HighAndDeep #6

1.3K 137 15
                                    

'jadi kau tinggal di mana sekarang?' cemas Henry 'kau baik-baik saja? Jika butuh bantuan katakan saja..'

'jangan katakan apapun pada ShinHye.. itu yang ku butuhkan..' ketiknya membalas pesan Henry 'aku tinggal dengan Ahn Ajjuhma di pinggiran kota..' lanjutnya lagi.

Donghae tidak ingin yeoja itu juga mencemaskannya lalu membenci Il Woo dan menjauhinya. Ia tahu persis jika hyungnya menyukai ShinHye sejak mereka kecil. Ah.. ia malas berpikir lagi. Di keraskannya volume musik yang sedang ia dengar lewat earphone. Kepalanya menyandar pada kursi bus. Matanya terpejam.. ia tak perlu takut terlewat halte karena ia hanya cukup turun di halte terakhir di mana bus itu akan berhenti.

'Bada semakin menjadi laut yang dingin dan kelam. Menyembunyikan semua keindahan dan cahaya di dalamnya. Mengubur semua kenyataan yang lebih indah dari terumbu karang, lebih riuh dari deburan ombak.'

::

::

::

::

Sudah dua hari mereka benar-benar tidak melihat Donghae berada di rumah. Saat Il Woo masuk ke kamarnya, tidak ada yang berubah sama sekali. Tidak ada barang yang berkurang satu pun. Lalu apa yang dibawanya pergi??

"apa dia benar-benar pergi? Kemana? Mengapa tak ada satupun yang ia bawa?" gumam Il Woo.. "aaaisshh.. untuk apa aku memikirkan anak itu? Bagus bukan jika ia tak menampakkan diri lagi.. itu yang ku mau selama ini. Aku tak perlu menyingkirkannya, ia sudah pergi sendiri.." senyumnya.

Begitupun dengan Tuan Jung. Ia tak peduli dimana Donghae, apa dia sudah makan atau sedang sakit atau membutuhkannya. Rupanya ia sudah mulai menikmati hari tanpa anak itu. Jika ia pernah menghalangi Donghae untuk pergi maka kali ini ia membiarkannya. Apa itu artinya Donghae benar, jika mereka sudah melepaskan kepergian Donghae?

"Il Woo-ya..." panggilnya "ada rekan kerja yang harus Appa temui malam ini, kau ikut dengan Appa. Ganti bajumu dan tunjukkan jika kau adalah Putra kebanggaan keluarga Jung.."

"nde.."

::

::

::

::

Tak..tak..kllleekk..

"kau pulang?" Donghae disambut Ahn Ajjuhma "kemarilah.." yeoja itu menyeretnya duduk menghadap meja makan dengan beberapa masakan di atasnya "kau pasti lapar bukan? Kita makan..."

Donghae hanya tertawa melihat tingkah yeoja itu. Ia ingat jika di rumah, Ahn Ajjuhma selalu memperhatikan pola makannya. Hanya yeoja itu..

"Hae-ya.. di rumah ini hanya ada kita berdua.. kau dan aku.." nadanya lembut sambil memberikan sepotong daging di mangkuk Donghae "aku tahu kau bukan orang seperti itu.. bisakah... kau berbicara padaku? Hanya padaku saja.."

Degh! Apa itu permohonan?

"jangan buat aku seperti orang gila yang selalu bebicara sendiri.." Ahn Ajjuhma menangkup kedua pipi Donghae "aku mengenalmu sejak kau lahir, bahkan kau sudah lebih dari seorang tuan muda kecil bagiku.. kau adalah putraku. Hanya kau yang aku punya sejak suamiku pergi.. kau bisa percaya padaku.. jadi, bicaralah padaku walau hanya sebatas memanggil namaku saja.. aku ingin mendengarkanmu.. aku ingin kau bisa merasakan kehidupan,. Jebal.."

Namja ini menundukkan kepala saat mendengar permintaan itu.

"mereka tidak ingin mendengar suaramu.. aku tahu itu. Tapi aku ingin sekali kau bicara padaku.. lihat aku.." kali ini ia menyibak rambut Donghae yang menutup matanya "jika kau mau, kau boleh menganggapku eomma.. kejadian itu bukan kesalahanmu, mereka saja yang tidak mau melihat hal itu.. tapi tidak denganku.. aku tahu semuanya Hae, aku melihat semuanya.."

High Haneul Deep Bada ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang