Part 19

7.1K 328 1
                                    

Author pov

Setelah tragedi pagi itu baik Alea ataupun Andrian sudah tidak pernah lagi bertemu Ardan, hanya beberapa kali saja mereka bertemu dengan Ardan itu juga atas permintaan mama nya saat meminta mereka berkumpul untuk makan malam.

Saat ini Ardan lebih banyak menghabiskan waktunya di apartement miliknya. Sejak kejadian itu Ardan meninggalkan rumah dan lebih memilih tinggal di apartement yang sudah ia beli. Ia memilih hal itu karena ia ingin benar-benar melupakan semuanya meskipun itu terasa sangat berat.

***

Kini sudah tujuh bulan usia kehamilan Alea, perutnya terlihat buncit dan kedua pipinya tampak lebih berisi.

"Andrian nanti sore jadwal kunjungan kita ke dokter" ucap Alea memberi tahu Andrian.

"Oh iya, aku hampir saja lupa. Bagaimana kabar jagoan papa pagi ini?" ucap Andrian seraya mengusap lembut perut buncit istrinya.

Alea tersenyum menatap wajah tampan suaminya.

"Dia bergerak Al" ucap Andrian kegirangan.

"Iya Yan, sepertinya dia ingin mengucapkan selamat pagi untuk papanya".

"Gerakannya kuat, apa kamu kesakitan saat anak kita menendang perutmu Al?"tanya Andrian khawatir.

"Nggak Yan, cuma kalau pagi baby kita terasa lebih aktif".

"Baiklah kalau begitu aku berangkat ke kantor dulu ya sayang. Jaga diri baik-baik jangan terlalu lelah. Oh ya, buat jagoan kecil papa jangan nakal ya sayang, jaga mama baik-baik " ucap Andrian mengecup perut buncit Alea yang di balas tendangan kecil dari baby di dalam perut Alea.

"Hati-hati sayang, jangan ngebut" pesan Alea.

Andrian sudah pergi ke kantor, Alea menghabiskan waktunya seharian dirumah. Ia mulai merasa bosan. Alea berniat pergi sebentar ke mini market dekat rumahnya untuk membeli beberapa kebutuhan yang kebetulan habis. Saat ia hendak mengunci pintu tiba-tiba ada sesosok wanita cantik berdiri di hadapannya.

"Hai Alea, apa kabar?" sapa wanita cantik yang tak lain adalah Erica.

"Baik, ada perlu apa kamu datang kemari?" tanya Alea dingin.

"Aku ke sini tentu ingin bertemu dirimu Alea, biarpun kita saling bermusuhan tapi kamu tetap kakakku bukan? Dan apa salah jika aku ingin bertemu dengan kakakku?" jawab Erica tersenyum sinis.

"Sekarang katakan mau mu dan cepat pergi dari sini!" ucap Alea sedingin salju.

"Oh jangan begitu Alea, apakah seperti ini cara menyambut tamu di rumahmu? Kenapa kamu gak mempersilahkan aku masuk?"

"Aku tidak suka berbasa basi Erica, cepat katakan apa mau mu dan segeralah pergi dari hadapanku!" bentak Alea kesal.

"Tenang sayang, jangan emosi karena itu sangat tidak baik untuk kondisi janinmu. Rileks lah sebentar, karena aku kesini hanya ingin mengetahui keadaanmu. Jadi biarkan aku masuk ke rumahmu" jawab Erica santai seraya menyelonong masuk ke dalam rumah Alea.

Belum sempat Alea menjawab Erica sudah terlebih dahulu masuk ke rumahnya.

"Rumahmu masih sama seperti dulu Al" ucap Erica seraya memperhatikan pajangan besar yang menempel di dinding ruang tamu. Sorot matanya tajam, kilauan kebencian tampak dimatanya saat melihat pajangan itu. Pajangan yang berisi foto mesra Andrian dan Alea. Senyum bahagia terpancar dari kedua insan dalam foto tersebut dan itu membuat dada Erica bergemuruh. "Seharusnya aku yang ada di foto itu Al, bukan kamu" ucap Erica berdesis tanpa dapat didengar oleh Alea.

"Ehemm....Apa kau haus? Perlu ku ambilkan minum?"tanya Alea mencoba membuka pembicaraan.

"Tidak perlu"jawab Erica tanpa mengalihkan pandangannya dari foto dihadapannya.

BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang