"eeooommma... hyung merebut makananku.. eeoommmaa...!!" rengek namja berusia 13 tahun itu sambil menghampiri ibunya.. "eomma,."
Sang eomma sedang memasak dengan Ajjuhma di dapur tak menghiraukan, karena baginya sudah biasa hal seperti itu. Il Woo suka sekali menggoda dongsaengnya hingga ia lelah dan berakhir tertidur di tenda kecil kesayangan mereka.
"eoomma,."
"yaa.. kau tidak lihat apa yang kami lakukan?" sahut Ahn Ajjuhma "eomma tidak suka di ganggu jika sedang memasak, pergilah.." bisiknya. Tentu saja itu hanya bujukan kecil agar anak itu pergi dari dapur. Nyonya Jung hanya tertawa mendengarnya.
"issh..." namja yang adalah Donghae itu berlalu dengan jengkel hingga setiap gerakannya menjadi lucu di mata mereka semua.
"Donghae-ya... kemarilah.. apa kau marah eoh?? Ya.. aku akan mengganti makanan yang ku ambil.. kau mau kubelikan cokelat?" bujuk Il Woo, hyungnya.
Begitu mendengar 'cokelat' ia langsung mendekat "jongmal hyung, kau akan membelikanku cokelat..?"
Il Woo tak kuasa melihat wajah polos Donghae, ia tertawa bahagia karena dongsaengnya begitu mudah di bujuk rayu "nde, akan ku belikan.." usapnya lembut di kepala Donghae.
Walau hanya berjarak dua tahun saja usia mereka, Il Woo sudah jauh lebih dewasa dari Donghae yang memang kekanakan. Semua orang mengakui itu.. tapi, sikap inilah yang membuat mereka semakin menyayanginya.
"gumawo hyungie.."
"nde, saengi.. tapi kau harus berhenti memakai bajuku.."
"hyuuungg...." Tanpa disadari Donghae ia memang mengenakan kaos milik Il Woo yang sedikit besar di badannya. Ia memang suka sekali diam-diam memakai baju hyungnya. Baginya wangi parfum Il Woo bisa mewakili kehadiran hyungnya di sisihnya.
"waeyo? Kau punya baju sendiri kan.."
"eeooommaa...."
"yaaa... kau mengadu lagi?? Aiisshh.."
Ya, begitulah mereka.. tidak akan lama pertengkaran yang terjadi. Tidak ada yang perlu dicemaskan dari setiap teriakan Donghae atau kemarahan Il Woo yang pasti hanya sesaat saja kemudian berlalu, menguap di terpa angin tanpa jejak.
::
::
::
::
Kebahagiaan sesungguhnya adalah saat mereka bersama. Karena bahagia itu sangat sederhana. Bukan uang atau harta, bukan kuasa atau jabatan. Hanya kebersamaan.
Jung Hyun Jae, berpikir hal yang sama. Baginya, seorang isteri dengan kedua putranya adalah keajaiban yang pernah ada. Sama seperti setiap hari saat ia pulang kerja dalam kondisi lelah, akan hilang saat ia mendengar teriakan Donghae dan Il Woo.
"APPPAAAA...... APPPAA....!!"
Brugh! Donghae menubruk tubuh Appanya.
"waeyo?"
"aku lapar, kajja kita makan.. eomma sudah memasak banyak hari ini.."
"yaaa... jangan seperti itu Hae, Appa itu lelah sehabis kerja.. sebaiknya kau membawakan tasnya.." ujar Il Woo sambil menuruni tangga.
"hyung.. kenapa bukan kau saja? Kau kan yang lebih besar.."
"ya.. tapi kau yang dekat dengan Appa saat ini.."
"shiirreo!!" merasa ia selalu di perintah Donghae menolak "hyung selalau menyuruhku, Appa dan Eomma juga begitu.. waeyo? Apa karena aku yang paling kecil di sini lalu kalian bisa menyuruhku??" cerocosnya.. "mwo?? AARRGhh.. Appa..!!" akhirnya ia berhenti bicara saat Tuan Jung menggendongnya dari belakang.
KAMU SEDANG MEMBACA
High Haneul Deep Bada ✔️
ספרות חובביםBagaikan langit yang tinggi dan laut yang dalam.. keduanya sama-sama sulit untuk di jangkau. Hanya saja, memandang langit lebih mudah daripada mencari tahu apa yang ada di dalam laut..