PSIKOPAT #1

1.6K 147 14
                                    

Hidup itu kesempatan, jika tidak sekarang kapan lagi? Jika memang belum bisa sekarang semoga ada lagi. Seperti langit tak habis membentang dunia, dan laut tak surut diterpa cakrawala.

Donghae masih berusaha mencerna semua tulisan JungSoo. Entah kenapa sejak ia membacanya semakin ia terpengaruh oleh setiap kalimat yang ada. Hidupnya bahkan terjebak di dalam kisah itu. Apa benar ia sudah gila dengan semua imajinasi? Apa benar ia sudah enggan dengan realita hingga memilih menghidupi apa yang dibaca bukan apa yang di nyata.

Dari jauh tempatnya berjalan kaki di sebuah rumah makan berkaca bening, yang menampakkan semua pergerakan mereka yang di dalam dan terlihat jelas dari luar terlebih hari menjelang senja. Matanya tak salah, dugaannya tepat. Itu adalah Appa dan Hyungnya sedang makan bersama dengan penuh tawa. Raut wajah bahagia nan ringan tanpa beban terukir tanpa batas di wajah mereka.

Donghae iri? Tentu!

Sedih? YA!

Terluka? Sangat!

'mereka begitu bahagia tanpa aku, eomma.. Appa dan hyung tidak membutuhkan aku, eomma..' mirisnya. Digigitnya bibir bagian bawah hendak menahan isak yang hampir tak kuasa ia bendung. Tapi kakinya tak beranjak pergi juga. Hanya ini, ya.. hanya dengan seperti ini ia berani melihat keduanya.

Udara dingin datang tiba-tiba bersama angin. Donghae sedikit merapatkan jaketnya tapi masih setia berdiri di sana. Sampai akhirnya rintik hujan tanpa peduli jatuh begitu saja. Satu tetes.. dua tetes.. hingga gerimis di senja itu.

Donghae menunduk..

'Appa.. hyung.. neomu bogoshipoyo..' adunya pada hampa udara.

Beberapa saat kemudian, dilihat olehnya jika mereka keluar dari tempat itu. Sambil sedikit menunjukkan keakraban, masuk mobil dan melajukannya pergi.

Donghae menghela napas kasar dan memutuskan untuk segera pergi juga sebelum hari semakin dingin membekukan setiap sendinya.

::

::

HAAATTTTSSSCCIM!!

"OMO!! Hae... gwaenchana??" panik Ajjuhma.

"euhm.." angguknya tak mau membuat cemas, namun ia mendudukkan diri dan bersandar di dinding ruangan itu. Ajjuhma tak percaya, di sentuhnya kening Donghae dan jelas..

"ccihh.. kau demam!!" jengkelnya "kenapa kau ini eoh?? Jika sedang hujan sebaiknya berteduh.. atau menghubungiku, akan ku jemput.."

Donghae tertawa geli. Mana bisa begitu? Dijemput? Bayangkan saja, namja 20 tahun merengek menelphone seseorang meminta di jemput. Dan orang itu seorang yeoja tua yang membesarkannya selama ini. Tidak lucu bukan? Kecuali jika dirinya masih anak TK.

"kau menertawakan apa? Kau pikir lucu perkataanku tadi?"

"euhm.." angguknya lagi malah membuat Ajjuhma memukul kepalanya.. "arrgg..."

"Yaaa.. rasakan itu babo!!"

Donghae tak peduli, ia tahu itu pukulan sayang. Ia memandang sendu yeoja itu lalu sedetik setelahnya menelusup dalam dekapannya dengan paksa..

"wae....wae... apa yang kau lakukan eoh??" Ajjuhma protes, hanya saja ia malah memeluknya erat. Akhirnya ia menyerah.. "sudahlah, sebaiknya kau ke kamar dulu, ganti bajumu.. aku akan membuatkanmu soup tahu.. otte??"

Hah. Lepas juga pelukan itu. Tanpa bicara seperti biasa ia berdiri menuju kamarnya dan melakukan apa yang ia dengar baru saja.

::

::

Di tempat lain yang tak asing,.

Il Woo berada di balkon kamarnya menatap satu ruang di sebelahnya yang gelap. Jendela itu tak terbuka beberapa hari ini, nyala lampu tak ada di sana dan pintunya tertutup sejak penghuninya memutuskan untuk pergi. Il Woo hanya sesekali masuk ke dalamnya, dan tidak mendapati apapun kecuali kehampaan.

High Haneul Deep Bada ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang