Part 2

12.6K 708 4
                                    

Author pov

Akhirnya selesai sudah acara pernikahan Alea. Pernikahan yang menghabiskan seluruh tenaga dan pikiran ia miliki.

Alea terlalu lelah, lelah menghadapi masalah yang yang begitu menyesakkan. Ingin rasanya ia cepat-cepat beranjak meninggalkan gedung pernikahan itu, meninggalkan tamu-tamu yang menghadiri pernikahan mereka tapi Alea sadar jika ia pergi ia akan menyakiti hati ibundanya lebih dalam lagi.

Setelah semua tamu terlihat meninggalkan gedung Alea segara berpamitan kepada ibunda dan mertuanya untuk beristirahat.

Langkah gontai membawanya menuju sebuah pintu bercat putih yang tertutup rapat. Pintu ini adalah kamar dimana ia dan suaminya akan menghabiskan setiap malam bersama.

Dengan ragu-ragu Alea membuka pintu kamar itu. Mata Alea menatap isi kamar itu dengan nanar, tetes demi tetes air mata mulai mengalir dari sudut mata indahnya. Hazel coklat yang biasanya selalu berbinar kini terlihat redup.

Kamar pengantin itu dihias dengan begitu indah. Seprai putih bersih dengan taburan bunga mawar di atasnya. Di setiap sudut ruanganpun terilihat buket-buket bunga yang tampak segar dan begitu indah.

Kamar itulah yang seharusnya menjadi kamar pengantin antara Alea dan Ardan, kamar yang seharusnya menjadi saksi bisu bersatunya cinta mereka.

***

"Eheemmmm......"
Suara deheman seorang pria membuyarkan lamunan Alea yang masih berdiri membatu di tengah kamarnya.

Sontak Alea membalikan badan mencari dari arah mana suara itu berasal.

Hazel coklat Alea bertemu dengan hazel hitam legam milik Andrian. Alea memalingkan wajahnya, tak mampu menatap hazel hitam milik pria yang dihadapannya sekarang.

Pria yang dengan suka rela menggantikan posisi adiknya di pelaminan. Pria yang rela mengorbankan masa depannya demi adiknya yang egois dan ambisius.

"Kak Andrian...." suara Alea parau tercekat di tenggorokan.
"Maafkan aku kak, tidak seharusnya kak Andrian berada pada situasi ini. Tidak seharusnya kak Andrian mengorbankan perasaan kakak demi aku dan Ard---"

"Sudah Alea" potong Andrian
"Kau tak perlu meminta maaf, ini semua bukan kesalahanmu. Adikkulah yang bersalah pada situasi ini. Aku merasa sangat bersalah atas tindakan yang Ardan lakukan" lanjut Andrian melangkah mendekati Alea.

"Kau pasti lelah Alea, bersihkan dirimu dan beristirahatlah" ucap Andrian lembut

Alea hanya mampu menganggukan kepalanya. Melangkah pergi menjauhi Andrian yang masih berdiri menatap nya.

Wajah Alea terlihat lebih segar setelah keluar dari kamar mandi.
Dilangkahkan kakinya menuju tempat tidur, "Kemana Andrian?" bisik Alea dalam hati. "Mungkin dia msh bertemu dengan keluarga yang lain di luar" gumam Alea pelan.

Ia melangkah menuju tempat tidur, merebahkan tubuhnya. Mencoba memejamkan mata dan menghilangkan segala derita dan sakit di hatinya.

***

Andrian pov

Aku kembali memasuki kamarku, maksudku kamar yang saat ini juga sudah menjadi milik Alea.

Ku lihat dia tertidur meringkuk seperti janin dalam kandungan. Aku mencoba mendekat menatap wajah istriku lebih dekat lagi.

Wajahnya begitu pucat dan rapuh, matanya sembab serta masih terlihat sisa-sisa air mata di sana.

"Maafkan Ardan, Alea. Dia laki-laki bodoh dan egois. Dia rela meninggalkan wanita sebaik dan secantik dirimu hanya demi mengejar karirnya" gumam Andrian lirih.

Aku masih termangu menatap Alea yang tertidur pulas. Kenapa ada desiran di hatinya saat menatap wajah Alea. Tidak mungkin perasaan itu ada. Dia menikahi Alea karena desakan adik dan orang tuanya. Mana mungkin perasaan itu ada untuk Alea.

Segera Aku buang jauh-jauh perasaan itu, mungkin ini hanya sekedar rasa kasian melihat gadis yang begitu rapuh di hadapanku.

Ku baringkan tubuhku di sebelah tubuh mungil Alea. Ingin rasanya aku segera tertidur tapi kenapa mata ini sulit terpejam. Hingga bayang-bayang wajah seorang perempuan muncul di benakku. Wajah perempuan yang selama ini mengisi hatiku.

"Erika, maafkan aku karena menghianati cinta kita. Maafkan aku karena tidak menjelaskan apa yang terjadi saat ini kepadamu" Batinku dalam hati.

***
Mohon maaf kepada para pembaca apabila ada kekurangan di sana sini dalam tulisan saya.

BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang