♡Kesibukan Zahra♡

179 5 0
                                    

Ditempat  lain  seorang  gadis  dengan penampilan  sederhana   sedang  berkutat  dengan  materi  materi  mengenai  judul  tugas  akhirnya.
tugas  yang  membuatnya pusing  tujuh  keliling,  biasa  tahap  akhir  memang  selalu  memusingkan   tidak  jarang  membuat  sedikit  frustasi  sampai membuat   tidak  ingin  melanjutkannya,
Lelah  kadang,  sangat  lelah  dan  menguras  otak   dan  tenaganya. Belum  lagi biaya  yang  tidak  sedikit  yang  harus  ia  dan  orang  tuanya  tanggung.  Iya.. orang  tua, malaikatnya...
Tatkala  Zahra benar- benar  lelah, ingatan  akan   keringat  dan  darah  dari  kerja  keras  orang  tuanya  yang  hanya  petani  biasalah  yang  akan  membuatnya  semangat  kembali.

“Proposalmu gimana,Ra”  Tanya  Ratna   teman  saat  KKL, praktek  terakhir  yang  baru  mereka  laksanakan  bulan  lalu.

“Masih gitu-gitu aja,  kamu  gimana ?”

“Masih  dalam  proses juga Ra,”  jawabnya, Zahra  hanya  mengangguk  tampa  mengeluarkan  suaranya.

“Ketoko buku yuk,  nambah   referensi ?” ajak Ratna.

“Sorry, aku ada  janji  sama  teman  mo  temenin  dia  kebutik," tolak Zahra. Lagipula mereka ke sana bertiga dengan pacarnya si Ratna. Nggak akan ada yang bakalan fokus cari buku kecuali dirinya.

“Ya udah aku  pamit duluan kalo gitu."

“Iya Ra, Assalamualaikum”

“Waalaikum salam “

***

Selepas  dari  kampus    Zahra  melepaskan  kepenatannya  sejenak. Ia  membaringkan  tubuh  mungilnya di tempat  tidurnya  yang  berukuran  khusus  satu  orang. Namanya  juga  kos-kosan
Jadi  semua  perabotan  yang  ada  dalam  ruangan  itu  serba  mungil  sama  seperti  pemiliknya.
Terdengar  alunan  lagu  FLASHLIG-nya  Jessie J  dari  handphonenya,  menandakan  ada  incoming  call ,ternyata  dari  Khumairoh  sahabatnya.

“Assalamualaikum,” sapanya.

“Waalaikumsalam, Ra. Aku  udah  jalan  ni  mo  kekosan  kamu,  siap-siap  yah  aku  jemput,  kita kebutik."

“Elleleh, antusias banget  yang  bentar  lagi  mo  nikah,”  ledek  Zahra. Ia meledek sambil mengorek-ngorek upil. Kalau ada yang lihat pasti berpikir dia jorok.

“Sesuatu  yang  baik  kan  harus  disegerakan  Ra,  udah ah! Kamu  siap-siap  gih  biar  aku  gak  lama  nunggunya,” ucap Khumairoh  tersipu,  untung  saja  itu  hanya  pembicaraan  lewat  telfon, kalau  tidak, Zahra akan makin menjahilinya.
“Iya,  calon  bu  ustadzah,"  sahut   Zahra.
***
Sesampainya  mereka  dibutik,  sudah  menunggu  ibu  Farisah  Zainab. Uminya  Rafiq  Asy’Syafi juga  mamanya  Khumairoh ,ibu  Lila  melati.
Khumairoh   langsung  disambut  hangat  dengan  pelukan  oleh  Uminya  Rafiq, sang calon ibu mertua. Zahra berjengit iri.

“ Ma,  Umi  ini  Sahabat  aku  Zahra." Mai begitu panghilan Khumairah. Ia memperkenalkan Zahra pada  kedua  Ibu  itu.

“Saya  Mutia  Az Zahra bu,  panggil  Zahra  aja.”  Zahra mendekati keduanya lalu menyalami mereka.

“Ini Zahra  yang  sering  kamu  ceritain  itu  Mai,  cantik  ya...," puji bu Lila. Yang dipuji hanya tersenyum malu.

“Zahra  belum  punya  gandengan?”  gandengan? Emang truk?

“hehe belum, bu.”  Zahra nyengir. Itu pertanyaan horor bukan? Yang benar saja. Kuliah aja belum kelar.

“Panggil  Umi  aja  biar  akrab,”  timpal  Umi  Farisah  lagi

“Iya  Zahra  jangan sungkan deh,  anggap  aja  kita ini ibu  kamu  disini, dan semoga  cepat  nemuin  jodohnya  biar  gak  lama  nyusul Mai.”  Khumairoh  hanya  tersenyum  melihat  Zahra agak  salting  berhadapan  dengan  dua  mama  ini.
Ingin rasanya Zahra menjawab :"nikah bukan balapan buibu, jadi nggak ada susu-susulan." Tapi atas nama kehormatan, ia hanya melengkungkan bibir dengan simetris.

“Ma udah ma, Umi,  ntar  Zahra  kapok  mainnya  sama  aku. mama  sama  umi sama aja ngebully  dia tahu nggak,  ngomong-ngomong    gaun  mana  yang  dipilih  Umi  sama mama ?" Mai mengalihka pembicaraan. Dan kalau dibiarkan kedua ibu itu hanya terus nyerocos dan fitting bajucakan memaka waktu lama.
 
“Oh iya ya?” Umi Farisah  segera  kearah  gaun  pengantin  syar’i berwarna putih, berumbai  panjang  bagian  belakang   yang  dihiasi  pita  besar  dibagian  tengahnya. Modis, mewah dan elegan menurut Zahra.

“Gih, cobain  dulu  sayang,” perintah bu Lila. Mai segera menuju bilik.

Selang  beberapa  menit, Mai keluar   dengan  memakai  gaun pengantinnya. nampak pak ditubuh tingginya yang padat  agak  berisi. Ia  terlihat  sangat  cantik  padahal  belum  memakai  make  up. Tapi ia memang  cantik.
Zahra memandang takjub.

“Cantik  sekali....” bu Lila terperangah.

"Iya,cantik  sekali Mai,”  timpal Zahra. "Bang Rafiq, nggak salah milih kamu."

“ Ra  cantik  itu  bukan  ukuran   untuk  dipilih,  masih  banyak  yang  lebih  cantik  dariku,  mungkin  aku  hanya  gadis  yang  beruntung  karena  dipilihnya,”  sahut  Mai. ia  memang  selalu  merendah  dan  selalu  paling  bijak.
Zahra merasa, dia memiliki sahabat yang paling baik.

Tbc..

Salam  IPA

Akasara Cinta  Dalam  Bait DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang