Jejak

949 70 5
                                    

"Tidak sadarkah kau betapa sakitnya hatiku ketika aku sangat menginginkanmu tapi kau lebih mencintai dirinya"

Olla membanting tubuhnya ke tempat tidurnya. Beberapa bulan terakhir ia harus menghabiskan waktu jauh dari kedua orang tuanya. Keahlian yang ia miliki dalam bidang photography harus membuatnya sering pergi ke luar kota untuk mengikuti lomba.

"Akhirnyaaa.. Gue bisa balik ke sini lagi.. Huaahhhh"

Rasa kantuk mulai menerpanya, gadis itu menguap beberapa kali. Ia mengecek handphone nya. Hening terasa di dalam kamarnya, hingga bisa terdengar hembusan nafasnya yang berat.

"Ahhh.. Masih jam 19.45! Sepi banget nih rumah. Apalagi hp gue, kirain kuotanya habis eh ternyata emang nggak ada yang chat. Haduhh sedih gue."

Olla mengusap kedua matanya yang berair karena kantuk. Malam begitu cepat berlalu, bahkan sebelum ia mencuci mukanya ia sudah tertidur pulas.

Geo menghirup aroma kopi yang akan ia santap bersama beberapa biskuit kesukaannya. Ia terduduk di balkon rumahnya suasana dingin menyelimutinya. Sesekali ia menyesap kopinya dan menggigit kecil biskuitnya.

Terbayang wajah gadis di depan perpustakaan tadi. Senyum mulai mengembang diwajahnya. Teringat betapa manisnya gadis itu, membuat Geo seakan lupa terhadap sosok Joo.

"Belum tidur sayang?"

Sontak Geo menengok kearah suara itu berasal. Hana mulai menghampiri putra sulungnya. Ia mengelus lembut rambut Geo dan tersenyum kearahnya, Geo membalas senyuman Hana.

"Belum ma, masih ada kopi sama biskuit disini."

"Emm.. Nggak biasanya kamu di balkon, biasanya kan ngurung diri di kamar."

"Nggak ya ma, Geo nggak pernah ngurung diri di kamar tuh. Hehhe"

Geo terkekeh, sudah terlalu lama Geo dan ibunya tidak saling mengobrol. Ia lebih senang tinggal di rumah nenek nya daripada di rumah orang tuanya sendiri. Jauh dari putra sulungnya membuat Hana tak ingin berpisah darinya.

"Ma.. Gege mau denger cerita tentang keluarga ini. Kenapa bisa begini?"

"Gimana ya sayang, sebenernya mama nggak mau cerita, buat mama ini nyakitin. Tapi ya udahlah, yang namanya masa lalu nggak bisa dilupain. Jadi, dulu mama sama papa kamu itu udah pacaran sejak SMA. Tapi setelah lulus SMA papa kamu dijodohin sama Medina, mamanya Ren. Mereka akhirnya menikah, mama sedih banget tau papa udah nikah sama orang lain. Setelah setahun menikah saat itu papa kamu masih nekat tetep pacaran sama mama. Papa kamu itu orangnya keras kepala, mama ngerasa seperti perusak hubungan papa kamu dengan Medina. Tapi papa kamu tetep bersikeras untuk menikahi mama."

"Jadi mereka dijodohin? Kenapa papa nggak tolak? Kenapa papa harus perlakuin mamanya kak Ren kayak gitu? Jahat banget!"

Hana hanya tersenyum kearah Geo. Penyesalan dalam hatinya tidak bisa di lupakan nya begitu saja. Memang tidak seharusnya ia muncul kembali dalam kehidupan Andi setelah Andi dan Medina menikah.

Namun apa boleh dikata nasi sudah menjadi bubur, penyesalan telah datang menghampiri kehidupannya. Tak ada yang bisa ia lakukan lagi, bahkan setelah kematian Medina pun ia masih menyesalinya.

"Sampai sekarang mama masih menyesalinya, mama sudah membuat kehidupan seseorang hancur. Mama nggak pantes dimaafkan, mengingat senyum Medina kearah mama membuat hati ini semakin sakit."

"Yang terjadi sudah nggak bisa dielak lagi Ma, mungkin dalam posisi ini mama emang nggak salah. Aku yakin sekuat apapun mama ngelupain semuanya, tapi mama harus tetep berjalan maju. Mama jangan merasa bersalah, semuanya sudah menjadi garis Tuhan."

Hana menatap nanar kearah anak sulungnya. Saat ini ia hanya berpikir bahwa kenyataan pahit itu tidak bisa dihilangkan dari pikirannya.

Hari cepat berlalu, dan kehidupan masih tetap berjalan sesuai waktu. Ren keluar dari rumahnya,  hari ini ia telah memiliki janji untuk makan malam dengan Joo. Ia telah siap, mobil yang terpakir dalam garasinya pun telah dicuci bersih. Joopun telah menunggu di dalam restoran menanti kedatangan Ren. Dalam perjalanannya Ren tiba-tiba terhenti, ia lupa jalan menuju restoran itu berada.

Tak disangka ia telah memutari perempatan yang sama lagi dan lagi. Rasa bingung mulai menghampirinya, ia tidak bisa lagi berpikir dengan jernih. Mobil yang dikemudikannya mulai menepi.

Joo masih menunggu dalam waktu yang cukup lama, ia menikmati alunan lagu yang di senandungkan oleh salah satu band di restoran tersebut. Sudah lewat dari jam yang dijanjikan oleh Ren, namun kini lelaki itu tak kunjung datang. Kekhawatiran mulai muncul dalam benak Joo.

Ren masih termenung dalam mobilnya. Ia tak bisa berkata-kata lagi, kedua tangannya mulai gemetar, matanya mulai bingung mencari-cari apa yang ia cari, keringat menetes di pelipisnya. Ren memejamkan kedua matanya, lelaki itu pingsan.

To be continued...

Our - Don't Forget Me (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang