Judul: Vreemd Huis (one shot)
Author: daikark
Tanggal pengumpulan: 13 Juni 2016=====================
Untuk siapapun yang akan membaca surat ini. Suatu hari nanti.
Ini adalah surat yang aku tulis mungkin untuk terakhir kalinya.
Aku tau siapa pun yang membaca surat ini akan bosan.
Karena aku bentuk surat ini dalam bentuk cerita,
Bukan seperti sebuah surat biasa.
∆∆∆
Kamis, 13 Juni 2013.
"Apa?!"
Teriakan mamah dari ruang tamu yang berada di lantai bawah cukup memekakan telinga. Ini sangat tidak biasa.
Bukan. Bukan karena mamah tidak biasa berteriak. Hanya saja ini adalah jam-jam dimana biasanya mamah akan datang ke kamar ku dan meneriaki namaku. Bukan meneriaki kata 'apa' dari lantai bawah.Akibat dari teriakan mamah itu sepertinya membuat hampir seluruh orang yang masih tidur keluar dari kamarnya masing-masing. Tidak terkecuali aku. Aku dan kakak perempuan juga ayahku jelas penasaran apa yang membuat mamah teriak sekencang itu.
"Mah," ucap papah. Sepertinya papah baru saja dari kamar mandi. Terlihat dari handuk yang masih dililitkan di pinggangnya. Menutupi tubuh bagian bawah. "Apa yang terjadi?"
Kaki wanita yang disebut mamah itu bergetar tidak mampu menopang tubuhnya seketika. Pandangannya kabur oleh air mata yang sebentar lagi akan jatuh membasahi pipi merah mamah. Handphone yang tadi mamah gengam sudah jatuh ke atas sofa. Suara isakan dari bibir mmah mulai terdengar perlahan.
"Ibu," ucap mamah disela-sela isakannya. "Nenek kalian, meninggal."
Dan yang aku tahu sejak saat itu hidup keluargaku tidak lagi sama.
∆∆∆
Jum'at, 13 Juni 2014.
Aku menutup mataku perlahan. Air mata yang tadinya memenuhi pelupuk mataku kini mulai jatuh satu per satu membasahi wajah. Mulutku bungkam tanpa bisa mengeluarkan kata apapun. Angin di sore hari membelai rambutku dengan tenang. Seolah tahu jika aku sedang bersedih.
"Hai dil," ucap seorang perempuan menyapaku.
Perempuan dengan rambut panjang se punggung itu adalah temanku satu-satunya selama dua tahun aku tinggal di rumah nenek. Bukan karena aku yang tidak pandai bergaul hingga tidak mempunyai teman selain dia. Di tempat tinggalku dulu aku cukup mempunyai banyak teman.
Saat pertama pindah aku mempunyai beberapa kenalan yang berusaha menghibur dan menemaniku yang masih bersedih karena hal itu. Tapi beberapa hari kemudian setelah Vera datang, kenalanku itu pergi dan tak pernah mau datang ke rumahku lagi.
Aku tidak tahu ini ada hubungannya dengan Vera atau tidak. Tapi aku tahu jelas aku tidak bisa menyalahkan Vera yang membuatku hanya berteman dengan dirinya saja.
"Ver tumben pagi ke sininya. Kenapa?" tanyaku berbasa-basi. Walaupun biasanya Vera memang selalu datang di pagi hari ke rumah nenekku ini.
Vera, perempuan berambut sepunggung itu tersenyum dan mengangkat kedua bahunya. Tanda jawabannya adalah seperti biasa. Ia tidak ada kerjaan di rumah dan juga bosan dengan keadaan rumahnya yang selalu sepi.