13

10.3K 581 25
                                    

Gaza's pov

Udah lama sih aku mulai menyimpan rasa kepadanya. Mungkin sejak pertama dia masuk dengan gaya badgirlnya. Entahlah gayanya itu yang membuat menarik dimataku.

Mungkin jodoh atau hanya kebetulan kami sekarang semakin dekat. Di mulai saat dia di suruh umiku untuk memanggilku di pondok pria disitulah awal kita berbicara. Di tambah lagi umi yang menyuruhnya menjadi guru privatku hubungan kami semakin baik saja. Ada perasaan senang di hatiku dan perasaan ingin memandang lebih jelas wajah wanita yang aku sukai dari satu bulan lalu.

Aku tahu dalam islam ini termasuk zina mata, zina hati juga tapi sudahlah gak masalah sudah terlanjur ini. 'Maafkan kelakuan anakmu ini mi' batinku.
Tapi sungguh aku tak tau ini cinta karna Allah atau cuma nafsuku sesaat. Ku harap ini cinta karna Allah.

"Ngelamun heh?" Ucapnya dari arah sebrang.

"Kalau ngelamunin dia yang gue suka sih gapapa" ucapku cengengesan yang di balas dengan tatapan cengo oleh Akram.

"Dia? Lo lagi suka seseorang yak?" Tanyanya langsung.

"Gue tau ini salah, tapi gak tau kenapa gue pengin dia jadi milik gue" ucapku masih membayangkan bersandung dengannya.

"Langsung khitbah aja dianya. Jadi gak ada yang namanya dosa berkelanjutan" saran Akram.

"Dia masih sekolah sayangnya" ucapku ragu.

"Umi lo tau tentang ini?" Tanyanya lagi.

"Engga" jawabku.

"Emang siapa sih orang yang lo suka?" Akram mulai kepo.

"Bilqis" jawab gue.

Uhuk uhuk uhuk. Terdengar Akram terbatuk, ada yang salah dengan orang yang gue suka?

"Lo kenapa Kram?" Tanyaku.

"Kalau gue suka Bilqis juga gimana Za?" Tanya Akram.

Yang jelas aku kaget atas pertanyaannya. Pasalnya selama ini ia tak pernah menampakkan ketertarikannya kepada Bilqis, waktu belajar minggu lalu aja nempel terus sama Bilqis membuatku semakin uring-uringan.

"Yaudah saingan sehat aja. Yang gak di pilih Bilqis harus terima dengan lapang dada. Setuju?" Ucapku.

"Setuju" jawab Akram menutup pembicaraan kita karna waktu sholat dhuhur tiba.

Bilqis's pov

Sampai sekarang rasa itu masih ada, rasa yang sudah lama aku sembunyikan, rasa yang sudah lama aku pendam. Semakin lama aku memendamnya semakin gencar pula rasa itu muncul, aku tau ini tidak boleh terjadi. Tapi apa boleh buat? Hati tak bisa di salahkan.

Kian hari kian dekat dengannya ditambah lagi di saat umi Rahma menyuruhku untuk mengajari anaknya. Dan dia tak sengaja membawa temannya. Entahlah rasa itu kian membara disaat bersamanya. Ku akui saat ini aku merasa bahagia dengan keadaan saat ini yang sangat menguntungkanku.

Hari ini adalah jadwalku menghubungi Bunda dan abiku. Haruskah aku menceritakan perasaanku ini? Sepertinya tidak, aku takut akan reaksi mereka atas ini.

Selagi melamun tentangnya yang ku akui itu termasuk zina, handponeku berdering menandakan panggilan masuk.

Abi's calling..

"Assalamualailum bi"

Waalaikumsalam kak

"Pasti abi kangen yak"

Engga kok, kak liburan nanti bisa pulang sebentar?

"Abi jahat. Ada apa bi?"

Biarkan Jodoh MemilihTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang