♡Perselisihan♡

49 1 0
                                    


Kurang lebih dua tahun terakhir ini, Husain  sibuk dengan perusahaannya yang kian berkembang, Ia bahkan membuka cabang baru. Sebuah usaha kecil yang Ia garap dari awal hasil investasi diperusahaan ayah Fatih. Kesibukkannya membuat ia lupa dengan kesedihannya yang pernah hampir membuatnya terpuruk pada lembah kehinaan.
Begitu pula dengan gadis yang ditinggalkannya, Zahra kini menjadi ASN sebagai guru.

Sudah tiga tahun berlalu, sekarang Zahra nampak lebih bahagia dengan kesendiriannya. Ia mempelajari satu hal dari perjalanan pedih kemarin, bahwa hati seorang perempuan merupakan padang yang luas meski beberapa peristiwa pernah terjadi di padang itu, ia tetaplah tenang dan diam seolah tidak ada yang terjadi. Serupa musim semi dan gugur yang datang tepat waktu dan berlalu begitu saja, atau laksana peristiwa rutin yang tidak harus di khawatirkan.

Sementara Husain butuh waktu dua tahun untuk mengendalikan gejolak-gejolak perasaannya yang mengelukan seorang Zahra, sebuah hukuman yang setimpal pikirnya. Dan saat ia sudah mulai bebas dari hujuman perasaannya sendiri, ia mengkhitbah gadis ayu nan cerdas. Mutiara Kinanti Mawla. Anak mantan dosennya, Rajib Mawla. Setelah kemarin seolah menjalani kutukan, ia kembali takjub akan rencana Allah. Ia merasa seakan mendapat keajaiban pada pertemuannya dengan Kinan melalui seminar yang diadakan di Sulawesi tenggara. Gadis itu diundang sebagai pembicara, sedang Husain menjadi salah satu panitia penyelenggara seminar tersebut. Mungkin memang benar bahwa ada seseorang di suatu tempat yang tercipta untuk ditemukan, atau tepatnya Tuhan telah menggariskan semua hubungan emosional manusia.

"Fatih sudah kembali? Pria pengecut itu." Husain menandaskan makan siangnya. "Bagaimana bisa ia pergi begitu saja setelah membuatku mengorbankan separuh duniaku?" Imbuh Husain, terdengar dramatis di telinga Rafiq. Mereka membicarakan bisnis sebelum makan siang dan berakhir dengan pembicaraan mengenai Fatih.

"Sain ... pikir simplenya aja, kau dan Zahra bukan jodoh, tidak sepenuhnya salah Fatih bukan?" Rafiq menyeruput Es tehnya.

"Ya, tapi aku sudah memperingatkan dia sebelumnya, apa aku meninggalkan Zahra untuk ia tinggalkan?" kini Husain bicara dengan wajah yang serius, ia terlihat gusar. Sejujurnya di pojok hatinya yang terkunci ia masih menyimpan rasa untuk Zahra disana, seperti kegelapan yang menyembunyikan bayangan kelam. Meskipun ia tahu itu tidak benar, tapi cinta bukanlah hal yang salah. Ia hanya butuh waktu sedikit lagi agar bayang-bayang gelap itu benar-benar hilang. Lagi pula siapa yang takkan begitu marah dan kacau setelah ia berjuang membunuh perasaannya namun Fatih malah  kembali menghilang.

"Mungkin ia punya alasan yang tepat Sain," timpal Rafiq.

"Tapi bukan dengan menghilang kan Raf? Bagaimana dengan gadis itu, dia... dia... sudah berulang kali di kecewakan, ia sudah terlalu banyak menderita." Husain bergumam pelan sembari mengusap wajahnya sendiri. Ia tahu betul, kalau dialah orang yang paling andil menorehkan luka. Ini bukan hanya tentang rasa bersalah, tapi tentang kemanusiaan, perihal hati yang dipermainkan dan mengenai cinta yang bersebelah-sebelahan.

"Sain," panggil Rafiq datar. Menatap Husain dan menangkap kesedihan diwajahnya. Husain menunduk sambil mengaduk-aduk jus alpukatnya dengan sedotan.
"apa kamu pikir dengan bertingkah seperti ini akan membuat gadis itu bahagia? Lagi pula kau harus memikirkan gadis lain yang sebentar lagi akan menjadi istrimu, melihatmu sekarang aku yakin kalau kamu belum bisa benar-benar melepaskan Zahra," tutur Rafiq. Mendengar itu Husain mengangkat wajahnya dan menatap tajam kearah Rafiq.

"Kau tidak mengerti Raf, gadis itu...." Husain menjeda sebentar, "aku adalah orang pertama yang menggoreskan luka dihatinya, jadi bagaimana aku bisa mengabaikannya begitu saja?" Imbuhnya lirih bercampur amarah. Rafiq bergeming lalu menatap Husain. Perkara perasaan memang tak pernah mudah.

"Kalau begitu izinkan aku mengobati setiap luka dalam diri gadis itu, Sain." suara serak yang perkasa terdengar dibelakang Husain, suara Fatih. Husain membalikan tubuhnya dan menatap tajam kearah Husain. Seakan-akan hendak membunuhnya melalui tatapan.

Akasara Cinta  Dalam  Bait DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang