Part 5

10.1K 514 19
                                    

Flash back on

Author pov

Siang itu wajah Alea tampak berseri-seri, ia baru saja mendapat telpon dari sang kekasih hati. Dengan hati berbunga-bunga ia berjalan menuju taman yang tak jauh dari toko bunga miliknya.

Ya, semenjak ayah Alea pergi meninggalkan ia dan ibundanya. Ibunda Alea membuka usaha toko bunga. Toko yang dulu kecil kini sudah menjadi toko yang besar dan maju. Itu semua berkat usaha keras dari Alea dan ibudanya.

Terlihat di taman itu seorang pemuda tampan sedang menunggu kedatangan Alea. Dialah Ardan kekasih Alea yang sangat Alea cintai. Mereka sudah menjadi sepasang kekasih sejak 4 tahun yang lalu. Dan besok adalah hari mereka akan mengikat janji suci dalam sebuah pernikahan.

Tinggal sehari lagi, itulah yang membuat hati Alea dan ibundanya sangat bahagia. Semua telah di persiapkan dan tinggal menunggu beberapa jam lagi meraka akan resmi menjadi suami istri.

"Hai sayang, sudah lama menunggu?" sapa Alea ketika tepat berada disamping Ardan.

Wajah Alea tampak berseri-seri, hazel coklatnya berbinar-binar yang menandakan ada berjuta kebahagian di sana.

Ardan hanya terdiam mematung, tak menjawab sapaan Alea. Pandangan Ardan tampak melayang jauh entah kemana. Itulah yang membuat Alea menjadi bingung.

"Ardan.....kau marah karena terlalu lama menunggu ku?" tanya Alea manja.

"Ardan......!!!" pekik Alea

"Eh maaf....kau sudah datang rupanya?" jawab Ardan tergagap.

"Kamu kenapa Ardan? Ada hal yang kamu pikirkan? Dari tadi semenjak aku datang kamu hanya diam saja" tanya Alea kesal.

"Ada sedikit masalah Alea, dan aku bingung mau aku mulai darimana cerita ke kamu" jawab Ardan kebingungan.

"Memang kenapa? Kamu ada masalah di kantor?" selidik Alea.

"Iya..." jawab Ardan singkat.

"Kalau begitu cerita dong, siapa tahu aku bisa sedikit bantuin kamu"

"Aku dapat promosi jabatan di kantor"

"Wah selamat ya sayang....., kan harusnya kamu seneng bukan malah sedih kayak gini"

"Tapi masalahnya aku harus ikut aturan perusahaan, aku harus mau pergi untuk ikut magang di kantor pusat selama satu tahun. Dan kamu tahu kantor pusat ada dimana? Ada di Jerman Alea" jelas Ardan.

"Terus dimana masalahnya?" tanya Alea penasaran.

"Masalahnya aku harus pergi ninggalin kamu ke Jerman" Gumam Ardan sedih.

"Ya nggak pa-pa Ardan, setelah kita nikah kamu kan bisa berangkat. Toh pernikahan kita juga tinggal sehari lagi" ucap Alea menyemangati Ardan.

"Dan besok pagi aku harus sudah ada di jerman!"

"Apa????" tanya Alea shock.

"Iya Alea, besok pagi aku harus sudah ada di Jerman, jadi sore ini aku akan berangkat. Kantor sudah menyiapkan tiket penerbangan untukku".

"Lalu bagaimana dengan pernikahan kita Ardan?" tanya Alea gusar.

Tubuh Alea lemas seketika, dadanya terasa begitu sesak. Air mata mengalir begitu saja dari sudut matanya yang indah. Binar kebahagian sudah tak ada lagi di sana. Kini yang terlihat hanya sinar kesedihan dan kehancuran.

Hatinya sakit, teramat sakit. Laki-laki yang begitu dicintainya telah meluluh lantakan hati dan perasaannya.

"Apakah kau benar-benar akan pergi?" isak Alea

"Maafkan aku Alea, tapi aku benar-benar harus pergi. Ini adalah impianku sejak dulu. Aku sudah menunggunya selama bertahun-tahun dan saat kesempatan ini datang aku tak mungkin membiarkannya lepas dari tanganku" ucap Ardan mencoba menjelaskan.

"Sebegitu pentingkah karirmu di banding aku Ardan??" tanya Alea parau.

"Tolong mengertilah Alea, ini juga untuk masa depan kita"

"Masa depan kita katamu? Masa depan kita yang mana?? Ini bukan untuk masa depan kita, tapi ini hanya untuk ego dan ambisi mu yang terlalu besar" Jawab Alea penuh kemarahan.

Alea sudah tidak mampu lagi menahan amarah yang meledak di hatinya. Hatinya telah hancur menjadi serpihan kecil dan ia tidak tahu apakah ia mampu mengumpulkan serpihan itu kembali.

"Aku tahu aku egois tapi ini mimpiku dan aku tak akan pernah melepaskannya" ucap Ardan tegas.

"Lalu bagaimana dengan pernikahan kita yang hanya tinggal satu hari? Bagaiman perasaan bunda dan apa yang akan dikatakan orang-orang jika pernikahan ini gagal?" teriak Alea dengan berurai air mata.

"Pernikahan itu akan tetap berlangsung" jawab Ardan datar.

"Apa maksudmu?" Tanya Alea kebingungan.

"Pernikahan itu akan tetap dilaksanakan besok pagi, kau akan tetap menikah tapi....." Ardan menggantungkan kata-katanya.

Hal itu membuat Alea semakin kalut dan kebingungan.

"Tapi bukan denganku. Kau akan menikah dengan kakakku?" sambung Ardan pelan sambil menundukkan kepala menahan air mata yang juga akan menetes dari matanya.

"Apaaaaaa?????" tanya Alea tak percaya.

"Iya Alea besok pagi kau akan menikah dengan kakakku" jawab Ardan dengan suara bergetar.

Alea berdiri terpaku, badai yang begitu besar telah menghantam dirinya. Ia tak kuasa lagi untuk berkata-kata. Air mata yang sejak tadi mengalir terasa kering seketika.

"Apa kau sungguh-sungguh Ardan? Kau tidak bercanda?" kata-kata itu yang kemudian lolos dari bibir Alea.

Ditatapnya Ardan yang hanya menggelengkan kepala.

" Hanya sampai di sinikah arti cinta yang kau ajarkan kepadaku? Kau tega meninggalkanku dan menyerahkan aku kepada orang lain. Kau tahu bukan aku saja yang saat ini kau sakiti karena ambisimu? Keluargamu pun tak kalah sakit dibandingkan aku, kakakmu yah kakakmu kau hancurkan dirinya dengan memaksanya menikah denganku. Apa kau pikirkan itu? Tapi ku rasa tidak. Laki-laki egois sepertimu hanya memikirkan dirimu sendiri"

"Alea bukan seperti itu maksudku" bela Ardan

"Lalu apa yang kau maksud? Kau pikir aku barang yang bisa kau serahkan kepada siapapun yang kau mau, haahhh....???" tangis Alea kembali pecah.

Laki-laki yang selama ini dia cintai ternyata berhati batu, tak memiliki rasa sedikitpun.

"Pergilah..." ucap Alea lemah.

"Aku tak akan lagi menahanmu lebih lama bersamaku. Pergi dan jangan pernah mencoba kembali lagi" ucap Alea seraya terisak keras.

Alea berlari meninggalkan taman, berlari meninggalkan laki-laki yang telah menghancurkan jiwa dan raganya. Tak mau lagi ia menengok kebelakang meski Ardan terus berteriak memanggilnya.

"Alea tunggu.....!!"
"Alea dengarkan aku, setelah semuanya selesai aku akan datang untuk menjemputmu dari kakakku" teriak Ardan.

Flash back off

***

"Hanya seperti itukah arti cinta menurutmu? Kalau kau sungguh-sungguh mencintai sedikitpun kau tidak akan pernah menyakiti orang yang kau cintai"

(Alea Awalia Baskara)

"Aku sangat mencintaimu, dan aku akan kembali untuk menjemputmu"

(Ardan Marthadinata)

Taraaaaaa.....
Author kembali lagi, jangan lupa vote dan coment nya yah... Terima kasih.

BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang