Dalam ruangan sempit itu, Fatih gelisah. Sebentar-sebentar ia memeriksa ponselnya. Gerakannya mengganggu fokus Husain pada bukunya. Sesekali ia melirik Fatih dan memperhatikan ekspresi wajah cowok itu yang terlihat sangat khawatir.
Bertanya-tanya apa gerangan yang membuat lelaki itu sangat gelisah dan nampak khawatir. Husan membendung rasa penasarannya. Sekamar bukan berarti ia sembrono mencampuri urusan Fatih.
Dilihatnya lagi Fatih ke arah meja dipojok ruangan. Membuka Macbooknya.
Fatih mendapat beasiswa magisternya bukan karena ia dari keluarga yang sederhana tapi justru karena kecerdasannya, ia terlahir dari keluarga yang bisa dibilang keluarga terpandang. Perusahaan manufacture ayahnya dimana-mana, sekaligus pemilik pesantren tempat Rafiq Asy'Syafi mengajar. Fatih adalah pria yang memegang teguh prinsip untuk tidak hidup mewah dengan fasilitas dari ayahnya. Ia adalah lelaki mandiri, penuh tanggung jawab dan sangat konsisten dengan diri sendiri, sebab itulah Fatih tidak nampak seperti anak konglomerat lainnya.Jenuh dengan buku yang ia baca dari Macbooknya, iseng ia membuka folder berisikan foto-foto. Ada yang bersama teman-teman seperjuangannya,
teman sekampusnya, dan ... tatapannya berhenti dan fokus pada gambar ia bersama dengan seorang gadis berwajah manis mengenakan celana jeans biru panjang dengan atasan casual baby pink bermotif biru senada dengan jeans di padukan jilbab baby pink yang ujungnya hanya disampirkan di bahu. Foto itu berlatar pantai disore hari. Gadis itu tersenyum lebar disisinya, bersama teman-temannya yang lain.
Seingat Fatih, gambar itu diambil saat agenda bina akrab, acara yang biasa diadakan setelah melaksanakan kegiatan basic organisasi yang mempertemukan mereka.
Di antara semua gadis disitu, mengapa hanya gadis ini yang menarik perhatiannya?
Menyita waktunya untuk memikirkannya? Kenapa coba ia harus peduli pada gadis sederhana itu?
Mengapa harus dia, mengapa membuatnya sangat khawatir ketika ia tak mendengar kabar gadis ini? Ah, begitu banyak mengapa yang ia peruntukkan pada dirinya sendiri."Siapa cewek ini Fat?" Husain sudah disisinya,memelototi gambar yang dilihat Faih.
"Dia Zahra, adek diorganisasi tapi beda kampus sih," sahut Fatih tanpa menoleh.
Zahra? Husain mengerutkan kening. Sesuatu menggelitik ingatannya.
Apakah Zahra itu? gadis yang sama dengan gadis yang menyukainya waktu SMA, nama yang sama dan wajah yang hampir mirip. Hanya saja Zahra yang ia kenal diwaktu SMA tidak berhijab dan tidak secantik ini. Memang Zahra yang ia kenal manis tapi tidak semanis dengan yang ada difoto bersama Fatih."Mungkin bukan dia, mungkin kebetulan mereka hanya mirip." Gumam Husain. Bagaimana kabar gadis konyol itu? Sekarang benaknya seolah memutar kembali ingatan tentang gadis hitam dekil pemilik rambut sepunggung yang selalu dikuncir.
"Kenapa sain, kamu kenal Zahra?" Tanya Fatih ikut penasaran melihat Husain tiba-tiba bungkam.
"Enggak Fat, aku juga punya junior waktu SMA dulu hampir mirip dengan gadis itu," jawab Husain, bimbang seraya kembali ketempat tidurnya.
"Oh ya, emang kamu dulu SMA mana sain?" Tanya Fatih lagi.
"Aku Alumni SMA BHAKTI TRIDHARMA Fat."
"Kalo gitu sama dong dengan SMAnya Zahra,"timpal Faih. Husain tertegun dan refleks bangun dari pembaringannya. Lalu duduk ditepi tempat tidur.
"Masa iya sih? Dari mana kamu tau Fat, bukannya kamu berbeda kampus?" Tanya Husain tak percaya.
"Lahh... dalam organisasi kan wajib nyebut alumni SMA mana sain." Fatih tersenyum simpul.
"Berarti dia memang adek kelas aku dulu, gak nyangka dia secantik itu sekarang, " kata Husain pelan lebih seperti bicara kepada dirinya sendiri.
"Kenapa sain?" Tanya Fatih yang samar-samar mendengar ucapan Husain.
"Saya bilang, berarti dia memang adek kelas akunya." Husain tersenyum ceria mengatakan itu.
"Syukurlah, sekarang aku hampir percaya kalau dunia emang tak selebar daun kelor. Ngomong-ngomong aku tidur duluan ya, ada kuliah besok pagi." Fatih segera bergegas ketempat tidurnya merebahkan dirinya dan terlelap sambil memeluk bantal guling.
@@@@@
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Akasara Cinta Dalam Bait Doa
RandomDaku mencinta-Mu dengan dua cinta Satu karena hasrat dan satu karena Kaulah yang paling layak Hasrat-hasrat adalah karena kesibukanku mengingat-Mu daripada selain-Mu Kelayakan-Mu adalah karena Engkau telah bukakan tabir hingga daku dapat melihat...