11

9.6K 557 13
                                    

Gak tau kenapa pas nulis part cewe yang di sukai Genta, di otak ini hanya kepikiran nama Naya 😁

Beberapa readers ada yang tanya 'Bukannya Naya itu adiknya Genta?'

Jawabannya Naya bukan adiknya Genta. Adiknya Genta itu Naihila Nadiyah (Nay). Hanya nama mereka saja yang hampir sama tapi mereka beda ya 👌 maafkan aku yang sudah membuat kalian bingung.

______

Naya's pov

Sejak kebohonganku dengan Genta tentang pembulian di gudang sekolah aku rasa hubunganku dengan Genta jadi rumit. Dari aku yang mulai di kucilkan di sekolah, di rumah yang selalu di pojokan atas perbuatanku, di rumah Genta yang mendapatkan aura permusuhan antara aku dan keluarganya. Walaupun tidak terang-terangan keluarganya tidak menyukaiku tapi melihat dari sikap yang mereka yang acuh tak acuh saat aku main ke rumahnya membuat hatiku miris. Aku akui dulu memang aku salah, tapi apa salahnya sih memberi kesempatan buatku untuk memperbaiki diri.

Seakan-akan seperti aku adalah dalang dari keluarnya Bilqis dari sekolah. Toh Bilqis juga udah seneng di pesantren masih aja musuhin aku, dari mana aku tau? Dari Naihila yang tak laiin adiknya Genta yang biasa di panggil Nay. Apakah aku sedekat itu dengan Nay? Jawabannya gak sama sekali, bahkan anak itu engan untuk bertegur sapa padaku. Aku tahu tentang Bilqis dari dia karna setiap aku main kerumahnya yang dia bicarakan dengan keluarganya pasti tentang Bilqis bahkan tak jarang dia menyindirku dengan Genta yang sudah menyebabkan Bilqis di kirim ke pesantren.

"Andai aja kak Bilqis masih sekolah di Garuda pasti semua gak kacau kaya gini" ucap Nay saat aku dan Genta melangkah masuk ke ruang taman belakang rumah Genta.

"Bisa gak sih gak bahas soal itu Nay, kejadian itu udah hampir dua bulan dan kamu masih aja bahas tentang itu. Abang cape debat sama kamu dengan masalah yang sama" ucap Genta mengenggam tanganku erat.

"Gak bisa bang, gimana dong" jawabnya. "Kak Naya kan cewe tapi kok hobby banget yak main kerumah cowo, udah ijin sama bundanya belum" sambung Nay ketus.

Mata ini rasanya pengin ngeluarin air mata. Apa kesalahannya begitu fatal sampai harus semua orang memperlakulanku seperti ini. Tapi yang di bilang Nay ada benarnya juga aku cewe tapi sering banget main ke Genta yak walaupun dia yang menyuruh. Aku gak memikirkan keluarganya yang menilaiku setiap main kesini. Aku hanya bisa menunduk menahan tangis.

"Bisa gak sih sopan sedikit" tegur Genta dengan suara keras.

"Siapa yang ngajarin abang bentak kalau adiknya ngelakuiin kesalahan" ucap suara barinton yang tak laiin abinya Genta.

"Jawab bang. Siapa yang ngajarin" tanyanya dengan nada lebih tinggi.

"Sabar bi" ujarnya menengahi aura amarah itu.

"Om, tante kayanya Naya pamit pulang aja" ucapku.

"Dari tadi kek" sahut Nay.

"Kamu juga Nay, siapa yang ngajarin gak sopan sama orang lain" tanya uminya Genta. Nay hanya diam mendengar ucapan dari uminya.

Aku langsung pamit dan melangkah menjauh dari tempat tadi tapi tangganku di tahan oleh Genta.

"Tunggu, aku antar kamu yak" tawar Genta.

"Gak usa.." omonganku terpotong saat suara umi Genta menyeruak keluar.

"Naya bisa pulang sendiri kan hari ini, tante dan keluarga ada urusan" ucapnya tenang.

"Ahh iya tante. Aku pamit dulu om, tante, assalamualaikum" ucapku melangkahkan keluar rumah itu.

"Waaikumsalaam" masih terdengar jawaban salam mereka.

Biarkan Jodoh MemilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang