Pilu

1K 63 10
                                    

  "Aku hanya berharap satu hal, bahwa semua kejadian ini tidak pernah terjadi dalam kehidupanku."

2 bulan berlalu
Joo bergegas menuju rumah Ren, ia begitu senang akan bertemu dengan raja penghuni hatinya. Ia berdendang kecil dan kemudian menyalakan musik. Alunan musik terdengar memenuhi mobilnya.

Ia bersenandung mengikuti lagu yang sedang diputar. Sesekali ia menggelengkan kepalanya dan tersenyum. Tidak ada yang spesial hari ini namun Joo teramat sangat senang. Sedan putih Joo memasuki halaman rumah Ren setelah dibukakan gerbangnya oleh sang pemilik singgasana.

"Hai sayang.."

"Kamu bahagia banget? Ada apa nih?"

"Emm.. Nggak ada yang spesial sih tapi aku bahagia banget bisa miliki kamu."

Joo tersenyum seraya menggoda Ren, gadis itu memperlihatkan kebahagiaannya yang membuat Ren ikut senang melihatnya.

Mereka berdua masuk kedalam rumah dan mulai berbincang. Selama ini tak begitu banyak waktu yang mereka lakukan bersama. Ren sibuk mengurus dirinya sendiri begitupula Joo yang sibuk mempersiapkan ujian akhir sekolahnya.

"Udah lama ya kita nggak ngobrol berdua begini."

"Baru juga 2 bulan.."

"2 bulan itu waktu yang lama, buat aku.. Kan jadi kangen."

"Ohhh... Sekarang kamu jadi cinta banget ya sama aku? Jadi inget dulu deh, waktu kamu nolak aku mati-matian. Nggak mau nerima aku sebagai cowok kamu, tapi sekarang? Berhasil nih usaha ku selama ini. Nggak sia-sia."

Joo hanya terkekeh mendengar semua kata yang terlontar dari mulut Ren. Ia sangat menyadari perbedaan drastis yang dialami oleh dirinya setelah menjadi kekasih Ren. Ia menjadi lebih bisa memahami hati seseorang.

"Ya.. Itukan juga karena kamu jahat sama aku, nggak inget? Atau pura-pura lupa?"

"Iya, iya sayang.. Maaf banget itu masa-masa yang bikin kamu jadi susah move on dari aku kan? Hehehehe"

"Dihh kirain mau minta maaf pas kejadian dulu itu,.."

Ren mengangguk, senyum mengembang di wajahnya. Ia berdiri mendekati Joo, lelaki itu membungkukkan sedikit tubuhnya wajahnya mendekat kearah Joo dan mengecup bibir gadis itu dengan lembut. Lelaki itu berbalik dan berjalan kearah dapur, tenggorokannya merasa kering dan haus akan air minum.

Joo menyentuh bibirnya dan tersenyum, ia bangkit dan mulai melihat-lihat segala penjuru rumah Ren. Ia menyusuri lorong yang menuju sebuah pintu, tepat ia berada di depan pintu putih yang amat misterius. Klek! Pintu terbuka, harum segar menyeruak ke dalam hidung Joo. Seketika ia merasakan kebebasan.

Ia menghirup udara segar yang ditimbulkan oleh pepohonan yang rindang. Pelahan ia membuka kedua matanya dan melihat keindahan yang ada dihadapannya. Sebuah taman kecil dengan bunga-bunga yang ditanam dan terawat.

"Cantiknyaa... Seger banget udaranya. Nggak nyangka ada taman disini."

Langkah kaki terdengar menginjak rerumputan yang tumbuh disepanjang jalan setelah pintu itu. Ren berjalan menghampiri Joo.

"Ternyata kamu disini."

"Kok kamu tau aku disini?"

"Jangan konyol, ini kan rumahku jadi aku tau setiap bagiannya. Lagipula pintunya kebuka."

"Bagus banget disini.. Kamu yang bikin?"

"Yaa.. Aku suka banget sama bunga, jadi aku bikin taman kecil disini. Apalagi mama suka banget sama mawar, banyak kan mawar disini.."

Tak terasa air mata Ren jatuh, Joo mengusap pipi lelaki itu dan langsung memeluknya. Ren memeluk Joo dan menangis dalam pelukannya. Lelaki ini rindu dengan sesosok ibu yang selama ini ia sayangi telah pergi dan tak akan pernah kembali lagi.

"Aku kangen mama.."

"Emang mama kamu kemana?"

Ren melepaskan pelukannya, ia mengusap air mata yang ada di kedua pipinya. Lelaki itu mengajak Joo duduk di sebuah kursi dekat tanaman mawar. Harum semerbak bunga mawar menyelimuti hidung Joo.

"Mama udah lama pergi, dia nggak akan kembali lagi."

"Udah ke makam mama?"

"Minggu kemaren udah kesana, tapi belum lagi. Kangen rasanya dipeluk sama mama, tapi semuanya udah nggak bisa lagi."

"Aku juga kangen sosok kakak dalam hidupku. Udah lama nggak ngerasain gimana rasanya dijahilin sama kakak, bercanda bareng, ngobrol bareng.. Kangen deh."

"Emang kakak kamu kemana?"

"Udah lama meninggal karena overdosis. Kamu.. Jangan coba-coba ya! Awas aja kalau kamu berani pake narkoba atau ngerokok!"

"Udah nggak lagi sayang, dulu sih pernah.. Tapi setelah liat salah satu temenku ada yang meninggal jadi nggak mau coba lagi deh."

Joo terdiam, seketika ia teringat akan Karel kakaknya. Kembali ia mengingat masa lalunya yang begitu menyakitkan setelah ia kehilangan kakak kesayangannya.

"Kenapa perasaan gue nggak enak? Sesuatu yang terpikirkan di pikiran gue adalah orang yang bikin Kak Karel meninggal.. Ngga... nggak usah mikir aneh-aneh deh!"

Joo menggelengkan kepalanya dan tak fokus dengan apa yang sedang Ren bicarakan. Gadis itu hany fokus pada pemikirannya saja.

"Sayang.. Kamu kenapa?"

"Eh? Nggak kok, aku nggakpapa."

"Ya udah.. Makan yukk, aku laper nih."

Joo hanya menganggukkan kepalanya dan bangkit mengikuti langkah kaki Ren. Kalimat yang diucapkan Ren tadi masih tertahan dipikiran Joo.

"Entah kenapa gue jadi kepikiran terus.."

Langkah Joo terhenti di sebuah kamar yang pintunya terbuka. Terlihat kamar bernuansa abu-abu itu menarik keinginan Joo untuk masuk. Perlahan ia memasuki ruangan tersebut, ia melihat sekeliling ruangan tersebut.

Terpajang foto-foto Ren dan keluarganya, Joo tersenyum melihat foto Ren semasa bayi. Ia juga melihat sebuah foto keluarga Ren tanpa ayah mereka. Senyum bahagia terpancar pada wajah mereka yang ada di foto. Joo masih menjelajahi ruangan itu, sampai ia terhenti di sebuah foto.

Alangkah terkejutnya Joo, air matanya mulai jatuh setelah melihat foto yang sudah ada pada genggamannya. Ia mengusap foto itu perlahan, membersihkan debu yang masih menempel pada bingkai dan kacanya. Dadanya begitu sesak, ia tidak bisa percaya dengan apa yang ia lihat.

"Nggak mungkin.. Gue nggak percaya ini.. Nggak ini nggak mungkin!"

To be continued...

Our - Don't Forget Me (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang