Cinta ... jubah kesedihan yang indah dan mulia
Tersucikan oleh air mata
Bak gaun sutra putih yang tak tersentuh
Adakah siksaan yang lebih menyakitkan dari ini ..?♡♡♡♡
Malam telah jauh menuju pagi, kian sepi hanya sesekali terdengar suara mahluk malam. Dingin kian menginggit, hening juga kian menyelimuti, irama hujan yang berdentingan di atap bak melodi sendu, temani seorang insan yang masih terjaga.Zahra, masih terjaga pada sepertiga malam, ia baru menyelesaikan sholat tahajudnya. Bermunajad dalam penghambaan, memohon petunjuk, mengharap berkah dan takdir yang baik.
Ia lalu kembali ditempat tidurnya, berusaha memejamkan matanya. Namun, kabar perjodohan menghantui pikirannya.
Dirinyaa ingin memantapkan hati untuk menerimanya. Tetapi hatinya menolak. Beberapa kali, ia membujuk dirinya dengan argumen yang di kemukakan pikirannya, tapi hatinya masih menggeleng keras kepala, malah merajuk hingga selera makan ikut hilang. Benarlah, qalbu adalah raja dari diri.
Pokoknya seminggu ini, Zahra sibuk bertengkar dengan dirinya sendiri, kadang ia uring-uringan, kadang ia ceria, kadang pula ia menangis sendiri. Mirip orang gila baru.Seminggu ini pula, pola tidurnya tak beraturan. Lebih banyak jaga malamnya. Sepertinya sebentar lagi, ia akan mendaftar di pos kamling, untuk jaga malam sebagai kerjaan sampingan. Kebeneran gaji honorernya tak bisa di andalkan, lebih besar pasak daripada tiang. Lebih banyak hutangnya ketimbang upahnya.
Emaknya malah pernah ngomel di suatu pagi, tepatnya dua hari yang lalu, ketika ia melewatkan sholat subuh akibat tidur sudah mendekati subuh.
"Astaga Mutia ... kamu melewatkan sholat subuh, malah molor. Gini nih, mana ada rezeki menujumu kalau begini, keburu di patok ayam duluan. Tidur sampe jam segini, gimana kalau kamu punya suami hah? apa jadinya rumah tanggamu jika kamu seperti ini? Harapannya emak, kamu bisa menjadi ibu rumah tangga yang baik, di sayang suami. Tapi kelakuanmu seperti ini." khainani mengomel panjang, sepanjang sungai Nil. Zahra malah tak acuh, karena masih uring-uringan perkara jodoh di tambah omelan panjang. Sekarang Emaknya menambah omelan lagi, "Emak kepengen kamu segera menikah aja, biar ada yang negur langsung, kalau emak yang negur, responmu malah begitu, nggak mau tahu apalagi mau denger."
Kebalik emak, lagi pula kan nggak sengaja juga ninggalin Sholat. Iya emang dosa sih, namanya juga manusia pan gitu, suka lupa.
"Udeh ah mak, nggak malu apa? didengar tetangga ocehanmu pagi-pagi begini ?" Abdullah menimpali omelan panjang istrinya. Jujur, telinganya sakit. Tapi kadang ketika istrinya itu menjadi pendiam, rumah seperti kosong melompong, cahaya rumah menjadi redup, jadi dia lebih menyukai istrinya yang mengomel, sekarang karena omelannya keras, dan bikin kuping sakit, dia tidak bisa menolerir.
"Mut ... gimana keputusanmu?"
Tanya Abdullah, sembari menyendok nasi kepiringnya, sarapan pagi sebelum keladang seperti biasa. Ia tidak menatap Zahra, lebih terfokus pada sayur lodeh buatan istrinya seusai sholat subuh.Ibu rumah tangga ideal nampaknya harus begitu. Masak sebelum ayam berkokok, rumah bersih, baju anak sekolah udah siap. Sebelum pukul tujuh, makanan sudah tersaji di atas meja. Wajar, kalo Maknya Zahra mencak-mencak begitu ngomelnya. Wong anak gadisnya bangun udah mau jam tujuh. Langsung ke meja makan, belom mandi, belom rapi, rambutnya aja masih awut-awutan
"Maaf pak, hati Zahra lom mantap, Zahra minta waktu lagi ya," tawarnya, Abdullah menatapnya nanap.
"Baiklah, bapak harap jangan terlalu lama nak, ini sudah seminggu lebih, bapak juga berharap keputusanmu tidak membuat bapak malu pada pak Anwar dan bu Ratih."
Zahra bergeming, urung bicara lagi. Makanannya mendadak tidak enak, padahal tadi sayur lodeh Maknya begitu menggoda, belum terong goreng berbalur bumbu pecel, ikan teri goreng tepung dan sambal terasi, yang karena aromanha itulah alasan Zahra bangun. Namun selera makan yang baru muncul lenyap seketika. Hanya karena pembahasan jodoh di atas meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Akasara Cinta Dalam Bait Doa
RandomDaku mencinta-Mu dengan dua cinta Satu karena hasrat dan satu karena Kaulah yang paling layak Hasrat-hasrat adalah karena kesibukanku mengingat-Mu daripada selain-Mu Kelayakan-Mu adalah karena Engkau telah bukakan tabir hingga daku dapat melihat...