♡Luka Lama♡

113 6 0
                                    


Azan subuh membangunkan Zahra yang terlelap dalam lelahnya, ia bangun dengan tertatih efek nafas yang belum terkumpul sempurna. Ia kemudian melaksanakan sholat dan melanjutkan membaca Alqur'an, rutinitas  subuh.

Setelahnya, kemudian ia memeriksa handphonenya yang penuh dengan notifikasi panggilan dan message.

k' fatih 28 missed call

my parents 5 missed call

k' fatih 7 message

Zahra membuka pesan fatih.

from k' fatih
to Zahra

"Ra gimana kabar ?"

"Ra gimana kuliahnya?"

"Ra udah makan..?"

"jangan lupa sholat yah."

"ra sholatnya."

"ra jangan lupa makan."

"Ra jangan lupa sholat, jangan lupa makan n jangan terlalu capek , jaga kesehatan ,
Kamu gak balas sms aku, semoga kamu baik baik disana."
Wooh .... apa maksudnya perhtian semacam ini?

Apakah ini cinta?
Jujur, Zahra bahagia karena perhatian Fatih. Tapi ia takut menyalah artikan semua bentuk perhatian itu.

Sadar Zahra, sadar!!!
Kau seharusnya tidak mengulanginya.

Ia berusaha menyangkal perasaannya, menyangkal kata hatinya. Mengingat lukaya akibat penolakan seniornya Husain Al-Kautsar, sang cinta pertamanya.

"Saya udah tahu semuanya, kamu gak usah kaget gitu, kamu cukup tahu aja, kalo saya gak bakal suka sama kamu, kamu bukan tipe aku, kecil, dekil, agak bodoh, dan satu lagi jangan  banyak muncul dihadapanku, itu mengganggu pemandangan."

"Bagus kalo kamu tahu diri, setidaknya kamu cukup cerdas mengetahui siapa dirimu." penggalan kalimat yang hampir membunuh rasa dihatinya.

Air mata Zahra menetes deras mengingatnya,
tidak cukup penolakan Husain.
Kemudian ditambah penghianatan Rasyid yang masih sangat segar dalam hati dan ingatan gadis itu.
Pengakuan kejam lelaki itu, ia masih sangat mengingatnya..

"Aku memang mengabaikanmu karena aku lagi dekat dengan seseorang."

"Aku sebenarnya sayang sama kamu tapi hasratku mengalahkan rasa sayangku, kamu tak akan pernah siap menerima hasratku sebelum kita terikat pernikahan, sedangkan aku belum siap terikat pernikahan Zahra."

Lelaki itu meninggalkannya tanpa kata maaf, sama ketika Husain meninggalkannya dengan kata-kata tajam serupa pedang yang menyayat hati.

"Jadi Mutia Az-Zahra sadarlah!
Tidakkah hatimu terlalu rapuh untuk terluka lagi? Hentikan angan bodohmu itu, bunuh perasaanmu dan kubur harapanmu yang mustahil." Ia mengecam dirinya sendiri.

"Kak Fatih khawatir karena ia menganggapmu adik, tidak lebih
Sadarlah Zahra, jangan coba-coba menipu dirimu dengan cinta semu lagi," katanya lagi. Tapi siapa yang bisa membendung perasaanya? Siapa yang bisa mengendalikan perasaanya? Cinta bukan sesuatu yang bisa diciptakan atau dimusnahkan begitu saja.
Akhirnya gadis itu hanya menangis. Menangis sepuas hatinya. Mau seperti apapun, dia tidak punya kendali atas dirinya.
Tangisnya terjeda oleh bunyi ponselnya. Nama Fatih tertera di sana.
Gadis itu tidak ingin hatinya luka lagi.
Tidak! setelah mengalami luka beberapa kali, dihina dan dikhianati. Walau terkesan pecundang tapi Zahra tidak ingin kembali mengalami luka. Tidak ada jaminan, entah luka yang seperti apalagi yang akan ia alami jika ia membiarkan hatinya terlena.
Degan cepat ia mengganti nama Fatih di ponselnya dengan nama : "JANGAN DIANGKAT" sempat merasa lucu sendiri. Tapi apa boleh buat.
Tepat kesepuluh kali, JANGAN DIANGKAT menelfon, Zahra jadi tak tega.
"Assalamualaikum kak." ucap Zahra.

Akasara Cinta  Dalam  Bait DoaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang