Ditempat lain seorang gadis dengan penampilan sederhana sedang berkutat dengan materi materi mengenai judul tugas akhirnya.
tugas yang membuatnya pusing tujuh keliling, biasa tahap akhir memang selalu memusingkan tidak jarang membuat sedikit frustasi sampai membuat tidak ingin melanjutkannya,
Lelah kadang, sangat lelah dan menguras otak dan tenaganya. Belum lagi biaya yang tidak sedikit yang harus ia dan orang tuanya tanggung. Iya.. orang tua, malaikatnya...
Tatkala Zahra benar- benar lelah, ingatan akan keringat dan darah dari kerja keras orang tuanya yang hanya petani biasalah yang akan membuatnya semangat kembali.“Proposalmu gimana,Ra” Tanya Ratna teman saat KKL, praktek terakhir yang baru mereka laksanakan bulan lalu.
“Masih gitu-gitu aja, kamu gimana ?”
“Masih dalam proses juga Ra,” jawabnya, Zahra hanya mengangguk tampa mengeluarkan suaranya.
“Ketoko buku yuk, nambah referensi ?” ajak Ratna.
“Sorry, aku ada janji sama teman mo temenin dia kebutik," tolak Zahra. Lagipula mereka ke sana bertiga dengan pacarnya si Ratna. Nggak akan ada yang bakalan fokus cari buku kecuali dirinya.
“Ya udah aku pamit duluan kalo gitu."
“Iya Ra, Assalamualaikum”
“Waalaikum salam “
***
Selepas dari kampus Zahra melepaskan kepenatannya sejenak. Ia membaringkan tubuh mungilnya di tempat tidurnya yang berukuran khusus satu orang. Namanya juga kos-kosan
Jadi semua perabotan yang ada dalam ruangan itu serba mungil sama seperti pemiliknya.
Terdengar alunan lagu FLASHLIG-nya Jessie J dari handphonenya, menandakan ada incoming call ,ternyata dari Khumairoh sahabatnya.“Assalamualaikum,” sapanya.
“Waalaikumsalam, Ra. Aku udah jalan ni mo kekosan kamu, siap-siap yah aku jemput, kita kebutik."
“Elleleh, antusias banget yang bentar lagi mo nikah,” ledek Zahra. Ia meledek sambil mengorek-ngorek upil. Kalau ada yang lihat pasti berpikir dia jorok.
“Sesuatu yang baik kan harus disegerakan Ra, udah ah! Kamu siap-siap gih biar aku gak lama nunggunya,” ucap Khumairoh tersipu, untung saja itu hanya pembicaraan lewat telfon, kalau tidak, Zahra akan makin menjahilinya.
“Iya, calon bu ustadzah," sahut Zahra.
***
Sesampainya mereka dibutik, sudah menunggu ibu Farisah Zainab. Uminya Rafiq Asy’Syafi juga mamanya Khumairoh ,ibu Lila melati.
Khumairoh langsung disambut hangat dengan pelukan oleh Uminya Rafiq, sang calon ibu mertua. Zahra berjengit iri.“ Ma, Umi ini Sahabat aku Zahra." Mai begitu panghilan Khumairah. Ia memperkenalkan Zahra pada kedua Ibu itu.
“Saya Mutia Az Zahra bu, panggil Zahra aja.” Zahra mendekati keduanya lalu menyalami mereka.
“Ini Zahra yang sering kamu ceritain itu Mai, cantik ya...," puji bu Lila. Yang dipuji hanya tersenyum malu.
“Zahra belum punya gandengan?” gandengan? Emang truk?
“hehe belum, bu.” Zahra nyengir. Itu pertanyaan horor bukan? Yang benar saja. Kuliah aja belum kelar.
“Panggil Umi aja biar akrab,” timpal Umi Farisah lagi
“Iya Zahra jangan sungkan deh, anggap aja kita ini ibu kamu disini, dan semoga cepat nemuin jodohnya biar gak lama nyusul Mai.” Khumairoh hanya tersenyum melihat Zahra agak salting berhadapan dengan dua mama ini.
Ingin rasanya Zahra menjawab :"nikah bukan balapan buibu, jadi nggak ada susu-susulan." Tapi atas nama kehormatan, ia hanya melengkungkan bibir dengan simetris.“Ma udah ma, Umi, ntar Zahra kapok mainnya sama aku. mama sama umi sama aja ngebully dia tahu nggak, ngomong-ngomong gaun mana yang dipilih Umi sama mama ?" Mai mengalihka pembicaraan. Dan kalau dibiarkan kedua ibu itu hanya terus nyerocos dan fitting bajucakan memaka waktu lama.
“Oh iya ya?” Umi Farisah segera kearah gaun pengantin syar’i berwarna putih, berumbai panjang bagian belakang yang dihiasi pita besar dibagian tengahnya. Modis, mewah dan elegan menurut Zahra.“Gih, cobain dulu sayang,” perintah bu Lila. Mai segera menuju bilik.
Selang beberapa menit, Mai keluar dengan memakai gaun pengantinnya. nampak pak ditubuh tingginya yang padat agak berisi. Ia terlihat sangat cantik padahal belum memakai make up. Tapi ia memang cantik.
Zahra memandang takjub.“Cantik sekali....” bu Lila terperangah.
"Iya,cantik sekali Mai,” timpal Zahra. "Bang Rafiq, nggak salah milih kamu."
“ Ra cantik itu bukan ukuran untuk dipilih, masih banyak yang lebih cantik dariku, mungkin aku hanya gadis yang beruntung karena dipilihnya,” sahut Mai. ia memang selalu merendah dan selalu paling bijak.
Zahra merasa, dia memiliki sahabat yang paling baik.Tbc..
Salam IPA
KAMU SEDANG MEMBACA
Akasara Cinta Dalam Bait Doa
RandomDaku mencinta-Mu dengan dua cinta Satu karena hasrat dan satu karena Kaulah yang paling layak Hasrat-hasrat adalah karena kesibukanku mengingat-Mu daripada selain-Mu Kelayakan-Mu adalah karena Engkau telah bukakan tabir hingga daku dapat melihat...