrat sampe kemana-mana."
Mendengar perkataan Geo wajahnya berubah menjadi cemberut. Lelaki itu sedang menggodanya, Joo menjadi merasa malu karena ucapan lelaki itu. Sebenarnya suara Geo tidak keras namun karena semua orang yang ada didalam cafe tersebut sedang makan dan diam maka suara Geo terdengar sangat keras.
"Sssstttt!! Jangan keras-keras dong ngomongnya! Lo bikin gue malu aja. Kenapa sih lo nggak langsung aja jawab pertanyaan gue, nggak usah ngeledek segala."
"Nggak ada alasan buat gue ngejawab pertanyaan lo, kan lo udah tau. Kalau gue nggak suka cewek, secantik apapun cewek itu gue nggak akan suka."
"Seharusnya gue tadi nggak usah nanya. Bikin sakit hati aja."
Gumamnya, Joo langsung menegak jusnya cepat-cepat. Ia menyukai Geo namun ia tidak pernah memperlihatkannya, namun jika dilihat lagi sepertinya Geo tau bahwa Joo menyukai dirinya.
"Jangan-jangan lo.. " Joo langsung tersedak dan memuncratkan jusnya. Sontak Geo langsung menjauh mundur dan berteriak.
"JOROK! Lo lagi ngapain sih! Sampai nyembur begini? Kan seragam gue jadi kotor."
Joo langsung tertawa terbahak bahak melihat apa yang telah dilakukannya terhadap Geo. Ia langsung menyerahkan tisu kepada Geo namun ia masih belum bisa berhenti tertawa.
"Lo ketawa? Sengaja ya?!"
"Sumpah gue nggak sengaja, ini diluar dugaan."
Joo hanya terkekeh, ia merasa terkejut bahwa tadi Geo hampir saja menanyakan apakah Joo suka padanya atau tidak. Mungkin jika Joo tidak melakukan itu Geo akan penasaran, Joo akan semakin salah tingkah dan ia tidak akan bisa lagi menyembunyikan perasaannya jika semuanya terbongkar.
"Bahkan gue belum selesai ngomongnya.. " Mata Joo terbelalak dan ia terkekeh lagi.
"Tenangkan hatimu, tak usah risaulah kan bisa dicuci. Udah ah, yok cari baju dulu. Ntar seragam lo biar gue yang cuci. Gue bakalan tanggung jawab."
Gadis itu bangkit dari tempat duduknya. Geo hanya mengikuti Joo berjalan menuju toko baju yang tak jauh dari restoran itu. Noda pada seragamnya sudah mulai mengering, ia tidak tau entah noda itu akan hilang dan bersih atau tidak. Joo masih memilih baju yang akan dibelinya untuk dipakai Geo.
"Nggak usah beli kali Joo, kita langsung pulang aja. Nggak liat bajunya tuh mahal-mahal banget. Gue nggak punya uang sebanyak itu buat beli baju disini."
Joo langsung mendorong paksa Geo masuk kedalam ruang ganti. Tak lama kemudian Geo keluar dengan baju yang pas melekat pada tubuh bidangnya itu. Joo tersenyum melihat Geo memakai baju pilihannya.
"Biar seragam lo biar gue cuci besok kan udah nggak dipake."
"Ini terlalu mahal buat gue"
"Eihh.. Udah lo pake aja. Gratis loh, jangan disia-siakan." Seragam Geo sekarang sudah berpindah ke tangan Joo. Ia langsung memasukannya kedalam tas, gadis itu langsung membayarnya dengan uang tunai.
"Baju itu hadiah dari gue, Jangan coba-coba dijual ya?" Geo hanya terkekeh mendengar apa yang Joo katakan.
Ia sangat merasa beruntung dapat merasakan baju semahal itu yang bahkan tidak pernah ia membeli baju seharga itu, membayangkannya saja tidak pernah.
Geo tidak berasal dari keluarga kaya seperti Joo, pekerjaan ayahnya hanyalah sebagai petani palawija. Sedangkan ibunya hanya membuka warung kecil-kecilan untuk membantu memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Di SMA Bina Bhakti mayoritas orang tua siswanya memiliki pekerjaan bertani, berladang dan berternak. Hanya beberapa siswa yang berasal dari keluarga mampu yang artinya pekerjaan orang tuanya selain menjadi petani.
Joo tersenyum kearah Geo, lelaki itupun membalas senyuman Joo. Meski Geo tidak menyukai seorang wanita setidaknya ia masih mau berteman dengan Joo.
Mereka sudah cukup jauh berjalan dan akhirnya menemukan halte bis terdekat. Baru kali ini Joo merasakan adanya teman yang selalu disampingnya, meski orang itu bukanlah seorang wanita. Mereka semakin dekat hingga hari-hari berikutnya.
To be continued.....
![](https://img.wattpad.com/cover/74524734-288-k259071.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Our - Don't Forget Me (Completed)
Ficção AdolescenteRenald Rahardian. Si biang onar di SMA Bina Bhakti yang tidak pernah berniat untuk berhenti membuat masalah. Kemudian ia bertemu dengan siswi baru seorang gadis cantik bernama Junea Anantha. Joo panggilan akrabnya. Ren selalu membully anak baru di s...