Is He Dissociative Identitiy Disorder? (one shot)

174 15 0
                                    

Judul: Is He Dissociative Identitiy Disorder? (one shot)
Author: just-a-nerd-girl
Tanggal pengumpulan: 11 Juni 2016

=========================


Seorang lelaki bermata sipit dengan lesung pipi dalam datang menghampiriku. Wajahnya yang termasuk di atas rata-rata itu adalah wajah seorang lelaki yang selalu membuat jantungku berdegup cepat. Matanya yang biasanya menatap tajam, sekali ini menatap mataku lembut. Tangan kanannya ada di balik punggungnya seakan menutupi sesuatu, sementara tangan kirinya asyik menggaruk belakang kepalanya canggung. Dia tersenyum manis ke arahku dan berkata, "Ris, mau gak lo jadi pacar gue?"

Suasana sore itu sangat ramai karena jam pulang sekolah. Bertambah ramai karena adegan seorang senior kelas 11 yang datang di koridor kelas 10, bahkan menyatakan cinta pada salah satu gadis kelas 10 yang baru saja keluar kelas. Ya, gadis itu adalah aku dan senior yang menyatakan cintanya itu adalah Kak Rizki, lelaki yang selalu membuat tubuhku menghangat karena aku menyukainya sejak dulu.

Semua orang yang kebanyakan adalah kelas 10, tetapi ada banyak juga dari kelas 11 yang kukenal sebagai teman-teman Kak Rizki. Semua berteriak heboh untuk menerima cintanya Kak Rizki. Aku tersenyum saja menanggapi teriakan mereka. Karena tanpa mereka berteriak menyuruhku menerimanya sekalipun, aku memang pasti akan menerima Kak Rizki menjadi pacarku. Aku menyukai Kak Rizki sebelum ia menyukaiku, sejak Kak Rizki masih berpacaran dengan Kak Ayu.

Kak Rizki mengulurkan tangan kanan yang sejak tadi dia taruh di belakang punggungnya. Ternyata ia memegang boneka gabumon, salah satu digimon yang aku mau. Aku memang menyukai digimon seperti Kak Rizki menyukai alam. Dan memang minggu lalu aku sempat 'curcol' atau curhat colongan kalau aku ingin boneka digimon.

Kedua tanganku terulur ke arah boneka digimon di tangannya. Menerima boneka pemberiannya dan tersenyum lebar. Perlahan, aku mengangguk sebagai jawaban dari pertanyaan Kak Rizki. Membuat Kak Rizki membelalakan mata dan tertawa bahagia. Bertanya padaku untuk memastikan kalau aku benar-benar menerimanya. Tentu saja aku benar-benar menerimanya. Dasar.

Ia menarik tanganku dan merengkuh tubuhku dengan gembira. Semua orang berteriak heboh memberi kami selamat. Membuatku hanya menjawab dengan anggukan canggung, sementara Kak Rizki cengengesan saja sebagai respon kehebohan semua orang. Aku yakin kalau wajah kami semerah tomat. Salah Kak Rizki yang menyatakan cintanya di tengah kerumunan.

Kami duduk di kedai kopi setelah kejadian menghebohkan satu sekolah. Kejadian yang akan aku ingat sampai kapanpun. Kak Rizki masih cengengesan sambil menatap ke arahku. Dia memang orang dengan sifat bebas sesuka hati. Selalu saja menggunakan insting terlebih dahulu dibanding logika. Membuatku tersenyum dan menggeleng kepala geli.

Jus stroberi campur pisang kesukaanku, es jeruk kesukaan Kak Rizki, serta roti bakar cokelat keju akhirnya tiba. Kak Rizki berteriak heboh sambil bertepuk tangan senang. Ia menggosok-gosokan tangannya sambil menatap makanan yang terhidang di atas meja dengan tatapan kelaparan. Senyumnya yang lebar dengan binar mata bahagia membuat dirinya jelas terlihat seperti anak kecil.

Kami makan sambil berbincang banyak hal. Entah kenapa, dia seakan tak pernah kehabisan topik sama sekali. Selalu ada saja hal yang dibahas. Entah hal penting atau tidak. Kebanyakan memang hal random dan lelucon yang aku yakin hanya kami yang mengerti.

"Oh iya Ris, itu boneka bukan buat nembak kamu," ucap Kak Rizki yang membuatku terbingung dengan maksud ucapannya, "tapi buat hadiah ulangtahun kamu. Selamat ulangtahun ya, Risa."

Tangan Kak Rizki terulur ke arah kepalaku dan mengelus puncak kepalaku lembut. Membuat tubuhku hangat seketika itu juga. Kak Rizki memang selalu bisa membuatku nyaman dengan caranya yang menurutku sederhana. Bahkan hanya melihatnya tersenyum saja, jujur, aku sudah merasa sangat nyaman.

Event Mei WIDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang