Ijab Kabul telah dilaksanakan dirumah besar milik keluarga Khumairoh. Kemudian dilanjutkan dengan walimah urusy yang digelar dihotel ternama, dengan undangan yang hampir mencapai sekitar kurang lebih lima ratus orang. Aula pernikahan didekorasi dengan dengan konsep Islami.Khumairoh terlihat anggun plus menawan dengan balutan busana pegantin mewah berwarna putih. Wajahnya tertutupi niqab membuat sebagian para undangan penasaran dengan wajahnya. Lelaki yang menjadi pasangannya , Rafiq Asy’Syafi juga tak kalah menawan dengan bulu-bulu halus di sekitar dagu hingga mencapai pipi bawah. Bentuk wajah aristokratnya serta matanya yang hitam kecoklatan memancarkan auranya yang sungguh mempesona.
“Mereka benar-benar pasangan serasi,” Zahra berbisik pada dirinya sendiri, dari tempat duduknya yang agak jauh dari pasangan pengantin itu berada.
Tanpa ia sadari ada dua pasang mata yang memperhatikannya dengan kagum dibelakang, tidak jauh darinya. Malam ini zahra terlihat sangat modis dan elegant dengan gaun muslimah berwarna dusty, atasannya dari pinggang keleher dilapisi tile dan bagian pinggang atas sampai bawah merupakan lipitan yang dihiasi pita kecil bagian pinggangnya menampakan kelangsingan tubuhnya yang mungil, dipadu pasmina berwarna senada.“Iya. Mereka memang pasangan serasi, in Shaa Allah tidak akan lama kita susul nanti.” bisik sebuah suara yang telah dihafal telinga dan otaknya. Gadis itu menoleh kearah sang pemilik suara itu, sempat tidak percaya pada indranya. Zahra tersedak air mineral saking terkejutnya. Fatih ada di depannya. Zahra mengerjapkan matanya beberapa kali nyaris merusak riasan pada matanya. Dan ... nakal sekali mulut Fatih itu. Begitu mudahnya membuat pernyataan yang bisa saja menciptakan ontran-onttan dalam diri seseorang. Mirip bramacorah.
“Aku nyata Ra, kamu akan merusak riasanmu jika terus mengedip-ngedipkan matamu seperti itu.” Fatih mengulum senyum.
“Bagaimana kakak ada disini, bukannya di Jog---“
“Iya, aku tiba kemaren, sengaja ingin memberi kejutan, sekaligus memenuhi undangan. aku pasti usahain menghadiri hari bahagia mentor aku dong.” potong Fatih. Senyumnya tak kunjung hilang. Zahra speechless.
“Aku juga membawa sahabat aku di Jogja, dia teman seasramaku. kata dia kalian satu SMA dulu."
“Oh ya? siapa namanya kak?” tanya Zahra antusias. Penasaran siapa gerangan teman SMA yang masih mengingatnya itu.
“Namanya Hus...."
“Assalamualaikum Mutia Az-Zahra.” timpal Husain.
“Waalaikumussa ...."suara Zahra terhenti ditenggorokan. Sendi putar pada lehernya terasa kaku.
Zahra mengerang frustrasi.
Tidak mendapat respon, cowok itu tersenyum. Lalu memperbaiki sikap. Setidak Zahra tidak mengusirnya. Hanya bersikap defensif.
“Lama tidak bertemu Zahra. kamu kian menawan sekarang,” puji Husain, binar bahagia tampak begitu jelas di wajahnya. Bukan dibuat-buat untuk mendapat simpati Zahra.
Fatih memandang keduanya dengan sorot aneh, mengamati ekspresi Zahra yang mirip dengan orang frustasi.Fatih mengernyit, "Ra, ada apa?"
Zahra memaksakan senyum. Gerak simetris buatan, hanya bibir yang bergerak. Asal tahu saja, ikhlasnya senyum seseorang bisa dilihat dari matanya. Kekecewaan dan luka menggumpal dimata gadis itu yang bulat bening. Ia mendongak menatap kelip-kelip lampu ruangan. Berharap agar retinanya tak merespon cahaya, dan warna. Biar sosok Husain tak terlihat olehnya. Cukup Fatih saja.
Dia Husain Al-Kautsar. Pria yang membuatnya mengenal cinta sekaligus rasa sakit yang mengerikan.
Ia berusaha abai pada cinta pertamanya itu. Tetapi indranya tak bisa diajak kompromi. Netranya betah dan memaksakan memandangi Husain. Naluri liarnya membisik, lihatlah Zahra. Husain ... Wajah indonya menampakkan kegagahan, kian dewasa, kharimatik, itu kesan yang ditangkap indranya.Tak mendapat respon, Fatih bertanya lagi."Ra, kamu tidak menyalami dia?" Kembali Zahra melemparkan tatapan kearah Husain. Terbersit rasa iba melihat pria itu.
"Dia siapa ya kak?" Zahra tahu, ini bukan sikap berperikemanusiaan. Tapi mengingat bagaimana sikap Husain dulu, membuat seluruh oksigen serasa tercabut dari paru-parunya. Zahra mengipasi dirinya dengan jari. Berakting kegerahan bak aktris amatiran.
"Kak, disini atmosfirnya tiba-tiba berubah, aku cari udara segar dulu," pamitnya. Lalu seperti mengingat sesuatu, Zahra menambahkan, "aku bisa saja tidak kembali, ada urusan selesai ini."
Fatih menyipitkan mata, "aku antar."
"Nggak!" Zahra kelepasan. Ia memaksakam lagi seulas senyum. "Nggak usah kak, kan ada Husain disini."
Husain tersenyum, Fatih mengernyit. "Bukannya tadi kamu tidak mengenalnya?"
Zahra nyengir kuda, "Aku tadi amnesia dadakan, efek skripsi nggak kunjung di acc kali kak."
"Udah deh, Ra. Kamu nggak usah bohong."
"Please kak!" Zahra merasa sekarang emosinya benar-benar merangkak naik keubun-ubunya. Ia beristighfar dalam hati "tolong, kak Fatih tetap disini ya, Mai pasti nanyain aku, aku benar-benar lupa kalau hari ini aku ada konsul dengan dosen pembimbing, jadi aku minta tolong ke kakak buat nyampein permintaan maaf aku ke Mai karena pergi ditengah acara.”
Fatih tidak percaya, ia mencari-cari kejujuran dimata gadis itu.
"Ra, kamu beneran tidak apa-apa kan?"
Terbawa emosi, Zahra merasa sekelilingnya berputar,“Ya Ampun! Eyang Fatih, aku gak apa-apa, udah tiga kali ngulangin pertanyaan itu tau gak!" Ia melangkah pergi, mengabaikan Fatih yang sedikit tersinggung.
Baru beberapa langkah Zahra menjauh, ia baru saja merasa menghirup oksigen. Tiba-tiba pergelangan tangannya terasa tertarik dari belakang.
"Aku tahu kalau kamu menghindari aku.” Zahra berbalik dan menjumpai Fatih memegang tangannya. Ia tersenyum masam.
Satu tangannya dipakai untuk mengusap wajahnya. "Kalau kamu tahu kenapa masih mengejar saya, itu hanya pekerjaan orang idiot tau nggak." Mata Zahra tak dapat menyembunyikan kejengkelan."Dan tolong lepaskan tangan saya, saya tidak mau jadi pusat perhatian di sini," lanjutnya lagi.
Dari kejauhan, Fatih menyaksikan keduanya. Ada kecamuk dalam dirinya.
Apa gara-gara Husain sehingga Fatih bersikap begitu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Akasara Cinta Dalam Bait Doa
DiversosDaku mencinta-Mu dengan dua cinta Satu karena hasrat dan satu karena Kaulah yang paling layak Hasrat-hasrat adalah karena kesibukanku mengingat-Mu daripada selain-Mu Kelayakan-Mu adalah karena Engkau telah bukakan tabir hingga daku dapat melihat...