Part 14

8.2K 385 1
                                    

Alea pov

Ku usap dan ku pandangi batu nisan di atas gundukan tanah merah, hatiku pedih. Air mataku seakan tak mau berhenti, terus menetes hingga membuat kedua mataku bengkak. Bundaku telah pergi meninggalkanku. Tim dokter tak bisa menyelamatkan nyawa bundaku. Luka bakar yang sangat parah membuat bundaku tak mampu bertahan lebih lama.

Selamat jalan bunda, semoga engkau tenang disisiNya. Akan ku ingat selalu pesan-pesanmu.

Ku rasakan sebuah tangan mengusap lembut bahuku. Membuatku tersadar dari lamunan.

"Al.... Ayo kita pulang" ajak Andrian lembut.

"Biarkan bunda tenang disana" lanjutnya lagi.

Aku hanya mampu menganggukan kepala, Andrian membantuku berdiri. Memeluk erat pinggangku. Kami berjalan meninggalkan tempat pemakaman, tempat peristirahatan terakhir untuk bunda.

Setibanya kami di rumah ku lihat sosok wanita berdiri menatap keluar jendela diteras belakang rumahku. Siapa dia, pikirku. Ku langkahkan kaki ku bersama Andrian mendekati wanita itu. Saat wanita itu berbalik dapat ku lihat wajahnya yang cantik jelita.

"Erica" ucap Andrian kaget.

"Untuk apa kamu kesini?" tanya Andrian geram. Sorot matanya tajam menatap ke arah Erica. Digenggamnya erat tanganku. Seolah-olah Andrian ingin menunjukan pada Erica bahwa ia adalah milikku.

Erica tersenyum kecut melihat gelagat Andrian.

"Aku kesini untuk mengucapkan bela sungkawa pada istrimu Andrian" ucap Erica sinis.

"Terima kasih" jawabku singkat.

"Aku kasihan padamu Alea, setiap orang yang ada didekatmu satu per satu pergi meninggalkan mu. Nasibmu begitu buruk" ucapnya dengan nada mengejek.

Dadaku bergemuruh menahan amarah, wanita itu memang berhati iblis dia datang hanya untuk mengejekku disaat aku sedang berduka. Tangan Andrian mengepal dengan keras. Ku tangkap amarah dari sinar matanya.

"Diam kamu Erica, pergilah dari sini!" gertak Adrian tegas.

"Pergi? Kau mengusirku sayang? Apa kau sama sekali tidak merindukanku?" goda Erica dengan nada manja. Tangannya berusaha mengusap lengan Andrian tapi dengan sigap Andrian menepisnya.

Mataku terbelalak, Aku benar-benar tak percaya menyaksikan apa yang terjadi di depanku. Erica, saudaraku sendiri berkata pedas padaku. Dan sekarang dia mencoba merayu suamiku. Dadaku semakin berdegup kencang. Aku tidak bisa tinggal diam.

"Cukup Erica!" teriakku kencang.

"Kalau kau kesini hanya untuk mengejekku, pergilah sekarang juga!" ucapku bergetar menahan kepedihan.

"Tentu saja aku akan pergi Alea sayang" jawabnya seraya tertawa sinis.

"Lagi pula untuk apa aku ditempat ini lama-lama. Tapi aku akan kembali, kembali untuk membawa kekasihku pergi meninggalkanmu" lanjutnya lagi.

"Kekasihmu??" tanyaku terbelalak kaget.

"Ya kekasihku Andrian. Dia adalah kekasihku dan selamanya akan tetap menjadi kekasihku. Kalau kau tak mau melepaskan Andrian maka aku akan merenggut paksa dia dari sisimu" jawabnya penuh dengan dendam.

"Dasar perempuan gila! Andrian adalah suamiku dan aku tidak akan pernah melepaskannya! Apa kau mengerti hah??" ucapku penuh emosi.

"Aku memang sudah gila Alea, dan kau yang sudah membuat aku menjadi gila"

"Apa maksudmu?"

"Suatu saat kau akan mengerti" jawabnya sinis.

Andrian masih berdiri disampingku memeluk erat pinggangku.

BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang