Dua orang namja sedang menghabiskan sarapannya di meja makan. Tampak keakraban diantara keduanya.. ya, siapa lagi kalau bukan Jung Il Woo dan appanya, Jung Hyun Jae.
"bagaimana peluncuran produk barumu kemarin?"
"sukses Appa.." bangga Il Woo "kita bahkan menerima keuntungan di luar perkiraan.. rencanya aku akan membuat seri ke dua limited edition.."
"WOW.. cerdas anak Appa.."
Di tengah percakapan itu, Donghae yang baru turun dari kamarnya menyambar sepotong roti selai dan mengambil susu kotak rasa cokelat di lemari pendingin lalu pergi. Ya, tak ada kata apapun darinya dan tak ada yang berniat menyapanya kecuali Ahn Ajjuhma.
"sudah mau berangkat Hae?" yeoja setengah baya itu sudah menganggap Donghae maupun Il Woo sebagai anaknya sendiri jadi tidak ada rasa sungkan saat berbicara. Hanya saja pada Il Woo ia masih menyertakan kata 'Tuan' saat memanggilnya.
"euhm.." angguknya lalu keluar dengan senyum yang sempat ia berikan pada Ahn Ajjuhma.
"hati-hatilah.."
Mendengar itu, Donghae hanya mengangkat tangan dan melambaikannya tanpa menoleh ke belakang.
::
::
::
::
Apa yang sebenarnya membuat Donghae bersikap seperti itu tentu ada alasannya.
"Appa, hyung.. aku berangkat.." pamitnya suatu hari.
"Jangan pernah berbicara lagi dengan kami.. aku benci mendengar suaramu.." jawab Jung Hyun Jae "kau adalah melapetaka bagi kami.. aku tidak ingin ikut mendapat sial karena berbicara denganmu.."
"sebaiknya kau diam saja Hae... tidak ada yang harus kami bicarakan denganmu, jadi mulai sekarang sebaiknya kau tidak bicara lagi pada kami.." imbuh Il Woo.
Ya, itu adalah awal sikap Donghae yang berubah menjadi pendiam padahal ia tidak demikian. Donghae termasuk anak yang cerdas dan aktiv. Kejadian menyakitkan itulah yang membuatnya terpaksa menutup mulut.
"mianhae Appa.. hyung..." isak Donghae
"maafmu tidak akan mengembalikannya.. kau membiarkan ibumu terbunuh Jung Donghae, apa yang ada di otakmu eoh?
Jika mengingat kejadian itu pastilah sangat menyakitkan. Hanya dalam sekejab Appa dan Hyungnya memiliki rasa benci. Lalu kemana sayang yang diberikan untuknya selama ini? Donghae memikirkan hal itu berulang kali tapi tetap tidak ada jawaban.
Ya, kejadian malam itu memang menyakitkan tetapi seharusnya semua orang tahu jika dirinyalah yang paling sakit di sini. Donghae menyaksikan bagaimana pencuri itu membunuh Oemmanya di depan mata. Sepulang ia bermain di rumah temannya, Donghae terkejut saat pintu rumah terbuka lebar. Dua orang penjaga rumah tidak di tempat dan Ahn Ajjuma terikat di kursi dengan mata dan mulut di tutup.
Saat Donghae masuk, tepat kejadian itu..
Tidak!! Jangan diingat lagi. Itu menyakitkan..
"makan!!" Kedatangan Henry membuat ingatannya buyar seketika.. namja itu duduk di depan Donghae dengan dua mangkuk ramyeon yang sudah dibaginya dengan Donghae "kau selalu seperti ini.. apa aku ini pengasuhmu yang harus memperhatikan pola makanmu?"
Donghae berusaha menyunggingkan senyum.. ya, Henry selalu membuatnya bisa bernapas lega di saat seperti ini..
"aaarhhg.. apa kau tidak berniat membolos jam kedua nanti? Aku tidak menyukai Dosen itu.." keluh Henry. Tentu Donghae tahu siapa yang dimaksud.. Dosen cantik bernama Park Ga Eul itu memang menarik tapi jika ada yang berani melanggar aturan mengajarnya maka jangan harap lepas begitu saja. Henry sudah pernah merasakannya..
KAMU SEDANG MEMBACA
High Haneul Deep Bada ✔️
FanfictionBagaikan langit yang tinggi dan laut yang dalam.. keduanya sama-sama sulit untuk di jangkau. Hanya saja, memandang langit lebih mudah daripada mencari tahu apa yang ada di dalam laut..